Tampilkan postingan dengan label cinta islami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cinta islami. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Juni 2013

Pintu

Posted by Unknown on 18.07 with No comments
Bang, kiri Bang...! (turun angkot)

Ya, umumnya begitu kan kata-kata yang kita ucapkan kepada sopir angkot jika ingin turun. Kenapa coba harus pakai kata "kiri"?
Pernah sih, ada yang bilang, kata "kiri" itu digunakan karena pintu angkot ada di sebelah kiri, bukan kanan. Hmm..ya..yaa.. I see..I see..
Berarti, kalau naik becak, kata-kata yang kita ucapkan jika telah sampai lokasi tujuan dan hendak turun adalah, "Bang, depan Bang...!", karena pintu becak adalah mulut becak itu sendiri yang ada di bagian muka becak.
Dan berarti juga, kalau naik bemo, kata-katanya lain lagi, yaitu, "Bang, belakang Bang...!, karena pintu keluar masuk penumpangnya ada di belakang (meskipun di sebelah supir juga muat penumpang).
Lalu, kalau berdasarkan pintu juga, maka kalau kita naik taxi, bila ingin turun, kita bisa bilang, "Bang, kanan-kiri Bang...!", karena pintunya ada di kanan dan kiri.
Adapun kalau naik ojek...nah, ini yang paling keren, kita bisa bilang, "Bang, kanan-kiri-depan-belakang-atas-bawah Bang...!" Ojek (ojek sepeda motor) nggak ada pintunya... (Dan ternyata, bahasa Inggrisnya "ojek" adalah "motorcycle taxi", menurut buku panduan untuk mahasiswa asing di kampus kami).

Bicara soal pintu depan, pintu belakang, dan pintu arah lainnya, Al-Qur'an surat Al-Baqarah (2) ayat 189 rupanya juga membahas soal pintu. Pintu apakah? Pintu masuk rumah. Ayat tersebut menegur orang-orang yang masuk ke rumah lewat pintu belakang, dan menganjurkan orang-orang bertakwa agar memasuki rumah (apalagi rumah orang lain) melalui pintu depan. Untuk lebih jelasnya, bisa dibaca tafsirnya

Muka Ketonjok = Kifarat Dosa

Posted by Unknown on 18.05 with No comments
Anda pernah ngerasain bagaimana rasanya kalau muka terkena tinju?
Kalau yang hobi berkelahi mungkin sudah hafal bagaimana rasa ngilunya.
Ceritanya begini, waktu itu saya dan "sparing partner" saya, namanya Jefry (mudah-mudahan kelak menjadi Ustadz Jefry jilid II, jilid III, atau jilid IV), sedang mewakili perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Daerah Garut dalam sebuah kejuaraan di Bekasi, untuk cabang "demonstrasi ganda", yaitu duel dengan skenario (teman-teman lainnya di cabang tarung). Mmm..seperti apa ya kalau dijelaskan? Ya..pokoknya kurang lebih seperti adegan berkelahi di film-film laga. Seperti Iko Uwais melawan Aan Ruhiyat pemeran Mat Dog dalam film The Raid. Perkelahiannya sudah diskenario. Semuanya sudah diatur, kapan kita memukul atau dipukul, kapan menangkis, dll. Yang paling sedih adalah jika kita mendapat giliran dibanting. Jika partner melakukan gerakan membanting, maka kita yang harus membantingkan diri dan melemparkan tubuh kita sendiri. Terlebih waktu latihan, seringkali kami melakukannya di atas ubin keramik. Iiihhh..itu kalau beres latihan rasanya badan pada encok. Tapi partner saya badannya sangat kuat untuk urusan dibanting di lantai keramik. Makanya kalau di film ada adegan jagoan menendang muka penjahat lalu penjahatnya terpental berputar-putar dan terjatuh di meja dagangan tukang kue sampe mejanya hancur, itu sebenarnya si penjahat yang melemparkan dirinya sendiri. Makanya kelihatan hebat sekali kan si jagoan, menendang sedikit bisa bikin penjahat mental. Padahal kalau berkelahi sungguhan, hampir-hampir tidak ada orang ditendang sampai mental seperti itu.

Nah, waktu itu itu kami berdua sudah di arena, dipandangi ratusan pasang mata, para atlet, pelatih, dan dewan juri. Dari awal alhamdulillah adegan perkelahian kami lancar. Sampai tiba giliran saya melemparkan diri lalu menjatuhkan badan di lantai. Brugg!! Lumayan, linu. Tapi yang lebih nyeri adalah ketika saya bangkit, dan tanpa sadar partner saya ini sudah melesatkan tinjunya ke muka saya. Ndilalah, antisipasi saya telat. Hasilnya, mendaratlah tinju dari tangan kekar itu di muka saya. Bukkk!! Anda tahu rasanya? Mungkin kurang lebih seperti muka kita terkena lemparan sepatu. Seingat saya, yang lebih ngilu dari "ketonjok" adalah waktu saya jalan meleng di depan kelas (waktu di ma'had), dan tidak melihat jendela di depan saya sedang terbuka. Tiba-tiba...Brakkk!! muka saya menabraknya. Sampai sore harinya, di muka saya ada garis tebal memar berpola teralis jendela.
Tapi, tak mengapalah. Biar jadi kifarat (kaffaarat) dosa-dosa saya, karena Allah tahu siapa saya sebenanya. Sebab, pada sesi latihan juga, partner saya pernah tidak sengaja terkena sabetan golok pegangan saya. Lumayan..impas.. Kalo kata anak ekonomi, 'break even point'.

Eh iya, ngomong-ngomong, Anda tahu "kifarat/kaffaarat" nggak?
Kifarat/kaffaarat itu kurang lebih artinya "penghapusan dosa". Jadi, dalam Islam, sebetulnya juga ada istilah penghapusan dosa. Tetapi bukan dengan cara membayarkan sejumlah uang kepada ulama. Melainkan, bisa dengan menerima cobaan, penyakit, hukuman, dll. Atau kalau inisiatifnya datang dari kita sendiri, maka setiap ada kesalahan yang kita perbuat, harus dihapuskan dengan memperbanyak perbuatan baik yang setimpal. Makanya, dulu waktu Wahsy, pembunuh Sayyidina Hamzah paman Nabi, menyatakan diri masuk Islam dan bertobat, Nabi shallallaahu'alaihiwasallam mengatakan kepadanya bahwa kelak ia (Wahsy) akan melakukan kebaikan besar yang menghapus kesalahan besarnya membunuh Sayyidina Hamzah. Dan benar, beberapa waktu kemudian, dalam sebuah peperangan dengan musuh, Wahsy berhasil menumbangkan salah satu pembesar pasukan musuh.
So, perbanyaklah berbuat baik. Minimalnya untuk menghapus dosa-dosa kecil yang sering kita cicil setiap hari.

= Siapakah Sebenarnya Wanita itu? =

Posted by Unknown on 18.02 with No comments
Waktu itu saya masih blajar di ma'had...
Kebetulan sedang libur bulanan. Libur bulanan, biasa jatuh pada hari kamis-jum'at setiap pekan pertama awal bulan.
Sbagai orang jauh, bkn orang asli stempat, saya tidak pulang ke rumah seperti rekan-rekan yg lain, melainkan stay-in saja di ma'had bersama bbrapa tman lain yg jg tdk pulang.

Siang itu, saya mandi menjelang adzan dzuhur. Satu lokal kamar mandi yg trdiri dari 12 bak mandi besar itu seingat saya hanya ada saya seorang yg mandi.

Hingga selesai mandi, semua seperti biasa. Tidak ada apa-apa. Lalu, saya brjalan keluar dari lokal kamar mandi, menenteng alat2 mandi bserta handuk, menuju tempat wudhu di dkat ruang makan. Suasana bgtu sepi. Di dkat saya tidak ada orang. Paling2 hanya bbrapa karyawan ma'had. Itupun jaraknya agak jauh.

Di tempat wudhu, air tidak keluar. Akhirnya saya menghampiri kran yg brjarak bbrapa puluh langkah dr tmpt wudhu, untuk brwudhu di sana.
Sampai beres wudhu, suasana di sekitar saya biasa saja. Lengang.

Nah, bgtu saya hendak brjalan ke kamar, barulah cerita bermula.
Di dkat tmpat wudhu tadi, tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya menyapa saya. Saya tidak tahu dari mana datangnya. Sblum saya wudhu, di situ tidak ada orang. Tapi tiba-tiba saja wanita paruh baya itu muncul.

"Jang, punten Jang, nyuhunkeun sedekahna.. Kangge budak yatim.. Emak teh ti Gunung Suluh..", kata wanita itu. Saya lupa, apakah yg dia katakan itu Gunung Suluh atau Gunung Batu. Yg jelas, nama gunung itu asing bagi saya. Setahu saya, gunung yg dkat dngan ma'had bernama Gunung Cikurai dan di belakangnya ada Gunung Papandayan.

Saya lalu buru-buru ke kamar, mengambil sesuatu yg bisa diberikan utk wanita itu.
Setelah itu, saya balik lg ke tmpat kmunculan wanita itu, dan memberi ala kadarnya.

Lalu wanita itu brkata, "Hatur nuhun, Ujang.. Ehm, Ujang, ari ngamar palih mana? Tiasa nyuhunkeun acuk anu tos teu diangge, sareng cai asak herang?"
Bliau lalu saya ajak ke kamar. Di kamar saya hanya ada 2 orang tman. Tman saya itu lalu memberinya pakaian yg sudah tidak dipakai. Saya pun memberikan "cai asak herang" seperti yg dia minta. Segelas air putih pun saya serahkan kpada wanita itu.
Saya pikir dia ingin minum. Rupanya bukan. Dia membaca-bacai air itu. Saya melihat sndiri bgmana air itu nampak sdkit brubah warnanya. Wanita misterius itu lalu brtanya pada saya, "Ujang, tiasa saum tilu dinten? Upami teu tiasa, wios engke ku Emak disaumkeun..", seraya menyerahkan kmbali sglas air putih itu kpda saya. Saya bingung campur panik dan takut. Akhirnya saya buru-buru pergi meninggalkan wanita itu, menuju masjid, karena kbtulan saya blum shalat dzuhur.

TO BE CONTINUED... (pengalaman pribadi 8 tahun lalu)

Pemburu Jilbaber

Posted by Unknown on 17.55 with No comments
Suatu malam, saya bersekongkol dengan beberapa orang teman, sekaligus melakukan lobi terhadap seorang teman yang saya anggap termasuk salah seorang yang paling alim di asrama mahasiswa.
"Ente maunya yang kayak gimana?" tanya si alim ini.
"Pokoknya yang udah jadi lah..", jawab saya.
"Yang udah jadi gimana, maksudnya?" tanyanya lagi.
"Ya pokonya yang solehah bener-bener. Jilbabnya syar'i. Yang meskipun dunia kiamat luluh lantak, dia akan tetep berjilbab demikian. Piye? Ada nggak?" tanya saya.
"Hmm..ada, ada", katanya.

Singat cerita, keesokan paginya saya dan dua orang teman telah bersiaga di sebuah fakultas bernama "Fakultas Dirasat Islamiyah". Adapun teman saya yang alim ini sudah ada di dalam gedung fakultas tersebut, memastikan "target" kami sudah dalam genggaman. Tidak lama kemudian, ada sms. Isinya: "Mas Boy, kelas udah kelar nih". Maksudnya, supaya saya dkk. segera bergerak menuju "sasaran". Kami segera saja merangsek masuk ke dalam gedung tersebut, layaknya regu kecil Delta Force melancarkan operasi intelijen. Teman saya si alim, bertindak sebagai pengintai. Dua orang rekan saya akan menjadi "eksekutor". Adapun saya,,,bertugas menjadi "jilbabers hunter", pemburu para jilbaber. Jobdesk saya adalah mengumpulkan data para jilbaber yang akan menjadi "target", menghubungi mereka, menentukan waktu, dan menyiapkan bingkisan...
Bila "target" telah terkunci, maka dua orang rekan saya yang akan melakukan "eksekusi" dengan melakukan wawancara terhadap para jilbaber terpilih tersebut, seputar sejarah mereka berjilbab hingga kokoh seperti sekrang ini, faktor-faktor pendukung dan penghambat, jilbab dan karir, dan banyak lagi.
Seorang jilbaber sempat agak terkejut waktu saya bilang, "Sebenarnya Mbak sudah kami intai sejak lama". Hehe..supaya memancarkan hawa intelijen
Dan salah satu yang kami highlight adalah statement seorang jilbaber yang sempat kami wawancarai, yang bunyinya kurang lebih, "Dulu ketika pertama kali berjilbab, orang tua dan teman-teman meragukan saya, jangan-jangan nanti dilepas lagi. Tapi saya berani bertaruh, bahwa saya akan teguh. Dan sekarang, saya buktikan, bahwa jilbab/hijab tidak menghalangi aktifitas saya. Saya sampai sekarang masih suka mendaki gunung, dan juga melakukan kegiatan-kegiatan semacamnya. Lalu, kalau memang belum ada wanita aktif, unggul, pemanjat tebing or semacamnya, yang berjilbab, maka saya akan mengadakannya, dengan membuat diri saya menjadi wanita seperti itu." Beeuuuhhhh... mantabz. Dan si Mbak jilbaber yang mengunkapkan statement tersebut memang betul-betul berjilbab syar'i, berjubah, layaknya pemeran wanita di film Ketika Cinta Bertasbih. Lho kok tau? Ya iyalah..lha wong meski wawancaranya hanya beberapa menit, tapi pengintaian kami berhari-hari, didukung dengan para informan terpercaya yang betul-betul mengenal dekat para jilbaber yang menjadi "target".

Selain menjadi "jilbabers hunter", saya juga merangkap sebagai pengumpul data interview terhadap para wanita yang tidak atau belum berjilbab. Alhamdulillah upaya ini didukung oleh beberapa teman yang lain.
Dan yang sungguh luar biasa adalah respon yang sangat positif dari para responden, yang notabene tidak berjilbab atau belum berjilbab secara permanen. Beberapa di antaranya mengutarakan bahwa salah satu faktor yang membuat mereka belum siap berjilbab, adalah adanya konsekuensi dari jilbab yang menuntut mereka harus sudah baik akhlaknya, sedangkan mereka belum siap, sehingga merasa belum pantas. Ada juga yang memaparkan bahwa kondisi lingkungan dan teman-temannya belum mendukung, sehingga ia takut ada "gap" dengan teman-teman. Tapi, secara umum, para responden tersebut, menyatakan bahwa mereka ada iktikad untuk berjilbab di waktu mendatang.
Hmm..insyaAllah..prosesnya akan berjalan lancar, jika rekan-rekan jilbaber lebih memperluas pergaulannya, menjangkau teman-teman yang belum berjilbab, dengan pergaulan yang betul-betul cair, agar bisa menciptakan motivasi berjilbab di kalangan teman-teman kita yang belum berjilbab atau belum permanen berjilbab.

Minggu, 02 Juni 2013

Baru saja...

Posted by Unknown on 17.28 with No comments
Saya sedang berjalan di trotoar di sisi jalanan kampus, hendak menuju tempat semedi saya: warnet.
Tiba-tiba seorang mahasiswi berjalan menghampiri saya dari arah parkiran motor.
Saya pikir hendak bertanya alamat. Gak tahunya dia minta tolong, motornya tidak bisa dinyalakan.
Saya coba starter, dan ternyata benar. Mesinnya tidak mau menyala. Berkali-kali saya starter, tetap motor ini keras kepala dalam "mati suri" nya. 

Gagal menstarter, saya beralih kepada cara kedua: meng-engkol pedal selagh-nya.
Tetep gak mau nyala. Astaghfirullaahal'adziim.. Saya jadi teringat peristiwa "Membuka Tutup Botol" di bus jurusan Tangerang-Bekasi yg dulu.

Saya tanya, "Biasanya begini, Mbak?
"Nggak kok. Ini baru aja begini", jawab mahasiswi itu.
"Pernah tiba-tiba berhenti di tengah perjalanan?" tanya saya seperti intelpol mengintrogasi.
"Pernah sih. Tapi nyala lagi kok waktu itu.." jawabnya lagi.

Saya bingung, lalu menelpon seorang kawan.
Di tengah-tengah saya menelpon, seorang murid saya lewat. Lalu dia melihat saya yg kebingungan. Dia lalu mmbantu kami. Dan... Aha! dia temukan trouble-nya.. dan mesin motor berhasil menyala di tangannya.. ALhamdulillaah..

Pelajaran yg kami dapat hari ini:
1. Firman Allah bahwa siapa yg menolong (dlm ayat Qur'an: menolong agama Allah), maka Allah akan menurunkan bantuan.
2. Orang yang barangkali sering terlupa oleh kita, barangkali justru dia yang akan menolong kita.

# Hujan Bidadari #

Posted by Unknown on 17.18 with No comments
Andaikan manusia hanya berjenis laki-laki... dan semua perempuan adalah bidadari syurga, yang tercipta bukan dari proses perkembangbiakan, melainkan diturunkan langsung oleh Allah dari langit, setiap satu bulan sekali... mungkin pada hari jadwal "hujan bidadari", jalan-jalan protokol setiap kota dan kabupaten, alun-alun, dan stadion olah raga, akan dipenuhi manusia (yang semuanya laki-laki) beberapa jam sebelum "hujan bidadari" itu turun. Dan begitu langit mulai gelap oleh karena cahaya matahari terhalangi jutaan bidadari yang berjatuhan dari langit, orang-orang berlarian, saling berlomba-lomba seperti sedang mengejar layangan putus. Ada yang bela-belain manjat gedung tinggi, karena sebagian bidadari jatuh di sana. Ada yang memanjat pohon-pohon, sebab beberapa bidadari nyangkut di pohon. Orang-orang yang baru beres renang, nyebur lagi ke kolam renang, karena ada bidadari yang nyemplung di kolam itu. Sopir-sopir truk dan kontainer mengerahkan kendaraan mereka untuk menadahi bidadari-bidadari yang berjatuhan itu, supaya bisa mendapatkan puluhan bidadari sekali tangkap. Para nelayan yang sedang ngopi-ngopi dan bakar-bakar ikan segera meninggalkan aktifitasnya ketika melihat ribuan bidadari ada yang kecebur di laut, dan mereka segera menyalakan kapal motor mereka sambil membawa jaring pukat harimau, agar bisa meraup bidadari-bidadari yang mengambang di laut itu. Pemulung-pemulung yang sedang memunguti sampah, langsung menumpahkan kembali barang-barang rongsokan di karung dan gerobaknya, untuk menangkap dan mengangkut bidadari-bidadari yang berjatuhan. Orang-orang saling berebut,
"Gua mau bidadari yang itu, yang pake selendang ijo.."
"Enang aja lo, orang itu udah gua bidik dari tadi.."

Sopir-sopir truk dan para nelayan, pulang ke rumah sembari bersiul-siul merayakan kemenangan. Orang-orang pada bertanya,
"Dapet berapa, Bang?"
"Lumayan,,,truk gua penuh nih, hehe..", jawabnya.

Selera terhadap perempuan itu ada dalam diri setiap laki-laki yang normal secara fitrah penciptaan. Sebab, memang Allah telah menginstallnya dalam diri setiap laki-laki melalui -kalau kata anak IT- bahasa pemrograman dalam storage Al-Qur'an surat Ali Imran (3) ayat 14. Karenanya, wanita dalam segala bentuk, warna, dan ukuran, In Sya Allah telah Allah jadikan ada laki-laki yang mau menikahinya. Sehingga, seorang muslimah tidak perlu (tepatnya: jangan) mengorbankan nilai-nilai aqidah dan syariat hanya demi mendapatkan cinta seorang laki-laki.

# Maximum-Minimum #

Posted by Unknown on 17.12 with No comments
Allah memerintahkan kita berusaha, semaksimal mungkin, dalam mencapai sesuatu. Kendati demikian, segala upaya maksimal kita tersebut hanyalah merupakan hal minimum di hadapan Allah, yg harus kita penuhi, sekedar supaya kelihatan pantas, bahwa kita layak mendapatkan suatu hasil.
Ya. Contohnya: jika Anda sakit, maka ikhtiar maksimum Anda barangkali adalah berobat ke dokter, rumah sakit, tabib, pengobatan herbal-tradisional, dsb. Namun, semua upaya susah payah Anda itu di sisi Allah hanyalah syarat minimal. Sebab, Anda hanya harus datang k tmpat berobat, pada hari tertentu. Tidak perlu menciptakan dulu dokternya, lalu Anda urus dia dari kecil sampai dewasa, lalu Anda didik menjadi dokter, yg memakan waktu bertahun-tahun baru Anda bisa berobat. Anda tidak perlu menciptakan dulu tumbuh-tumbuhan obat, lalu Anda teliti tumbuhan mana yg baik untuk obat, dan lalu Anda serahkan kpd si Dokter krn Anda mau berobat kepadanya. Ikhtiar kita hanyalah persentase kecil dari keputusan Allah, yg jika tidak dipenuhi maka pencapain hasil yg kita inginkan akan mendekati kemustahilan; sekalipun Allah bisa mewujudkan yg mustahil itu.
Contoh lain: Anda lapar, dan ingin makan. Kalau Anda mau masak sendiri, upaya maksimum Anda adalah belanja apa yg mau dimasak, lalu memasaknya, kemudian memakannya. Tapi, di sisi Allah, upaya Anda tersebut hanyalah syarat minimal yg harus Anda penuhi. Sebab, jika Anda ingin beli beras, Anda cukup tinggal beli. Tidak perlu menciptakan dulu petaninya, mengurusnya dari bayi sampai dewasa, lalu mendidiknya dgn ilmu dan tata cara bertani, dan kemudian menyuruhnya menjual beras hasil bercocok tanamnya kpada tukang beras yg akan Anda kunjungi. Karena, semua itu adalah "ranah" yg diatur oleh Allah. Bukan wilayah kita.
Seperti halnya jika kita bercocok tanam. Ranah yg menjadi wilayah kita, yg merupakan upaya maksimum kita, adalah menggali tanah, menaruh benih tanaman yg akan dipendam, lalu menutupkan tanahnya kembali. Tetapi, perkara benih itu akan tumbuh atau tidak, itu adalah wilayah 'prerogatif' Allah. Ikhtiar/berusaha adalah wilayah kita. Adapun berdoa adalah permohonan kita agar Allah melakukan tindakan terbaik pada apa yg menjadi wilayah-Nya.
Kaum atheist/ateis meyakini bahwa usaha dan hasil adalah wilayah manusia. Namun, perlu diperhatikan, bahwa ada upaya yg tidak mendatangkan hasil, dan ada pula hasil yg datang tanpa diupayakan. Di situlah Kebijaksanaan Allah berada.

Innamal 'ilmu 'indallaah..wa innamaa ana nadziirun mubiin..

# Kriteria, “Tapi”, dan Peluru Cinta #

Posted by Unknown on 17.04 with 1 comment
Pada beberapa wanita, seringkali konsep tentang pria ideal yang pantas jadi pasangan (suami) mereka itu “terlalu banyak kriteria” yang harus dipenuhi. Tidak cukup ganteng, tapi harus juga baik hati, penyayang, baik agamanya, dan yang paling wajib adalah “mapan”. Bahkan ada yang lebih banyak lagi, dengan kriteria mendetail, seperti: si pria harus berhidung mancung, kulit putih, tinggi 180 cm, penghasilan per bulan minimal Rp30 juta, udah punya rumah, punya mobil, keturunan bangsawan atau orang terpandang, dan lain-lain. Namun, tidak semua wanita seperti ini. Ada juga wanita yang memprioritaskan kriteria tertentu saja yang wajib, sedangkan kriteria-kriteria lainnya tidak wajib ada, jika memang tidak ada “pria versi komplit”.

Sedangkan pria, justru sebaliknya. Seringkali, dalam memilih wanita, pria “kekurangan kriteria”. Pokoknya, asalkan si wanita punya wajah yang cantik dan bodi yang aduhai, maka oke sajalah. Dampaknya, ada kecenderungan “semua wanita masuk kriteria”. Namun, tidak semua pria demikian. Ada juga pria yang setia dengan satu wanita.

Dari beberapa pemaparan di atas, bukan hal aneh jika Rasulullah shallallaahu’alaihiwasallam menganjurkan pria untuk “memperbanyak kriteria” tentang wanita yang baik untuk dijadikan pasangan. Jangan hanya memandang paras yang memikat, tetapi juka harus ditilik dari segi-segi yang lain, keluarganya, gaya hidup, dan terutama: pengamalan agamanya. Supaya, tidak semua wanita masuk ke dalam hatinya.
Adapun wanita, dianjurkan mengurangi kriteria-kriteria pasangannya, dengan memprioritaskan beberapa saja, terutama: pengamalan agamanya. Supaya, tidak semua pria dianggap tidak pantas, dan agar jodoh menjadi ada. Sebab, setiap orang selalu ada “Tapi”-nya. Yaps. Ada cowok baik, ganteng, sopan, “tapi” nggak kaya. Ada cowok pinter, alim, “tapi” nggak ganteng. Dan semacamnya. Ada orang gede berotot, perkasa, berwibawa, “tapi” takut sama kecoa. Ahahay…

Setiap cowok, punya “peluru cinta”, yang akan ia tembakkan kepada wanita pujaan hatinya. Ada yang memiliki banyak peluru cinta, sehingga gemar “menembakkannya” setiap kali ada wanita yang pas untuk jadi sasaran tembak. Ada yang hanya punya beberapa peluru, sehingga peluru yang terakhir hendaknya dipertahankan hingga waktunya tepat, jangan dibuang percuma menjadi kehampaan. Ada juga, yang hanya punya satu “peluru cinta”. Ialah “Sniper Cinta”. Ia hemat-hemat peluru itu agar tak melesat sebelum datang wanita yang mau “ditembak” dengan “peluru satu-satunya” dalam ikatan pernikahan.

Sedangkan wanita, kekebalan terhadap peluru dan kemampuan menghindarinya bisa menjadi perbincangan menarik. Ada wanita yang selalu saja “menjadi klepek-klepek” setiap kali terkena peluru-peluru cinta pembius yang datang dari siapapun. Tapi yang kasihan adalah ia yang selalu “terluka” akibat peluru-peluru nyasar. Ada yang “lebih kebal” peluru, tetapi beberapa kali tak berdaya menghadapi peluru cinta yang datang bertubi-tubi. Ada juga, “Wanita Anti Peluru”, hanya mempan oleh satu peluru, yaitu “peluru cinta” dalam ikatan pernikahan. (Kata “cinta” harap tetap dipahami sebagai cinta yaa.. jangan dipahami “yang lain”).

Rabu, 29 Mei 2013

# Bukan Burung Biasa #

Posted by Unknown on 03.43 with No comments
Di beberapa negara, biasanya kalau ada buku or film dari negara asing, maka judul diterjemahkan ke dalam bahasa negara tersebut. Misalnya, untuk kalangan luar negeri, Laskar Pelangi diterjemahkan menjadi The Rainbow Troops. Atau, film Ketika Cinta Bertasbih, untuk kawasan negara-negara berbahasa Arab, judulnya menjadi "'Indamaa Yusabbihul-Hubb".
Tapi, nampaknya ini agak berbeda buat orang kita. Sering kan kita melihat di beberapa toko buku ada buku-buku judulnya berbahasa Inggris tapi isinya Bahasa Indonesia. Sebab, ada kecenderungan kita untuk lebih tertarik dengan sesuatu yang berbahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Orang kita juga nampaknya akan mempersepsikan image yang berbeda jika misalnya film Spiderman ketika masuk ke Indonesia judulnya menjadi "Manusia Laba-laba", atau Iron Man menjadi "Manusia Besi".
Nah, tadi pagi kira-kira jam setengah sebelas, selepas kerja bakti dengan bapak-bapak jama'ah bikin galian paralon di masjid (walah-walah capeknya bukan main, mungkin begitu yang selalu dirasakan para pekerja galian pipa ledeng), saya tiba-tiba ingin bernostaslgia, barangkali di TV masih ada film-film vampir Jepang yang jalannya loncat-loncat seperti yang suka saya tonton dulu kalau pulang sekolah SD bersama teman-teman. Eh, rupanya tidak ada. Malah adanya berita olahraga, film india "Kal Ho Na Ho", dll. Saya terus pindah channel, dan ketemu sebuah film kartun. Ahahay..ternyata film Angry Bird. Terbersit pikiran iseng saya untuk menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Rupanya memang lebih baik tidak diterjemahkan. Karena, kalau orang seperti saya yang menerjemahkan, maka akan namanya menjadi "Burung Ngamuk". Kan kurang enak kedengarannya.
Kalau dilihat-lihat, film Angry Bird ini mengingatkan pada Burung Abaabiil dalam Al-Qur'an surat Al-Fill. Bedanya, Angry Bird melontarkan dirinya dengan ketapel untuk memusnahkan babi-babi hijau (ini juga saya baru lihat kok ada babi warna hijau,,,mungkin sudah menjadi mutan seperti Hulk), sedangkan, Burung Ababiil diutus oleh Allah membawa batu-batu panas untuk melempari pasukan bergajah pimpinan Abrahah yang hendak menghancurkan Ka'bah. Kalau babi-babi hijau dalam Angry Bird itu musnah dengan cara meledak "Bumm!! Tar!! Tar!! Tar!! Krotak, krotak!!", sedangkan pasukan bergajah berikut gajah-gajah yang ditumpanginya menjadi bolong-bolong tubuhnya akibat terkena lemparan batu-batu api yang kabarnya "panas-panas" dibawa langsung dari neraka. Bolong-bolong, seperti daun dimakan ulat "ka'ashfin ma'-kuul".

Selasa, 28 Mei 2013

# Wannabe #

Posted by Unknown on 19.58 with 2 comments
Kata "wannabe" ini entah artinya apa, yang jelas kalo saya lakukan spekulasi, sepertinya berasal dari kata "wanna be", yang merupakan bentuk slank dari "want to be". Jadi, jika ada orang yang disebut sebagai Batman Wannabe, itu artinya dia adalah orang yang sangat terobsesi menjadi Batman. Ke mana-mana pakai kostum Batman, kalau mengobrol memakai kata-kata Batman. Saya jadi ingat waktu kecil dulu, kalau main kelahi-kelahian (berantem-beranteman) dengan teman-teman, kami suka berseru, "Ciaaat...rasakan ini..!!! Tendangaan Mauuut..!!". Yah, itulah Kotaro Minami Wannabe atau Ksatria Baja Hitam Wannabe.

Para "Wannabe" ini sejatinya terdorong untuk meniru seorang tokoh, entah itu tokoh film, jagoan, selebriti, etc., dengan keinginan yang begitu kuat. Bahkan mungkin sampai-sampai berharap agar kerasukan roh si tokoh yang ditiru. Saya juga sewaktu belum sekolah TK, menurut penuturan ibu saya, jika Om Haji Rhoma Irama sedang tampil di layar televisi, saya langsung mengambil selendang dan gitar kecil mainan yang dibelikan bapak saya. Dan ini berubah-ubah. Kalau nonton konser dangdut, saya menjadi Rhoma Irama Wannabe; kalau nonton Baja Hitam jadi Kotaro Minami Wannabe; kalau nonton Dragon Ball jadi Son-Goku Wannabe. Hanya ketika menonton Twilight saja saya tidak menjadi Robert Pattinson Wannabe: tahu diri

Dalam Ilmu Balaghah, salah satu cabang ilmu Bahasa Arab, ada yang namanya Tasybih, yang dalam Bahasa Indonesia bisa diterjemahkan sebagai "Penyerupaan", yakni membahas tentang "sesuatu menyerupai sesuatu". Kalau Anda berkata kepada istri Anda, "Indahnya wajahmu bak indahnya purnama", itu artinya keindahan purnama lebih kuat, dan indahnya wajah istri hanya menyerupai. Tetapi, kalau kalimatnya dibalik menjadi, "Indahnya purnama seperti indahnya wajahmu", itu artinya bukan main indahnya wajah sang istri, bahkan mengalahkan indahnya purnama. Seorang adik kelas asal Somalia malah lebih hebat lagi. Mungkin kalau dikatakan kepada istri, ucapannya seperti ini: "Rembulan memang indah. Tetapi, ketika melihat wajahmu, aku lupa akan rembulan yang indah itu".
Yang lebih dalam sesuatu hal, akan ditiru oleh yang lain.
Jika Rasulullah shallallaahu'alaihi wasallam menjadi prorotype akhlak mulia, itu karena beliau adalah manusia dengan akhlak paling mulia. Seperti firman Allah, "innaka la'alaa khuluqin 'adhziim" (Sesungguhnya kau/Muhammad memiliki akhlaq mulia yang agung).