Senin, 10 Juni 2013

Anak Manusia atau Anak Jin?

Posted by Unknown on 18.12 with No comments
Sekitar setengah jam sebelum subuh..
Lagi asik-asiknya mandi byarr byurr...tiba-tiba...Pet!! Listrik mati.
Eaah..sontak saja gelap gulita melanda. Rasanya seperti orang buta. Mungkin begini rasanya kalau tunanetra sedang mandi. Tak ada cahaya sedikitpun. Tapi, alhamdulillah masih bisa membedakan mana tubuh bagian depan dan mana bagian belakang.

Setelah mandi, berangkat ke masjid. Suasana perumahan gelap gulita. Karena kebanyakan ngobrolin hal-hal mistis dengan teman kosan, jadinya bayangan penampakan makhluk halus suka kadang-kadang menghantui. Bagaimana jika tiba-tiba di depan muncul sesosok anak kecil hitam tak jelas wajahnya berlari menghampiri. Tapi alhamdulillah tiba-tiba rasa tenang datang ketika teringat kelakar seorang teman, namanya Sandi, tentang cara membuktikan apakah uang Rp100.000 yang ada di dompet kita itu asli atau palsu? Ia bilang, "Kalau pengen tau duit Rp100.000 punya ente itu asli or palsu, cukup taruh ditengah jalan. Ntar kalo ada yang ngambil, berarti itu duit asli".
Akhirnya apa? Yang terpikir di tengah menelusuri jalanan gelap itu adalah: jika ada sesosok anak kecil tak jelas wujudnya berlari mendekat, maka akan langsung saya selengkat (sliding tackle) supaya dia jatuh. Kalau menangis berati anak orang, tapi, kalo jatuh langsung menghilang berati mungkin anak jin. Habis perkara. Simpel saja rupanya..

Lalu bagimana jika munculnya dalam bentuk wanita cantik? Ahahay..
Konon, dulu di kampung tempat kelahiran saya, pada zaman listrik belum ada dan kampung tersebut masih belum seramai sekarang, hiduplah seorang pemuda. Waktu itu TV hanya ada di kecamatan. Kisahnya, malam itu sang pemuda pulang menonton wayang di tempat nun jauh dari rumah, sampai tengah malam. Ketika pulang, ia mengayuh sepedanya melintasi jalan yang biasa dilewatinya, jalanan kampung nan ditudungi pepohonan, sepi, dan gelap pula pastinya. Yah, namanya di kampung zaman dulu. Di tengah perjalanan, ada seorang gadis melambai-lambaikan tangannya, memanggil-manggil. Gadis itu caaantiiiiikkk..sekaliii... Wangi pula, harum semerbak. Gadis itu minta diantar pulang, dengan dibonceng sepeda oleh si pemuda. Bagai ketiban rejeki, si pemuda akhirnya membonceng gadis nan cantik jelita dan harum itu.
Sepanjang jalan, sepenglihatan sang pemuda, jalan ke arah rumah si gadis cantik ini adalah jalan kampung. Namun, semakin lama, si pemuda baru sadar, ketika tiba-tiba, Cling!!, ia ada di tengah jalan kuburan. Gadis ini membawanya ke jalan di tengah-tengah kuburan. Lalu, aroma gadis di belakangnya mendadak menjadi bau busuk. Hmm..si pemuda akhirnya sadar kalau ia sedang dikerjai gadis jelmaan. Tapi ia tetap tenang, dan langsung mengarahkan sepedanya ke jalan menuju rumahnya sendiri. Karena harus melewati sungai, si pemuda akhirnya menceburkan diri dengan memanggul sepeda jengkinya itu, menyeberangi sungai. Si gadis jelmaan itu? Gadis itu masih ikut bersamanya. Singkat cerita, sang pemuda telah sampai di halaman rumahnya sendiri. Si gadis masih bersamanya. Ketika dipersilahkan untuk ikut masuk ke rumah. Si gadis tidak mau dan langsung pergi. Di kampung kami, gadis-gadis jelmaan semacam itu disebut "peri". Mungkin ia adalah gadis jin, yang terpikat oleh pemuda dari kalangan manusia. Cuma iseng, pengen dibonceng. Dan sekarang pemuda itu sudah menjadi kakek saya. (Kisah ini menurut cerita beliau sendiri, dan dibenarkan oleh ibu dan bibi saya yang merupakan anak beliau).

Supaya tidak diganggu jin, yang dianjurkan, di antaranya adalah membaca ayat Kursy, atau juga, membaca ta'awudz sambil meludah ke kiri sebanyak tiga kali. Tetapi, meminta perlindungannya harus hanya kepada Allah, bukan kepada lafadz-lafadz tersebut. Kalau ada di antara Anda ada yang pernah diganggu, coba cek lagi sholat Anda. Ingat-ingat lagi, barangkali pernah ada sholat wajib yang ditinggalkan. Wallaahu a'lam. Sholat adalah tiang agama, jadi jangan dianggap enteng meninggalkannya.

0 komentar:

Facebook Blogger Plugin: Bloggerized by Shafee Live

Posting Komentar