Tampilkan postingan dengan label ajaran islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ajaran islam. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Juni 2013

Anak Manusia atau Anak Jin?

Posted by Unknown on 18.12 with No comments
Sekitar setengah jam sebelum subuh..
Lagi asik-asiknya mandi byarr byurr...tiba-tiba...Pet!! Listrik mati.
Eaah..sontak saja gelap gulita melanda. Rasanya seperti orang buta. Mungkin begini rasanya kalau tunanetra sedang mandi. Tak ada cahaya sedikitpun. Tapi, alhamdulillah masih bisa membedakan mana tubuh bagian depan dan mana bagian belakang.

Setelah mandi, berangkat ke masjid. Suasana perumahan gelap gulita. Karena kebanyakan ngobrolin hal-hal mistis dengan teman kosan, jadinya bayangan penampakan makhluk halus suka kadang-kadang menghantui. Bagaimana jika tiba-tiba di depan muncul sesosok anak kecil hitam tak jelas wajahnya berlari menghampiri. Tapi alhamdulillah tiba-tiba rasa tenang datang ketika teringat kelakar seorang teman, namanya Sandi, tentang cara membuktikan apakah uang Rp100.000 yang ada di dompet kita itu asli atau palsu? Ia bilang, "Kalau pengen tau duit Rp100.000 punya ente itu asli or palsu, cukup taruh ditengah jalan. Ntar kalo ada yang ngambil, berarti itu duit asli".
Akhirnya apa? Yang terpikir di tengah menelusuri jalanan gelap itu adalah: jika ada sesosok anak kecil tak jelas wujudnya berlari mendekat, maka akan langsung saya selengkat (sliding tackle) supaya dia jatuh. Kalau menangis berati anak orang, tapi, kalo jatuh langsung menghilang berati mungkin anak jin. Habis perkara. Simpel saja rupanya..

Lalu bagimana jika munculnya dalam bentuk wanita cantik? Ahahay..
Konon, dulu di kampung tempat kelahiran saya, pada zaman listrik belum ada dan kampung tersebut masih belum seramai sekarang, hiduplah seorang pemuda. Waktu itu TV hanya ada di kecamatan. Kisahnya, malam itu sang pemuda pulang menonton wayang di tempat nun jauh dari rumah, sampai tengah malam. Ketika pulang, ia mengayuh sepedanya melintasi jalan yang biasa dilewatinya, jalanan kampung nan ditudungi pepohonan, sepi, dan gelap pula pastinya. Yah, namanya di kampung zaman dulu. Di tengah perjalanan, ada seorang gadis melambai-lambaikan tangannya, memanggil-manggil. Gadis itu caaantiiiiikkk..sekaliii... Wangi pula, harum semerbak. Gadis itu minta diantar pulang, dengan dibonceng sepeda oleh si pemuda. Bagai ketiban rejeki, si pemuda akhirnya membonceng gadis nan cantik jelita dan harum itu.
Sepanjang jalan, sepenglihatan sang pemuda, jalan ke arah rumah si gadis cantik ini adalah jalan kampung. Namun, semakin lama, si pemuda baru sadar, ketika tiba-tiba, Cling!!, ia ada di tengah jalan kuburan. Gadis ini membawanya ke jalan di tengah-tengah kuburan. Lalu, aroma gadis di belakangnya mendadak menjadi bau busuk. Hmm..si pemuda akhirnya sadar kalau ia sedang dikerjai gadis jelmaan. Tapi ia tetap tenang, dan langsung mengarahkan sepedanya ke jalan menuju rumahnya sendiri. Karena harus melewati sungai, si pemuda akhirnya menceburkan diri dengan memanggul sepeda jengkinya itu, menyeberangi sungai. Si gadis jelmaan itu? Gadis itu masih ikut bersamanya. Singkat cerita, sang pemuda telah sampai di halaman rumahnya sendiri. Si gadis masih bersamanya. Ketika dipersilahkan untuk ikut masuk ke rumah. Si gadis tidak mau dan langsung pergi. Di kampung kami, gadis-gadis jelmaan semacam itu disebut "peri". Mungkin ia adalah gadis jin, yang terpikat oleh pemuda dari kalangan manusia. Cuma iseng, pengen dibonceng. Dan sekarang pemuda itu sudah menjadi kakek saya. (Kisah ini menurut cerita beliau sendiri, dan dibenarkan oleh ibu dan bibi saya yang merupakan anak beliau).

Supaya tidak diganggu jin, yang dianjurkan, di antaranya adalah membaca ayat Kursy, atau juga, membaca ta'awudz sambil meludah ke kiri sebanyak tiga kali. Tetapi, meminta perlindungannya harus hanya kepada Allah, bukan kepada lafadz-lafadz tersebut. Kalau ada di antara Anda ada yang pernah diganggu, coba cek lagi sholat Anda. Ingat-ingat lagi, barangkali pernah ada sholat wajib yang ditinggalkan. Wallaahu a'lam. Sholat adalah tiang agama, jadi jangan dianggap enteng meninggalkannya.

Pintu

Posted by Unknown on 18.07 with No comments
Bang, kiri Bang...! (turun angkot)

Ya, umumnya begitu kan kata-kata yang kita ucapkan kepada sopir angkot jika ingin turun. Kenapa coba harus pakai kata "kiri"?
Pernah sih, ada yang bilang, kata "kiri" itu digunakan karena pintu angkot ada di sebelah kiri, bukan kanan. Hmm..ya..yaa.. I see..I see..
Berarti, kalau naik becak, kata-kata yang kita ucapkan jika telah sampai lokasi tujuan dan hendak turun adalah, "Bang, depan Bang...!", karena pintu becak adalah mulut becak itu sendiri yang ada di bagian muka becak.
Dan berarti juga, kalau naik bemo, kata-katanya lain lagi, yaitu, "Bang, belakang Bang...!, karena pintu keluar masuk penumpangnya ada di belakang (meskipun di sebelah supir juga muat penumpang).
Lalu, kalau berdasarkan pintu juga, maka kalau kita naik taxi, bila ingin turun, kita bisa bilang, "Bang, kanan-kiri Bang...!", karena pintunya ada di kanan dan kiri.
Adapun kalau naik ojek...nah, ini yang paling keren, kita bisa bilang, "Bang, kanan-kiri-depan-belakang-atas-bawah Bang...!" Ojek (ojek sepeda motor) nggak ada pintunya... (Dan ternyata, bahasa Inggrisnya "ojek" adalah "motorcycle taxi", menurut buku panduan untuk mahasiswa asing di kampus kami).

Bicara soal pintu depan, pintu belakang, dan pintu arah lainnya, Al-Qur'an surat Al-Baqarah (2) ayat 189 rupanya juga membahas soal pintu. Pintu apakah? Pintu masuk rumah. Ayat tersebut menegur orang-orang yang masuk ke rumah lewat pintu belakang, dan menganjurkan orang-orang bertakwa agar memasuki rumah (apalagi rumah orang lain) melalui pintu depan. Untuk lebih jelasnya, bisa dibaca tafsirnya

Muka Ketonjok = Kifarat Dosa

Posted by Unknown on 18.05 with No comments
Anda pernah ngerasain bagaimana rasanya kalau muka terkena tinju?
Kalau yang hobi berkelahi mungkin sudah hafal bagaimana rasa ngilunya.
Ceritanya begini, waktu itu saya dan "sparing partner" saya, namanya Jefry (mudah-mudahan kelak menjadi Ustadz Jefry jilid II, jilid III, atau jilid IV), sedang mewakili perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Daerah Garut dalam sebuah kejuaraan di Bekasi, untuk cabang "demonstrasi ganda", yaitu duel dengan skenario (teman-teman lainnya di cabang tarung). Mmm..seperti apa ya kalau dijelaskan? Ya..pokoknya kurang lebih seperti adegan berkelahi di film-film laga. Seperti Iko Uwais melawan Aan Ruhiyat pemeran Mat Dog dalam film The Raid. Perkelahiannya sudah diskenario. Semuanya sudah diatur, kapan kita memukul atau dipukul, kapan menangkis, dll. Yang paling sedih adalah jika kita mendapat giliran dibanting. Jika partner melakukan gerakan membanting, maka kita yang harus membantingkan diri dan melemparkan tubuh kita sendiri. Terlebih waktu latihan, seringkali kami melakukannya di atas ubin keramik. Iiihhh..itu kalau beres latihan rasanya badan pada encok. Tapi partner saya badannya sangat kuat untuk urusan dibanting di lantai keramik. Makanya kalau di film ada adegan jagoan menendang muka penjahat lalu penjahatnya terpental berputar-putar dan terjatuh di meja dagangan tukang kue sampe mejanya hancur, itu sebenarnya si penjahat yang melemparkan dirinya sendiri. Makanya kelihatan hebat sekali kan si jagoan, menendang sedikit bisa bikin penjahat mental. Padahal kalau berkelahi sungguhan, hampir-hampir tidak ada orang ditendang sampai mental seperti itu.

Nah, waktu itu itu kami berdua sudah di arena, dipandangi ratusan pasang mata, para atlet, pelatih, dan dewan juri. Dari awal alhamdulillah adegan perkelahian kami lancar. Sampai tiba giliran saya melemparkan diri lalu menjatuhkan badan di lantai. Brugg!! Lumayan, linu. Tapi yang lebih nyeri adalah ketika saya bangkit, dan tanpa sadar partner saya ini sudah melesatkan tinjunya ke muka saya. Ndilalah, antisipasi saya telat. Hasilnya, mendaratlah tinju dari tangan kekar itu di muka saya. Bukkk!! Anda tahu rasanya? Mungkin kurang lebih seperti muka kita terkena lemparan sepatu. Seingat saya, yang lebih ngilu dari "ketonjok" adalah waktu saya jalan meleng di depan kelas (waktu di ma'had), dan tidak melihat jendela di depan saya sedang terbuka. Tiba-tiba...Brakkk!! muka saya menabraknya. Sampai sore harinya, di muka saya ada garis tebal memar berpola teralis jendela.
Tapi, tak mengapalah. Biar jadi kifarat (kaffaarat) dosa-dosa saya, karena Allah tahu siapa saya sebenanya. Sebab, pada sesi latihan juga, partner saya pernah tidak sengaja terkena sabetan golok pegangan saya. Lumayan..impas.. Kalo kata anak ekonomi, 'break even point'.

Eh iya, ngomong-ngomong, Anda tahu "kifarat/kaffaarat" nggak?
Kifarat/kaffaarat itu kurang lebih artinya "penghapusan dosa". Jadi, dalam Islam, sebetulnya juga ada istilah penghapusan dosa. Tetapi bukan dengan cara membayarkan sejumlah uang kepada ulama. Melainkan, bisa dengan menerima cobaan, penyakit, hukuman, dll. Atau kalau inisiatifnya datang dari kita sendiri, maka setiap ada kesalahan yang kita perbuat, harus dihapuskan dengan memperbanyak perbuatan baik yang setimpal. Makanya, dulu waktu Wahsy, pembunuh Sayyidina Hamzah paman Nabi, menyatakan diri masuk Islam dan bertobat, Nabi shallallaahu'alaihiwasallam mengatakan kepadanya bahwa kelak ia (Wahsy) akan melakukan kebaikan besar yang menghapus kesalahan besarnya membunuh Sayyidina Hamzah. Dan benar, beberapa waktu kemudian, dalam sebuah peperangan dengan musuh, Wahsy berhasil menumbangkan salah satu pembesar pasukan musuh.
So, perbanyaklah berbuat baik. Minimalnya untuk menghapus dosa-dosa kecil yang sering kita cicil setiap hari.

= Siapakah Sebenarnya Wanita itu? =

Posted by Unknown on 18.02 with No comments
Waktu itu saya masih blajar di ma'had...
Kebetulan sedang libur bulanan. Libur bulanan, biasa jatuh pada hari kamis-jum'at setiap pekan pertama awal bulan.
Sbagai orang jauh, bkn orang asli stempat, saya tidak pulang ke rumah seperti rekan-rekan yg lain, melainkan stay-in saja di ma'had bersama bbrapa tman lain yg jg tdk pulang.

Siang itu, saya mandi menjelang adzan dzuhur. Satu lokal kamar mandi yg trdiri dari 12 bak mandi besar itu seingat saya hanya ada saya seorang yg mandi.

Hingga selesai mandi, semua seperti biasa. Tidak ada apa-apa. Lalu, saya brjalan keluar dari lokal kamar mandi, menenteng alat2 mandi bserta handuk, menuju tempat wudhu di dkat ruang makan. Suasana bgtu sepi. Di dkat saya tidak ada orang. Paling2 hanya bbrapa karyawan ma'had. Itupun jaraknya agak jauh.

Di tempat wudhu, air tidak keluar. Akhirnya saya menghampiri kran yg brjarak bbrapa puluh langkah dr tmpt wudhu, untuk brwudhu di sana.
Sampai beres wudhu, suasana di sekitar saya biasa saja. Lengang.

Nah, bgtu saya hendak brjalan ke kamar, barulah cerita bermula.
Di dkat tmpat wudhu tadi, tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya menyapa saya. Saya tidak tahu dari mana datangnya. Sblum saya wudhu, di situ tidak ada orang. Tapi tiba-tiba saja wanita paruh baya itu muncul.

"Jang, punten Jang, nyuhunkeun sedekahna.. Kangge budak yatim.. Emak teh ti Gunung Suluh..", kata wanita itu. Saya lupa, apakah yg dia katakan itu Gunung Suluh atau Gunung Batu. Yg jelas, nama gunung itu asing bagi saya. Setahu saya, gunung yg dkat dngan ma'had bernama Gunung Cikurai dan di belakangnya ada Gunung Papandayan.

Saya lalu buru-buru ke kamar, mengambil sesuatu yg bisa diberikan utk wanita itu.
Setelah itu, saya balik lg ke tmpat kmunculan wanita itu, dan memberi ala kadarnya.

Lalu wanita itu brkata, "Hatur nuhun, Ujang.. Ehm, Ujang, ari ngamar palih mana? Tiasa nyuhunkeun acuk anu tos teu diangge, sareng cai asak herang?"
Bliau lalu saya ajak ke kamar. Di kamar saya hanya ada 2 orang tman. Tman saya itu lalu memberinya pakaian yg sudah tidak dipakai. Saya pun memberikan "cai asak herang" seperti yg dia minta. Segelas air putih pun saya serahkan kpada wanita itu.
Saya pikir dia ingin minum. Rupanya bukan. Dia membaca-bacai air itu. Saya melihat sndiri bgmana air itu nampak sdkit brubah warnanya. Wanita misterius itu lalu brtanya pada saya, "Ujang, tiasa saum tilu dinten? Upami teu tiasa, wios engke ku Emak disaumkeun..", seraya menyerahkan kmbali sglas air putih itu kpda saya. Saya bingung campur panik dan takut. Akhirnya saya buru-buru pergi meninggalkan wanita itu, menuju masjid, karena kbtulan saya blum shalat dzuhur.

TO BE CONTINUED... (pengalaman pribadi 8 tahun lalu)

Pemburu Jilbaber

Posted by Unknown on 17.55 with No comments
Suatu malam, saya bersekongkol dengan beberapa orang teman, sekaligus melakukan lobi terhadap seorang teman yang saya anggap termasuk salah seorang yang paling alim di asrama mahasiswa.
"Ente maunya yang kayak gimana?" tanya si alim ini.
"Pokoknya yang udah jadi lah..", jawab saya.
"Yang udah jadi gimana, maksudnya?" tanyanya lagi.
"Ya pokonya yang solehah bener-bener. Jilbabnya syar'i. Yang meskipun dunia kiamat luluh lantak, dia akan tetep berjilbab demikian. Piye? Ada nggak?" tanya saya.
"Hmm..ada, ada", katanya.

Singat cerita, keesokan paginya saya dan dua orang teman telah bersiaga di sebuah fakultas bernama "Fakultas Dirasat Islamiyah". Adapun teman saya yang alim ini sudah ada di dalam gedung fakultas tersebut, memastikan "target" kami sudah dalam genggaman. Tidak lama kemudian, ada sms. Isinya: "Mas Boy, kelas udah kelar nih". Maksudnya, supaya saya dkk. segera bergerak menuju "sasaran". Kami segera saja merangsek masuk ke dalam gedung tersebut, layaknya regu kecil Delta Force melancarkan operasi intelijen. Teman saya si alim, bertindak sebagai pengintai. Dua orang rekan saya akan menjadi "eksekutor". Adapun saya,,,bertugas menjadi "jilbabers hunter", pemburu para jilbaber. Jobdesk saya adalah mengumpulkan data para jilbaber yang akan menjadi "target", menghubungi mereka, menentukan waktu, dan menyiapkan bingkisan...
Bila "target" telah terkunci, maka dua orang rekan saya yang akan melakukan "eksekusi" dengan melakukan wawancara terhadap para jilbaber terpilih tersebut, seputar sejarah mereka berjilbab hingga kokoh seperti sekrang ini, faktor-faktor pendukung dan penghambat, jilbab dan karir, dan banyak lagi.
Seorang jilbaber sempat agak terkejut waktu saya bilang, "Sebenarnya Mbak sudah kami intai sejak lama". Hehe..supaya memancarkan hawa intelijen
Dan salah satu yang kami highlight adalah statement seorang jilbaber yang sempat kami wawancarai, yang bunyinya kurang lebih, "Dulu ketika pertama kali berjilbab, orang tua dan teman-teman meragukan saya, jangan-jangan nanti dilepas lagi. Tapi saya berani bertaruh, bahwa saya akan teguh. Dan sekarang, saya buktikan, bahwa jilbab/hijab tidak menghalangi aktifitas saya. Saya sampai sekarang masih suka mendaki gunung, dan juga melakukan kegiatan-kegiatan semacamnya. Lalu, kalau memang belum ada wanita aktif, unggul, pemanjat tebing or semacamnya, yang berjilbab, maka saya akan mengadakannya, dengan membuat diri saya menjadi wanita seperti itu." Beeuuuhhhh... mantabz. Dan si Mbak jilbaber yang mengunkapkan statement tersebut memang betul-betul berjilbab syar'i, berjubah, layaknya pemeran wanita di film Ketika Cinta Bertasbih. Lho kok tau? Ya iyalah..lha wong meski wawancaranya hanya beberapa menit, tapi pengintaian kami berhari-hari, didukung dengan para informan terpercaya yang betul-betul mengenal dekat para jilbaber yang menjadi "target".

Selain menjadi "jilbabers hunter", saya juga merangkap sebagai pengumpul data interview terhadap para wanita yang tidak atau belum berjilbab. Alhamdulillah upaya ini didukung oleh beberapa teman yang lain.
Dan yang sungguh luar biasa adalah respon yang sangat positif dari para responden, yang notabene tidak berjilbab atau belum berjilbab secara permanen. Beberapa di antaranya mengutarakan bahwa salah satu faktor yang membuat mereka belum siap berjilbab, adalah adanya konsekuensi dari jilbab yang menuntut mereka harus sudah baik akhlaknya, sedangkan mereka belum siap, sehingga merasa belum pantas. Ada juga yang memaparkan bahwa kondisi lingkungan dan teman-temannya belum mendukung, sehingga ia takut ada "gap" dengan teman-teman. Tapi, secara umum, para responden tersebut, menyatakan bahwa mereka ada iktikad untuk berjilbab di waktu mendatang.
Hmm..insyaAllah..prosesnya akan berjalan lancar, jika rekan-rekan jilbaber lebih memperluas pergaulannya, menjangkau teman-teman yang belum berjilbab, dengan pergaulan yang betul-betul cair, agar bisa menciptakan motivasi berjilbab di kalangan teman-teman kita yang belum berjilbab atau belum permanen berjilbab.
Sewaktu tinggal di dhersane (kami sempat menyebutnya Kosan/Asrama Turki), kami akrab dengan budaya "Tea-Time". Entah itu diskusi, mengaji, bercengkerama, santai, ataupun ketika menyambut tamu, maka "tea-time" insyaAllah selalu menjadi sajian andalan. Pengasuh kami dan rekan-rekan menamai saat-saat minum teh itu dengan istilah "çay saatı" (dibacanya "Chai Sa-ate"), hampir mirip dengan bahasa Arab, di mana "çay" adalah teh yang bahasa Arabnya "syai", dan "saatı" artinya waktu, seperti "saa'ah" dalam bahasa Arab.

Implikasi dari intensitas budaya minum teh yang begitu sering, adalah seringnya kami mencuci cangkir-cangkir teh, sendok, dan teko. Akhirnya, saya sebagai orang iseng, mengusulkan kepada ketua kami untuk meningkatkan "efisiensi" supaya kami tidak bolak-balik mencuci cangkir. Saya bilang aja ke ketua, "Bi, mungkin supaya lebih efisien dan biar kita nggak usah bolak-balik nyuci cangkir, bagaimana kalo kita minum tehnya langsung dari tekonya, dan kita udah ngemut gula di mulut kita masing-masing? Jadi nggak perlu cangkir, sendok, dan tempat gula..begitu..haha "
Eheheh, rupanya ketua membalas kelakar saya. Dia bilang, "Wah, itu masih kurang efisien. Supaya lebih efisien, langsung saja kita masukkan air panas ke mulut kita, lalu tambahkan gula, dan terakhir masukkan teh celup lalu kita kumur-kumur....blubuk-blubuk!! hahaha!! Jadi lebih efisien, karena nggak perlu teko juga.. " (begitu kurang lebih perkataannya saya bahasakan ulang)

Hehe..tapi kalau dipikir-pikir dari segi etika dan estetika, efisiensi yang kami ajukan di atas tidak bagus. Sehingga, kami kembali kepada konsep yang diajarkan Rasulullah shallallaahu'alaihi wasallam, yakni tidak langsung minum dari teko, kendi, atau bejana, melainkan dituang dulu ke gelas atau cangkir, supaya kalau. (Kecuali kalau darurat atau kepepet. Misalnya, karena gak ada gelas or cangkir.)

Nah, dewasa ini kita kerap mendengar istilah "standing party" atau pesta tanpa tempat duduk. Sebetulnya kalau hanya sekedar pertemuan biasa dengan tidak duduk, tanpa melibatkan acara makan-minum, mungkin tidak mengapa. Tetapi, hampir-hampir kan di setiap acara itu ada acara makan dan/atau minum -nya.Ya tho? Inti dari sebuah acara, kebanyakannya, adalah pada sesi makan-minumnya kan? Coba saja, kalau Anda mengundang pesta, tapi tidak ada makan atau minum-nya. Beberapa persen kemungkinan para hadirin dan hadirat nya bisa-bisa pada merengut, atau, buru-buru pulang, atau kalau yang bisa sabar, maka akan permisi keluar sebentar, untuk membeli makan/minum di luar, lalu masuk ke ruangan kembali.
Selanjutnya, karena acara pesta biasanya ada sesi santap hidangan makanan/minuman, maka hendaknya jika kita yang bertindak sebagai penyelenggara, kita sediakan pula tempat duduk, bisa berupa kursi, atau sejenisnya. Agar, acara kita tidak hanya lancar, tapi juga ada nilai keberkahan dan ibadahnya dengan melaksanakan apa yang dianjurkan Rasulullah Muhammad shallallaahu'alaihi wasallam.

Laqod kaana lakum fii rasuulillaahi uswatiun hasanah

Minggu, 02 Juni 2013

Baru saja...

Posted by Unknown on 17.28 with No comments
Saya sedang berjalan di trotoar di sisi jalanan kampus, hendak menuju tempat semedi saya: warnet.
Tiba-tiba seorang mahasiswi berjalan menghampiri saya dari arah parkiran motor.
Saya pikir hendak bertanya alamat. Gak tahunya dia minta tolong, motornya tidak bisa dinyalakan.
Saya coba starter, dan ternyata benar. Mesinnya tidak mau menyala. Berkali-kali saya starter, tetap motor ini keras kepala dalam "mati suri" nya. 

Gagal menstarter, saya beralih kepada cara kedua: meng-engkol pedal selagh-nya.
Tetep gak mau nyala. Astaghfirullaahal'adziim.. Saya jadi teringat peristiwa "Membuka Tutup Botol" di bus jurusan Tangerang-Bekasi yg dulu.

Saya tanya, "Biasanya begini, Mbak?
"Nggak kok. Ini baru aja begini", jawab mahasiswi itu.
"Pernah tiba-tiba berhenti di tengah perjalanan?" tanya saya seperti intelpol mengintrogasi.
"Pernah sih. Tapi nyala lagi kok waktu itu.." jawabnya lagi.

Saya bingung, lalu menelpon seorang kawan.
Di tengah-tengah saya menelpon, seorang murid saya lewat. Lalu dia melihat saya yg kebingungan. Dia lalu mmbantu kami. Dan... Aha! dia temukan trouble-nya.. dan mesin motor berhasil menyala di tangannya.. ALhamdulillaah..

Pelajaran yg kami dapat hari ini:
1. Firman Allah bahwa siapa yg menolong (dlm ayat Qur'an: menolong agama Allah), maka Allah akan menurunkan bantuan.
2. Orang yang barangkali sering terlupa oleh kita, barangkali justru dia yang akan menolong kita.
Pernah nonton film "Daredevil" (2003) ?
Di scene pembukanya, diperlihatkan Matt Murdock, yang diperankan oleh Ben Affleck, yang mengenakan kostum Daredevil tanpa topeng jatuh dari atap gereja, kejeblos, dan tubuhnya terhempas ke ruangan gereja. Lalu seorang berpakaian pastur/pendeta yg kbetulan ada di ruangan itu mnghampirinya.
Kalo saya yg mnggantikan Ben Affleck memainkan adegan itu, (meskipun akan mmbuat Daredevil nya bertubuh pendek, gemuk dan jenggotan), saya memilih jatuh di dalam masjid lalu dihampiri oleh marebot masjid yg lagi i'tikaf. itupun harus pake stuntman, supaya nanti saya tinggal akting menggelepar-gelepar dan merintih kesakitan. Enak tho? Itu dunia, bisa direkayasa. Bisa pakai pemeran pengganti. Yang patah tulang, keseleo, dan lebam-lebam adalah si stuntman/pemeran pengganti, tetapi, yang terkenal adalah aktornya.

Namun, akhirat sama sekali berbeda dgn dunia. Setiap orang bertindak sebagai dirinya sendiri, dan mmperoleh ganjaran sesuai yg diperbuat masing-masing.
Misalnya: Kalau Anda melakukan perbuatan yg mulia di sisi Allah, lalu saya berprasangka buruk terhadap Anda, maka setiap kita hnya mmpertanggungjawabkan perbuatan/amalan kita masing-masing. Anda bertanggungjawab atas perbuatan mulia Anda, dan mudah2an mndapat ganjaran yg baik. Sedangkan saya, akan dimintai pertanggungjawaban atas prasangka buruk yg saya tujukan kpda Anda.
Dan mnurut surat Az-Zumar ayat 7, An-Najm ayat 38, dan Al-Israa' ayat 15, seseorang tidak memikul dosa orang lain.

Subhaanaka laa 'ilma lanaa illaa maa 'allamtanaa innaka Anta Al-'Aliimu Al-Hakiim.

# Maximum-Minimum #

Posted by Unknown on 17.12 with No comments
Allah memerintahkan kita berusaha, semaksimal mungkin, dalam mencapai sesuatu. Kendati demikian, segala upaya maksimal kita tersebut hanyalah merupakan hal minimum di hadapan Allah, yg harus kita penuhi, sekedar supaya kelihatan pantas, bahwa kita layak mendapatkan suatu hasil.
Ya. Contohnya: jika Anda sakit, maka ikhtiar maksimum Anda barangkali adalah berobat ke dokter, rumah sakit, tabib, pengobatan herbal-tradisional, dsb. Namun, semua upaya susah payah Anda itu di sisi Allah hanyalah syarat minimal. Sebab, Anda hanya harus datang k tmpat berobat, pada hari tertentu. Tidak perlu menciptakan dulu dokternya, lalu Anda urus dia dari kecil sampai dewasa, lalu Anda didik menjadi dokter, yg memakan waktu bertahun-tahun baru Anda bisa berobat. Anda tidak perlu menciptakan dulu tumbuh-tumbuhan obat, lalu Anda teliti tumbuhan mana yg baik untuk obat, dan lalu Anda serahkan kpd si Dokter krn Anda mau berobat kepadanya. Ikhtiar kita hanyalah persentase kecil dari keputusan Allah, yg jika tidak dipenuhi maka pencapain hasil yg kita inginkan akan mendekati kemustahilan; sekalipun Allah bisa mewujudkan yg mustahil itu.
Contoh lain: Anda lapar, dan ingin makan. Kalau Anda mau masak sendiri, upaya maksimum Anda adalah belanja apa yg mau dimasak, lalu memasaknya, kemudian memakannya. Tapi, di sisi Allah, upaya Anda tersebut hanyalah syarat minimal yg harus Anda penuhi. Sebab, jika Anda ingin beli beras, Anda cukup tinggal beli. Tidak perlu menciptakan dulu petaninya, mengurusnya dari bayi sampai dewasa, lalu mendidiknya dgn ilmu dan tata cara bertani, dan kemudian menyuruhnya menjual beras hasil bercocok tanamnya kpada tukang beras yg akan Anda kunjungi. Karena, semua itu adalah "ranah" yg diatur oleh Allah. Bukan wilayah kita.
Seperti halnya jika kita bercocok tanam. Ranah yg menjadi wilayah kita, yg merupakan upaya maksimum kita, adalah menggali tanah, menaruh benih tanaman yg akan dipendam, lalu menutupkan tanahnya kembali. Tetapi, perkara benih itu akan tumbuh atau tidak, itu adalah wilayah 'prerogatif' Allah. Ikhtiar/berusaha adalah wilayah kita. Adapun berdoa adalah permohonan kita agar Allah melakukan tindakan terbaik pada apa yg menjadi wilayah-Nya.
Kaum atheist/ateis meyakini bahwa usaha dan hasil adalah wilayah manusia. Namun, perlu diperhatikan, bahwa ada upaya yg tidak mendatangkan hasil, dan ada pula hasil yg datang tanpa diupayakan. Di situlah Kebijaksanaan Allah berada.

Innamal 'ilmu 'indallaah..wa innamaa ana nadziirun mubiin..

Rabu, 29 Mei 2013

# Bukan Burung Biasa #

Posted by Unknown on 03.43 with No comments
Di beberapa negara, biasanya kalau ada buku or film dari negara asing, maka judul diterjemahkan ke dalam bahasa negara tersebut. Misalnya, untuk kalangan luar negeri, Laskar Pelangi diterjemahkan menjadi The Rainbow Troops. Atau, film Ketika Cinta Bertasbih, untuk kawasan negara-negara berbahasa Arab, judulnya menjadi "'Indamaa Yusabbihul-Hubb".
Tapi, nampaknya ini agak berbeda buat orang kita. Sering kan kita melihat di beberapa toko buku ada buku-buku judulnya berbahasa Inggris tapi isinya Bahasa Indonesia. Sebab, ada kecenderungan kita untuk lebih tertarik dengan sesuatu yang berbahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Orang kita juga nampaknya akan mempersepsikan image yang berbeda jika misalnya film Spiderman ketika masuk ke Indonesia judulnya menjadi "Manusia Laba-laba", atau Iron Man menjadi "Manusia Besi".
Nah, tadi pagi kira-kira jam setengah sebelas, selepas kerja bakti dengan bapak-bapak jama'ah bikin galian paralon di masjid (walah-walah capeknya bukan main, mungkin begitu yang selalu dirasakan para pekerja galian pipa ledeng), saya tiba-tiba ingin bernostaslgia, barangkali di TV masih ada film-film vampir Jepang yang jalannya loncat-loncat seperti yang suka saya tonton dulu kalau pulang sekolah SD bersama teman-teman. Eh, rupanya tidak ada. Malah adanya berita olahraga, film india "Kal Ho Na Ho", dll. Saya terus pindah channel, dan ketemu sebuah film kartun. Ahahay..ternyata film Angry Bird. Terbersit pikiran iseng saya untuk menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Rupanya memang lebih baik tidak diterjemahkan. Karena, kalau orang seperti saya yang menerjemahkan, maka akan namanya menjadi "Burung Ngamuk". Kan kurang enak kedengarannya.
Kalau dilihat-lihat, film Angry Bird ini mengingatkan pada Burung Abaabiil dalam Al-Qur'an surat Al-Fill. Bedanya, Angry Bird melontarkan dirinya dengan ketapel untuk memusnahkan babi-babi hijau (ini juga saya baru lihat kok ada babi warna hijau,,,mungkin sudah menjadi mutan seperti Hulk), sedangkan, Burung Ababiil diutus oleh Allah membawa batu-batu panas untuk melempari pasukan bergajah pimpinan Abrahah yang hendak menghancurkan Ka'bah. Kalau babi-babi hijau dalam Angry Bird itu musnah dengan cara meledak "Bumm!! Tar!! Tar!! Tar!! Krotak, krotak!!", sedangkan pasukan bergajah berikut gajah-gajah yang ditumpanginya menjadi bolong-bolong tubuhnya akibat terkena lemparan batu-batu api yang kabarnya "panas-panas" dibawa langsung dari neraka. Bolong-bolong, seperti daun dimakan ulat "ka'ashfin ma'-kuul".

Benarkah Allah itu ada?

Posted by Unknown on 03.36 with No comments
Apakah akhirat, surga, dan neraka, itu benar-benar ada? Atau hanya sekedar konsep yg diada-adakan manusia ketika mengalami ketidakberdayaan? Jika semua itu ternyata tidak kita jumpai setelah kita mati, bagaimana? Masihkah kita akan menyembah Allah?

Jawabannya: Yaa..lebih baik kita laksanakan saja ibadah dan keyakinan kita. Toh, jika ternyata semua itu tidak ada, kita hanya merugi karena "membuang" sebagian waktu kita untuk melaksanakan ritual ibadah dan keyakinan. Gak terlalu nyesel.
Ketimbang, kita tidak percaya semua itu dan tidak pula melaksanakan ibadah dan keyakinan agama, lalu, tiba-tiba setelah mati, kita berhadapan dengan kenyataan bahwa semua itu ternyata benar-benar ada. Jika terbukti semua itu benar adanya, sementara sewaktu hidup kita tidak pernah mengimaninya, maka terbuang sia-sialah seluruh usia kita di dunia. Hendak kembali hidup di dunia untuk memperbaiki amalan pun tiada lagi bisa.

Selasa, 28 Mei 2013

# 3 Dimensi #

Posted by Unknown on 19.24 with No comments
Di manapun Anda berada, dunia yang Allah hamparkan di mata Anda hanyalah sejauh mata memandang. Sejauh apapun jarak yang pernah Anda tempuh, meski Anda pernah keliling dunia jutaan kali, yang dihamparkan di depan mata Anda, hanyalah sejauh yang dapat Anda lihat, dalam radius beberapa ratus meter saja, selebihnya "ghaib", tidak terjangkau penglihatan Anda. Jika Anda berusaha melangkah maju untuk memperjelas penglihatan Anda terhadap sesuatu di depan Anda, maka hal-hal di belakang Anda pun menghilang beberapa meter, jadi tak nampak. Jika Anda berjalan melangkah ke sebelah kanan untuk memperjelas penglihatan Anda terhadap sesuatu nun jauh di kanan Anda, maka hal-hal di nun di sebelah kiri Anda pun menghilang beberapa meter, jadi tak kentara. Bila Anda berlari ke arah Timur, maka apa-apa yang ada di sebelah Barat Anda menjadi "ghaib" beberapa meter.

Terlebih, dunia ini betul-betul ilusi. Apa-apa yang bisa Anda lihat, tak semuanya dapat Anda raih dengan tangan Anda. Tak semuanya dapat Anda jangkau, padahal terlihat. Dunia fana. Tak semua rencana menjadi nyata. Tak semua harap terejawantah. Tak semua mimpi terwujud.

Tapi jangan khawatir, sebab Allah menjadikan kita hidup pada tiga dimensi, yakni kasat, ghaib, dan antara. Artinya, kita dapat memperbuat segala amalan dalam 3 dimensi tersebut. Dimensi kasat adalah apa yang kita perbuat di alam kasat ini. Anda makan, minum, bekerja, dan lain-lain, itu terjadi pada wilayah kasat. Dimensi antara adalah apa yang Anda pebuat melalui lisan Anda. Perkataan Anda adalah sesuatu yang terdengar tapi tak nampak. Karenanya, ia ada di wilayah antara. Sedangkan dimensi ghaib, adalah apa yang Anda perbuat melalui hati Anda, yang mencakup pikiran dan perasaan. Tidak aneh, unsur iman mencakup tiga dimensi: membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Namun, perhatikan juga hadits Nabi yang menyuruh kita untuk menindak kemungkaran lewat "yad" (perbuatan alam kasat); lalu jika tidak mampu maka dengan "lisan" (perbuatan alam antara); dan jika tidak mampu juga maka melalui perbuatan dimensi ghaib kita yakni "qalb" (amalan hati yang mencakup pikiran dan perasaan).
Dan semua dimensi itu mendapatkan penilaian dari Allah.

Oleh karena itu, jika kita belum berhasil di alam kasat, entah itu berupa halang rintangan yang menghalangi kita mencapai tujuan dan cita-cita mulia kita, maka perbuatlah di alam dimensi ghaib, yakni di dalam hati kita. Sebab Allah tetap memperhitungkan apa yang kita lakukan di dimensi ghaib kita dalam hati, sebagai amal perbuatan. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 284, bahwa perbuatan yang kita tampakkan (di alam kasat) juga perbuatan yang kita sembunyikan di dimensi ghaib (di dalam hati) akan sama-sama diperhitungkan oleh Allah. Ingat kembali segala peristiwa yang Anda alami. Apa-apa yang Anda perbuat, sebelum terjadi di alam kasat, sebenarnya sudah terlintas di benak Anda sebelum Anda melakukannya. Apa-apa yang Anda katakan dengan lisan, beberapa detik sebelumnya telah Anda katakan dalam hati. Ketika Anda naik sepeda dan akan kecebur ke selokan pun, beberapa detik sebelum nyusrug ke selokan itu Anda sudah melihat diri Anda kecemplung ke selokan. Jika Anda pernah menabrak sesuatu ketika mengendarai sepeda motor, maka beberapa detik sebelumnya Anda telah melihat diri Anda menabraknya. Ingat-ingat kembali. Ini merupakan petunjuk bahwa kita tidak hanya menjalani alam kasat saja. So, kalau di alam kasat Anda belum berhasil berbuat mulia, lakukanlah dalam benak Anda. Jika Allah berkenan, in Sya ALlah apa yang Anda perbuat dalam dimensi ghaib Anda akan muncul ke alam kasat. Tapi semua atas izin ALlah.

Wallaahu a'lam..wa a'uudzu billaahi an akuuna minal khaathi-iin..