Senin, 10 Juni 2013

Anak Manusia atau Anak Jin?

Posted by Unknown on 18.12 with No comments
Sekitar setengah jam sebelum subuh..
Lagi asik-asiknya mandi byarr byurr...tiba-tiba...Pet!! Listrik mati.
Eaah..sontak saja gelap gulita melanda. Rasanya seperti orang buta. Mungkin begini rasanya kalau tunanetra sedang mandi. Tak ada cahaya sedikitpun. Tapi, alhamdulillah masih bisa membedakan mana tubuh bagian depan dan mana bagian belakang.

Setelah mandi, berangkat ke masjid. Suasana perumahan gelap gulita. Karena kebanyakan ngobrolin hal-hal mistis dengan teman kosan, jadinya bayangan penampakan makhluk halus suka kadang-kadang menghantui. Bagaimana jika tiba-tiba di depan muncul sesosok anak kecil hitam tak jelas wajahnya berlari menghampiri. Tapi alhamdulillah tiba-tiba rasa tenang datang ketika teringat kelakar seorang teman, namanya Sandi, tentang cara membuktikan apakah uang Rp100.000 yang ada di dompet kita itu asli atau palsu? Ia bilang, "Kalau pengen tau duit Rp100.000 punya ente itu asli or palsu, cukup taruh ditengah jalan. Ntar kalo ada yang ngambil, berarti itu duit asli".
Akhirnya apa? Yang terpikir di tengah menelusuri jalanan gelap itu adalah: jika ada sesosok anak kecil tak jelas wujudnya berlari mendekat, maka akan langsung saya selengkat (sliding tackle) supaya dia jatuh. Kalau menangis berati anak orang, tapi, kalo jatuh langsung menghilang berati mungkin anak jin. Habis perkara. Simpel saja rupanya..

Lalu bagimana jika munculnya dalam bentuk wanita cantik? Ahahay..
Konon, dulu di kampung tempat kelahiran saya, pada zaman listrik belum ada dan kampung tersebut masih belum seramai sekarang, hiduplah seorang pemuda. Waktu itu TV hanya ada di kecamatan. Kisahnya, malam itu sang pemuda pulang menonton wayang di tempat nun jauh dari rumah, sampai tengah malam. Ketika pulang, ia mengayuh sepedanya melintasi jalan yang biasa dilewatinya, jalanan kampung nan ditudungi pepohonan, sepi, dan gelap pula pastinya. Yah, namanya di kampung zaman dulu. Di tengah perjalanan, ada seorang gadis melambai-lambaikan tangannya, memanggil-manggil. Gadis itu caaantiiiiikkk..sekaliii... Wangi pula, harum semerbak. Gadis itu minta diantar pulang, dengan dibonceng sepeda oleh si pemuda. Bagai ketiban rejeki, si pemuda akhirnya membonceng gadis nan cantik jelita dan harum itu.
Sepanjang jalan, sepenglihatan sang pemuda, jalan ke arah rumah si gadis cantik ini adalah jalan kampung. Namun, semakin lama, si pemuda baru sadar, ketika tiba-tiba, Cling!!, ia ada di tengah jalan kuburan. Gadis ini membawanya ke jalan di tengah-tengah kuburan. Lalu, aroma gadis di belakangnya mendadak menjadi bau busuk. Hmm..si pemuda akhirnya sadar kalau ia sedang dikerjai gadis jelmaan. Tapi ia tetap tenang, dan langsung mengarahkan sepedanya ke jalan menuju rumahnya sendiri. Karena harus melewati sungai, si pemuda akhirnya menceburkan diri dengan memanggul sepeda jengkinya itu, menyeberangi sungai. Si gadis jelmaan itu? Gadis itu masih ikut bersamanya. Singkat cerita, sang pemuda telah sampai di halaman rumahnya sendiri. Si gadis masih bersamanya. Ketika dipersilahkan untuk ikut masuk ke rumah. Si gadis tidak mau dan langsung pergi. Di kampung kami, gadis-gadis jelmaan semacam itu disebut "peri". Mungkin ia adalah gadis jin, yang terpikat oleh pemuda dari kalangan manusia. Cuma iseng, pengen dibonceng. Dan sekarang pemuda itu sudah menjadi kakek saya. (Kisah ini menurut cerita beliau sendiri, dan dibenarkan oleh ibu dan bibi saya yang merupakan anak beliau).

Supaya tidak diganggu jin, yang dianjurkan, di antaranya adalah membaca ayat Kursy, atau juga, membaca ta'awudz sambil meludah ke kiri sebanyak tiga kali. Tetapi, meminta perlindungannya harus hanya kepada Allah, bukan kepada lafadz-lafadz tersebut. Kalau ada di antara Anda ada yang pernah diganggu, coba cek lagi sholat Anda. Ingat-ingat lagi, barangkali pernah ada sholat wajib yang ditinggalkan. Wallaahu a'lam. Sholat adalah tiang agama, jadi jangan dianggap enteng meninggalkannya.

Pintu

Posted by Unknown on 18.07 with No comments
Bang, kiri Bang...! (turun angkot)

Ya, umumnya begitu kan kata-kata yang kita ucapkan kepada sopir angkot jika ingin turun. Kenapa coba harus pakai kata "kiri"?
Pernah sih, ada yang bilang, kata "kiri" itu digunakan karena pintu angkot ada di sebelah kiri, bukan kanan. Hmm..ya..yaa.. I see..I see..
Berarti, kalau naik becak, kata-kata yang kita ucapkan jika telah sampai lokasi tujuan dan hendak turun adalah, "Bang, depan Bang...!", karena pintu becak adalah mulut becak itu sendiri yang ada di bagian muka becak.
Dan berarti juga, kalau naik bemo, kata-katanya lain lagi, yaitu, "Bang, belakang Bang...!, karena pintu keluar masuk penumpangnya ada di belakang (meskipun di sebelah supir juga muat penumpang).
Lalu, kalau berdasarkan pintu juga, maka kalau kita naik taxi, bila ingin turun, kita bisa bilang, "Bang, kanan-kiri Bang...!", karena pintunya ada di kanan dan kiri.
Adapun kalau naik ojek...nah, ini yang paling keren, kita bisa bilang, "Bang, kanan-kiri-depan-belakang-atas-bawah Bang...!" Ojek (ojek sepeda motor) nggak ada pintunya... (Dan ternyata, bahasa Inggrisnya "ojek" adalah "motorcycle taxi", menurut buku panduan untuk mahasiswa asing di kampus kami).

Bicara soal pintu depan, pintu belakang, dan pintu arah lainnya, Al-Qur'an surat Al-Baqarah (2) ayat 189 rupanya juga membahas soal pintu. Pintu apakah? Pintu masuk rumah. Ayat tersebut menegur orang-orang yang masuk ke rumah lewat pintu belakang, dan menganjurkan orang-orang bertakwa agar memasuki rumah (apalagi rumah orang lain) melalui pintu depan. Untuk lebih jelasnya, bisa dibaca tafsirnya

Muka Ketonjok = Kifarat Dosa

Posted by Unknown on 18.05 with No comments
Anda pernah ngerasain bagaimana rasanya kalau muka terkena tinju?
Kalau yang hobi berkelahi mungkin sudah hafal bagaimana rasa ngilunya.
Ceritanya begini, waktu itu saya dan "sparing partner" saya, namanya Jefry (mudah-mudahan kelak menjadi Ustadz Jefry jilid II, jilid III, atau jilid IV), sedang mewakili perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Daerah Garut dalam sebuah kejuaraan di Bekasi, untuk cabang "demonstrasi ganda", yaitu duel dengan skenario (teman-teman lainnya di cabang tarung). Mmm..seperti apa ya kalau dijelaskan? Ya..pokoknya kurang lebih seperti adegan berkelahi di film-film laga. Seperti Iko Uwais melawan Aan Ruhiyat pemeran Mat Dog dalam film The Raid. Perkelahiannya sudah diskenario. Semuanya sudah diatur, kapan kita memukul atau dipukul, kapan menangkis, dll. Yang paling sedih adalah jika kita mendapat giliran dibanting. Jika partner melakukan gerakan membanting, maka kita yang harus membantingkan diri dan melemparkan tubuh kita sendiri. Terlebih waktu latihan, seringkali kami melakukannya di atas ubin keramik. Iiihhh..itu kalau beres latihan rasanya badan pada encok. Tapi partner saya badannya sangat kuat untuk urusan dibanting di lantai keramik. Makanya kalau di film ada adegan jagoan menendang muka penjahat lalu penjahatnya terpental berputar-putar dan terjatuh di meja dagangan tukang kue sampe mejanya hancur, itu sebenarnya si penjahat yang melemparkan dirinya sendiri. Makanya kelihatan hebat sekali kan si jagoan, menendang sedikit bisa bikin penjahat mental. Padahal kalau berkelahi sungguhan, hampir-hampir tidak ada orang ditendang sampai mental seperti itu.

Nah, waktu itu itu kami berdua sudah di arena, dipandangi ratusan pasang mata, para atlet, pelatih, dan dewan juri. Dari awal alhamdulillah adegan perkelahian kami lancar. Sampai tiba giliran saya melemparkan diri lalu menjatuhkan badan di lantai. Brugg!! Lumayan, linu. Tapi yang lebih nyeri adalah ketika saya bangkit, dan tanpa sadar partner saya ini sudah melesatkan tinjunya ke muka saya. Ndilalah, antisipasi saya telat. Hasilnya, mendaratlah tinju dari tangan kekar itu di muka saya. Bukkk!! Anda tahu rasanya? Mungkin kurang lebih seperti muka kita terkena lemparan sepatu. Seingat saya, yang lebih ngilu dari "ketonjok" adalah waktu saya jalan meleng di depan kelas (waktu di ma'had), dan tidak melihat jendela di depan saya sedang terbuka. Tiba-tiba...Brakkk!! muka saya menabraknya. Sampai sore harinya, di muka saya ada garis tebal memar berpola teralis jendela.
Tapi, tak mengapalah. Biar jadi kifarat (kaffaarat) dosa-dosa saya, karena Allah tahu siapa saya sebenanya. Sebab, pada sesi latihan juga, partner saya pernah tidak sengaja terkena sabetan golok pegangan saya. Lumayan..impas.. Kalo kata anak ekonomi, 'break even point'.

Eh iya, ngomong-ngomong, Anda tahu "kifarat/kaffaarat" nggak?
Kifarat/kaffaarat itu kurang lebih artinya "penghapusan dosa". Jadi, dalam Islam, sebetulnya juga ada istilah penghapusan dosa. Tetapi bukan dengan cara membayarkan sejumlah uang kepada ulama. Melainkan, bisa dengan menerima cobaan, penyakit, hukuman, dll. Atau kalau inisiatifnya datang dari kita sendiri, maka setiap ada kesalahan yang kita perbuat, harus dihapuskan dengan memperbanyak perbuatan baik yang setimpal. Makanya, dulu waktu Wahsy, pembunuh Sayyidina Hamzah paman Nabi, menyatakan diri masuk Islam dan bertobat, Nabi shallallaahu'alaihiwasallam mengatakan kepadanya bahwa kelak ia (Wahsy) akan melakukan kebaikan besar yang menghapus kesalahan besarnya membunuh Sayyidina Hamzah. Dan benar, beberapa waktu kemudian, dalam sebuah peperangan dengan musuh, Wahsy berhasil menumbangkan salah satu pembesar pasukan musuh.
So, perbanyaklah berbuat baik. Minimalnya untuk menghapus dosa-dosa kecil yang sering kita cicil setiap hari.

= Siapakah Sebenarnya Wanita itu? =

Posted by Unknown on 18.02 with No comments
Waktu itu saya masih blajar di ma'had...
Kebetulan sedang libur bulanan. Libur bulanan, biasa jatuh pada hari kamis-jum'at setiap pekan pertama awal bulan.
Sbagai orang jauh, bkn orang asli stempat, saya tidak pulang ke rumah seperti rekan-rekan yg lain, melainkan stay-in saja di ma'had bersama bbrapa tman lain yg jg tdk pulang.

Siang itu, saya mandi menjelang adzan dzuhur. Satu lokal kamar mandi yg trdiri dari 12 bak mandi besar itu seingat saya hanya ada saya seorang yg mandi.

Hingga selesai mandi, semua seperti biasa. Tidak ada apa-apa. Lalu, saya brjalan keluar dari lokal kamar mandi, menenteng alat2 mandi bserta handuk, menuju tempat wudhu di dkat ruang makan. Suasana bgtu sepi. Di dkat saya tidak ada orang. Paling2 hanya bbrapa karyawan ma'had. Itupun jaraknya agak jauh.

Di tempat wudhu, air tidak keluar. Akhirnya saya menghampiri kran yg brjarak bbrapa puluh langkah dr tmpt wudhu, untuk brwudhu di sana.
Sampai beres wudhu, suasana di sekitar saya biasa saja. Lengang.

Nah, bgtu saya hendak brjalan ke kamar, barulah cerita bermula.
Di dkat tmpat wudhu tadi, tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya menyapa saya. Saya tidak tahu dari mana datangnya. Sblum saya wudhu, di situ tidak ada orang. Tapi tiba-tiba saja wanita paruh baya itu muncul.

"Jang, punten Jang, nyuhunkeun sedekahna.. Kangge budak yatim.. Emak teh ti Gunung Suluh..", kata wanita itu. Saya lupa, apakah yg dia katakan itu Gunung Suluh atau Gunung Batu. Yg jelas, nama gunung itu asing bagi saya. Setahu saya, gunung yg dkat dngan ma'had bernama Gunung Cikurai dan di belakangnya ada Gunung Papandayan.

Saya lalu buru-buru ke kamar, mengambil sesuatu yg bisa diberikan utk wanita itu.
Setelah itu, saya balik lg ke tmpat kmunculan wanita itu, dan memberi ala kadarnya.

Lalu wanita itu brkata, "Hatur nuhun, Ujang.. Ehm, Ujang, ari ngamar palih mana? Tiasa nyuhunkeun acuk anu tos teu diangge, sareng cai asak herang?"
Bliau lalu saya ajak ke kamar. Di kamar saya hanya ada 2 orang tman. Tman saya itu lalu memberinya pakaian yg sudah tidak dipakai. Saya pun memberikan "cai asak herang" seperti yg dia minta. Segelas air putih pun saya serahkan kpada wanita itu.
Saya pikir dia ingin minum. Rupanya bukan. Dia membaca-bacai air itu. Saya melihat sndiri bgmana air itu nampak sdkit brubah warnanya. Wanita misterius itu lalu brtanya pada saya, "Ujang, tiasa saum tilu dinten? Upami teu tiasa, wios engke ku Emak disaumkeun..", seraya menyerahkan kmbali sglas air putih itu kpda saya. Saya bingung campur panik dan takut. Akhirnya saya buru-buru pergi meninggalkan wanita itu, menuju masjid, karena kbtulan saya blum shalat dzuhur.

TO BE CONTINUED... (pengalaman pribadi 8 tahun lalu)

Obat "Strong" dan Kekuatan Pria

Posted by Unknown on 18.00 with No comments
Sering kalau sedang naik angkot atau berjalan kaki menyusuri jalanan, saya melihat ada toko/kios berukuran kira-kira 4x4 atau lebih, yang menawarkan suatu produk obat. Di depannya tidak ada plang seperti layaknya puskesmas ataupun klinik yang bertuliskan "Dokter 24 Jam" ataupun nama klinik. Yang menjadi identitasnya hanyalah sebuah banner atau papan reklame bergambar wanita seksi atau pria berotot sedang berpose, yang di sebelahnya ada dua buah kata yang menunjukkan nama sebuah obat. Dua kata itu: kata depannya adalah "Obat", dan kata belakangnya adalah "Kuat". Di beberapa kios yang lain, mungkin untuk tujuan diferensiasi produk, kata belakangnya ada yang menggunakan kata "Perkasa", atau "Macho". Beuh..saya baru membaca papan reklamenya saja sudah serasa macho.
Dulu, waktu saya masih polos, saya pikir, obat apaan nih? Namanya sangat biasa, namun mengundang penasaran. Barangkali dengan meminum itu seorang pria akan memiliki tubuh yang kuat sehingga mampu mengerjakan sholat sunnat 1000 rakaat. Dan nampaknya, kios tersebut juga menjual mainan, karena di papan relamenya ada kata "Toys". Ah, bukan main.. Kalau orang polos mungkin menduga bahwa di situ juga jual mainan anak-anak agar kalau ada orang dewasa hendak membeli obat di situ dan kebetulan membawa anak, maka sang anak bisa dibelikan mainan agar tidak rewel.
Namun, setelah semakin dewasa, kini saya mengerti, bahwa kekuatan yang ditawarkan oleh obat tersebut bukanlah kekuatan seluruh tubuh agar seorang Samurai kuat menenteng empat pedang di pinggangnya atau agar seorang tentara kuat menjinjing senapan serbu, melainkan kekuatan untuk mengisi "organ tertentu" saja. Weleh-weleh...

Sekarang saya mengerti bagaimana "kekuatan pria" diukur. Namun, kalau kita menilik hadits. Rasulullah shallallaahu'alaihi wasallam menjelaskan bahwa pria yang kuat adalah yang mampu menahan diri dari nafsu amarah. "Amarah" berasal dari kata 'amar' yang artinya 'perintah'. Sehingga, pria yang kuat adalah pria yang pandai menahan nafsu yang memerintahkan kepada keburukan, dan mampu mengendalikan diri. Kalau dihubungkan dengan khasiat "obat" di atas, maka semakin pandai seorang pria mengendalikan diri untuk tidak segera melampiaskan nafsunya, semakin "kuat" lah ia. Tidak aneh, jika seorang ulama menganjurkan para pria untuk pandai "bersabar". Sebab, nafsu dan tempramen pria, pada umumnya, mudah terpicu. Entah itu nafsu amarah, ego, maupun nafsu lainnya. Sehingga, kesabaran dan pengendalian diri sangatlah perlu untuk terus kita latih.

Pemburu Jilbaber

Posted by Unknown on 17.55 with No comments
Suatu malam, saya bersekongkol dengan beberapa orang teman, sekaligus melakukan lobi terhadap seorang teman yang saya anggap termasuk salah seorang yang paling alim di asrama mahasiswa.
"Ente maunya yang kayak gimana?" tanya si alim ini.
"Pokoknya yang udah jadi lah..", jawab saya.
"Yang udah jadi gimana, maksudnya?" tanyanya lagi.
"Ya pokonya yang solehah bener-bener. Jilbabnya syar'i. Yang meskipun dunia kiamat luluh lantak, dia akan tetep berjilbab demikian. Piye? Ada nggak?" tanya saya.
"Hmm..ada, ada", katanya.

Singat cerita, keesokan paginya saya dan dua orang teman telah bersiaga di sebuah fakultas bernama "Fakultas Dirasat Islamiyah". Adapun teman saya yang alim ini sudah ada di dalam gedung fakultas tersebut, memastikan "target" kami sudah dalam genggaman. Tidak lama kemudian, ada sms. Isinya: "Mas Boy, kelas udah kelar nih". Maksudnya, supaya saya dkk. segera bergerak menuju "sasaran". Kami segera saja merangsek masuk ke dalam gedung tersebut, layaknya regu kecil Delta Force melancarkan operasi intelijen. Teman saya si alim, bertindak sebagai pengintai. Dua orang rekan saya akan menjadi "eksekutor". Adapun saya,,,bertugas menjadi "jilbabers hunter", pemburu para jilbaber. Jobdesk saya adalah mengumpulkan data para jilbaber yang akan menjadi "target", menghubungi mereka, menentukan waktu, dan menyiapkan bingkisan...
Bila "target" telah terkunci, maka dua orang rekan saya yang akan melakukan "eksekusi" dengan melakukan wawancara terhadap para jilbaber terpilih tersebut, seputar sejarah mereka berjilbab hingga kokoh seperti sekrang ini, faktor-faktor pendukung dan penghambat, jilbab dan karir, dan banyak lagi.
Seorang jilbaber sempat agak terkejut waktu saya bilang, "Sebenarnya Mbak sudah kami intai sejak lama". Hehe..supaya memancarkan hawa intelijen
Dan salah satu yang kami highlight adalah statement seorang jilbaber yang sempat kami wawancarai, yang bunyinya kurang lebih, "Dulu ketika pertama kali berjilbab, orang tua dan teman-teman meragukan saya, jangan-jangan nanti dilepas lagi. Tapi saya berani bertaruh, bahwa saya akan teguh. Dan sekarang, saya buktikan, bahwa jilbab/hijab tidak menghalangi aktifitas saya. Saya sampai sekarang masih suka mendaki gunung, dan juga melakukan kegiatan-kegiatan semacamnya. Lalu, kalau memang belum ada wanita aktif, unggul, pemanjat tebing or semacamnya, yang berjilbab, maka saya akan mengadakannya, dengan membuat diri saya menjadi wanita seperti itu." Beeuuuhhhh... mantabz. Dan si Mbak jilbaber yang mengunkapkan statement tersebut memang betul-betul berjilbab syar'i, berjubah, layaknya pemeran wanita di film Ketika Cinta Bertasbih. Lho kok tau? Ya iyalah..lha wong meski wawancaranya hanya beberapa menit, tapi pengintaian kami berhari-hari, didukung dengan para informan terpercaya yang betul-betul mengenal dekat para jilbaber yang menjadi "target".

Selain menjadi "jilbabers hunter", saya juga merangkap sebagai pengumpul data interview terhadap para wanita yang tidak atau belum berjilbab. Alhamdulillah upaya ini didukung oleh beberapa teman yang lain.
Dan yang sungguh luar biasa adalah respon yang sangat positif dari para responden, yang notabene tidak berjilbab atau belum berjilbab secara permanen. Beberapa di antaranya mengutarakan bahwa salah satu faktor yang membuat mereka belum siap berjilbab, adalah adanya konsekuensi dari jilbab yang menuntut mereka harus sudah baik akhlaknya, sedangkan mereka belum siap, sehingga merasa belum pantas. Ada juga yang memaparkan bahwa kondisi lingkungan dan teman-temannya belum mendukung, sehingga ia takut ada "gap" dengan teman-teman. Tapi, secara umum, para responden tersebut, menyatakan bahwa mereka ada iktikad untuk berjilbab di waktu mendatang.
Hmm..insyaAllah..prosesnya akan berjalan lancar, jika rekan-rekan jilbaber lebih memperluas pergaulannya, menjangkau teman-teman yang belum berjilbab, dengan pergaulan yang betul-betul cair, agar bisa menciptakan motivasi berjilbab di kalangan teman-teman kita yang belum berjilbab atau belum permanen berjilbab.
Sewaktu tinggal di dhersane (kami sempat menyebutnya Kosan/Asrama Turki), kami akrab dengan budaya "Tea-Time". Entah itu diskusi, mengaji, bercengkerama, santai, ataupun ketika menyambut tamu, maka "tea-time" insyaAllah selalu menjadi sajian andalan. Pengasuh kami dan rekan-rekan menamai saat-saat minum teh itu dengan istilah "çay saatı" (dibacanya "Chai Sa-ate"), hampir mirip dengan bahasa Arab, di mana "çay" adalah teh yang bahasa Arabnya "syai", dan "saatı" artinya waktu, seperti "saa'ah" dalam bahasa Arab.

Implikasi dari intensitas budaya minum teh yang begitu sering, adalah seringnya kami mencuci cangkir-cangkir teh, sendok, dan teko. Akhirnya, saya sebagai orang iseng, mengusulkan kepada ketua kami untuk meningkatkan "efisiensi" supaya kami tidak bolak-balik mencuci cangkir. Saya bilang aja ke ketua, "Bi, mungkin supaya lebih efisien dan biar kita nggak usah bolak-balik nyuci cangkir, bagaimana kalo kita minum tehnya langsung dari tekonya, dan kita udah ngemut gula di mulut kita masing-masing? Jadi nggak perlu cangkir, sendok, dan tempat gula..begitu..haha "
Eheheh, rupanya ketua membalas kelakar saya. Dia bilang, "Wah, itu masih kurang efisien. Supaya lebih efisien, langsung saja kita masukkan air panas ke mulut kita, lalu tambahkan gula, dan terakhir masukkan teh celup lalu kita kumur-kumur....blubuk-blubuk!! hahaha!! Jadi lebih efisien, karena nggak perlu teko juga.. " (begitu kurang lebih perkataannya saya bahasakan ulang)

Hehe..tapi kalau dipikir-pikir dari segi etika dan estetika, efisiensi yang kami ajukan di atas tidak bagus. Sehingga, kami kembali kepada konsep yang diajarkan Rasulullah shallallaahu'alaihi wasallam, yakni tidak langsung minum dari teko, kendi, atau bejana, melainkan dituang dulu ke gelas atau cangkir, supaya kalau. (Kecuali kalau darurat atau kepepet. Misalnya, karena gak ada gelas or cangkir.)

Nah, dewasa ini kita kerap mendengar istilah "standing party" atau pesta tanpa tempat duduk. Sebetulnya kalau hanya sekedar pertemuan biasa dengan tidak duduk, tanpa melibatkan acara makan-minum, mungkin tidak mengapa. Tetapi, hampir-hampir kan di setiap acara itu ada acara makan dan/atau minum -nya.Ya tho? Inti dari sebuah acara, kebanyakannya, adalah pada sesi makan-minumnya kan? Coba saja, kalau Anda mengundang pesta, tapi tidak ada makan atau minum-nya. Beberapa persen kemungkinan para hadirin dan hadirat nya bisa-bisa pada merengut, atau, buru-buru pulang, atau kalau yang bisa sabar, maka akan permisi keluar sebentar, untuk membeli makan/minum di luar, lalu masuk ke ruangan kembali.
Selanjutnya, karena acara pesta biasanya ada sesi santap hidangan makanan/minuman, maka hendaknya jika kita yang bertindak sebagai penyelenggara, kita sediakan pula tempat duduk, bisa berupa kursi, atau sejenisnya. Agar, acara kita tidak hanya lancar, tapi juga ada nilai keberkahan dan ibadahnya dengan melaksanakan apa yang dianjurkan Rasulullah Muhammad shallallaahu'alaihi wasallam.

Laqod kaana lakum fii rasuulillaahi uswatiun hasanah

Minggu, 02 Juni 2013

Baru saja...

Posted by Unknown on 17.28 with No comments
Saya sedang berjalan di trotoar di sisi jalanan kampus, hendak menuju tempat semedi saya: warnet.
Tiba-tiba seorang mahasiswi berjalan menghampiri saya dari arah parkiran motor.
Saya pikir hendak bertanya alamat. Gak tahunya dia minta tolong, motornya tidak bisa dinyalakan.
Saya coba starter, dan ternyata benar. Mesinnya tidak mau menyala. Berkali-kali saya starter, tetap motor ini keras kepala dalam "mati suri" nya. 

Gagal menstarter, saya beralih kepada cara kedua: meng-engkol pedal selagh-nya.
Tetep gak mau nyala. Astaghfirullaahal'adziim.. Saya jadi teringat peristiwa "Membuka Tutup Botol" di bus jurusan Tangerang-Bekasi yg dulu.

Saya tanya, "Biasanya begini, Mbak?
"Nggak kok. Ini baru aja begini", jawab mahasiswi itu.
"Pernah tiba-tiba berhenti di tengah perjalanan?" tanya saya seperti intelpol mengintrogasi.
"Pernah sih. Tapi nyala lagi kok waktu itu.." jawabnya lagi.

Saya bingung, lalu menelpon seorang kawan.
Di tengah-tengah saya menelpon, seorang murid saya lewat. Lalu dia melihat saya yg kebingungan. Dia lalu mmbantu kami. Dan... Aha! dia temukan trouble-nya.. dan mesin motor berhasil menyala di tangannya.. ALhamdulillaah..

Pelajaran yg kami dapat hari ini:
1. Firman Allah bahwa siapa yg menolong (dlm ayat Qur'an: menolong agama Allah), maka Allah akan menurunkan bantuan.
2. Orang yang barangkali sering terlupa oleh kita, barangkali justru dia yang akan menolong kita.
Pernah nonton film "Daredevil" (2003) ?
Di scene pembukanya, diperlihatkan Matt Murdock, yang diperankan oleh Ben Affleck, yang mengenakan kostum Daredevil tanpa topeng jatuh dari atap gereja, kejeblos, dan tubuhnya terhempas ke ruangan gereja. Lalu seorang berpakaian pastur/pendeta yg kbetulan ada di ruangan itu mnghampirinya.
Kalo saya yg mnggantikan Ben Affleck memainkan adegan itu, (meskipun akan mmbuat Daredevil nya bertubuh pendek, gemuk dan jenggotan), saya memilih jatuh di dalam masjid lalu dihampiri oleh marebot masjid yg lagi i'tikaf. itupun harus pake stuntman, supaya nanti saya tinggal akting menggelepar-gelepar dan merintih kesakitan. Enak tho? Itu dunia, bisa direkayasa. Bisa pakai pemeran pengganti. Yang patah tulang, keseleo, dan lebam-lebam adalah si stuntman/pemeran pengganti, tetapi, yang terkenal adalah aktornya.

Namun, akhirat sama sekali berbeda dgn dunia. Setiap orang bertindak sebagai dirinya sendiri, dan mmperoleh ganjaran sesuai yg diperbuat masing-masing.
Misalnya: Kalau Anda melakukan perbuatan yg mulia di sisi Allah, lalu saya berprasangka buruk terhadap Anda, maka setiap kita hnya mmpertanggungjawabkan perbuatan/amalan kita masing-masing. Anda bertanggungjawab atas perbuatan mulia Anda, dan mudah2an mndapat ganjaran yg baik. Sedangkan saya, akan dimintai pertanggungjawaban atas prasangka buruk yg saya tujukan kpda Anda.
Dan mnurut surat Az-Zumar ayat 7, An-Najm ayat 38, dan Al-Israa' ayat 15, seseorang tidak memikul dosa orang lain.

Subhaanaka laa 'ilma lanaa illaa maa 'allamtanaa innaka Anta Al-'Aliimu Al-Hakiim.

# Hujan Bidadari #

Posted by Unknown on 17.18 with No comments
Andaikan manusia hanya berjenis laki-laki... dan semua perempuan adalah bidadari syurga, yang tercipta bukan dari proses perkembangbiakan, melainkan diturunkan langsung oleh Allah dari langit, setiap satu bulan sekali... mungkin pada hari jadwal "hujan bidadari", jalan-jalan protokol setiap kota dan kabupaten, alun-alun, dan stadion olah raga, akan dipenuhi manusia (yang semuanya laki-laki) beberapa jam sebelum "hujan bidadari" itu turun. Dan begitu langit mulai gelap oleh karena cahaya matahari terhalangi jutaan bidadari yang berjatuhan dari langit, orang-orang berlarian, saling berlomba-lomba seperti sedang mengejar layangan putus. Ada yang bela-belain manjat gedung tinggi, karena sebagian bidadari jatuh di sana. Ada yang memanjat pohon-pohon, sebab beberapa bidadari nyangkut di pohon. Orang-orang yang baru beres renang, nyebur lagi ke kolam renang, karena ada bidadari yang nyemplung di kolam itu. Sopir-sopir truk dan kontainer mengerahkan kendaraan mereka untuk menadahi bidadari-bidadari yang berjatuhan itu, supaya bisa mendapatkan puluhan bidadari sekali tangkap. Para nelayan yang sedang ngopi-ngopi dan bakar-bakar ikan segera meninggalkan aktifitasnya ketika melihat ribuan bidadari ada yang kecebur di laut, dan mereka segera menyalakan kapal motor mereka sambil membawa jaring pukat harimau, agar bisa meraup bidadari-bidadari yang mengambang di laut itu. Pemulung-pemulung yang sedang memunguti sampah, langsung menumpahkan kembali barang-barang rongsokan di karung dan gerobaknya, untuk menangkap dan mengangkut bidadari-bidadari yang berjatuhan. Orang-orang saling berebut,
"Gua mau bidadari yang itu, yang pake selendang ijo.."
"Enang aja lo, orang itu udah gua bidik dari tadi.."

Sopir-sopir truk dan para nelayan, pulang ke rumah sembari bersiul-siul merayakan kemenangan. Orang-orang pada bertanya,
"Dapet berapa, Bang?"
"Lumayan,,,truk gua penuh nih, hehe..", jawabnya.

Selera terhadap perempuan itu ada dalam diri setiap laki-laki yang normal secara fitrah penciptaan. Sebab, memang Allah telah menginstallnya dalam diri setiap laki-laki melalui -kalau kata anak IT- bahasa pemrograman dalam storage Al-Qur'an surat Ali Imran (3) ayat 14. Karenanya, wanita dalam segala bentuk, warna, dan ukuran, In Sya Allah telah Allah jadikan ada laki-laki yang mau menikahinya. Sehingga, seorang muslimah tidak perlu (tepatnya: jangan) mengorbankan nilai-nilai aqidah dan syariat hanya demi mendapatkan cinta seorang laki-laki.

# Maximum-Minimum #

Posted by Unknown on 17.12 with No comments
Allah memerintahkan kita berusaha, semaksimal mungkin, dalam mencapai sesuatu. Kendati demikian, segala upaya maksimal kita tersebut hanyalah merupakan hal minimum di hadapan Allah, yg harus kita penuhi, sekedar supaya kelihatan pantas, bahwa kita layak mendapatkan suatu hasil.
Ya. Contohnya: jika Anda sakit, maka ikhtiar maksimum Anda barangkali adalah berobat ke dokter, rumah sakit, tabib, pengobatan herbal-tradisional, dsb. Namun, semua upaya susah payah Anda itu di sisi Allah hanyalah syarat minimal. Sebab, Anda hanya harus datang k tmpat berobat, pada hari tertentu. Tidak perlu menciptakan dulu dokternya, lalu Anda urus dia dari kecil sampai dewasa, lalu Anda didik menjadi dokter, yg memakan waktu bertahun-tahun baru Anda bisa berobat. Anda tidak perlu menciptakan dulu tumbuh-tumbuhan obat, lalu Anda teliti tumbuhan mana yg baik untuk obat, dan lalu Anda serahkan kpd si Dokter krn Anda mau berobat kepadanya. Ikhtiar kita hanyalah persentase kecil dari keputusan Allah, yg jika tidak dipenuhi maka pencapain hasil yg kita inginkan akan mendekati kemustahilan; sekalipun Allah bisa mewujudkan yg mustahil itu.
Contoh lain: Anda lapar, dan ingin makan. Kalau Anda mau masak sendiri, upaya maksimum Anda adalah belanja apa yg mau dimasak, lalu memasaknya, kemudian memakannya. Tapi, di sisi Allah, upaya Anda tersebut hanyalah syarat minimal yg harus Anda penuhi. Sebab, jika Anda ingin beli beras, Anda cukup tinggal beli. Tidak perlu menciptakan dulu petaninya, mengurusnya dari bayi sampai dewasa, lalu mendidiknya dgn ilmu dan tata cara bertani, dan kemudian menyuruhnya menjual beras hasil bercocok tanamnya kpada tukang beras yg akan Anda kunjungi. Karena, semua itu adalah "ranah" yg diatur oleh Allah. Bukan wilayah kita.
Seperti halnya jika kita bercocok tanam. Ranah yg menjadi wilayah kita, yg merupakan upaya maksimum kita, adalah menggali tanah, menaruh benih tanaman yg akan dipendam, lalu menutupkan tanahnya kembali. Tetapi, perkara benih itu akan tumbuh atau tidak, itu adalah wilayah 'prerogatif' Allah. Ikhtiar/berusaha adalah wilayah kita. Adapun berdoa adalah permohonan kita agar Allah melakukan tindakan terbaik pada apa yg menjadi wilayah-Nya.
Kaum atheist/ateis meyakini bahwa usaha dan hasil adalah wilayah manusia. Namun, perlu diperhatikan, bahwa ada upaya yg tidak mendatangkan hasil, dan ada pula hasil yg datang tanpa diupayakan. Di situlah Kebijaksanaan Allah berada.

Innamal 'ilmu 'indallaah..wa innamaa ana nadziirun mubiin..

# Kriteria, “Tapi”, dan Peluru Cinta #

Posted by Unknown on 17.04 with 1 comment
Pada beberapa wanita, seringkali konsep tentang pria ideal yang pantas jadi pasangan (suami) mereka itu “terlalu banyak kriteria” yang harus dipenuhi. Tidak cukup ganteng, tapi harus juga baik hati, penyayang, baik agamanya, dan yang paling wajib adalah “mapan”. Bahkan ada yang lebih banyak lagi, dengan kriteria mendetail, seperti: si pria harus berhidung mancung, kulit putih, tinggi 180 cm, penghasilan per bulan minimal Rp30 juta, udah punya rumah, punya mobil, keturunan bangsawan atau orang terpandang, dan lain-lain. Namun, tidak semua wanita seperti ini. Ada juga wanita yang memprioritaskan kriteria tertentu saja yang wajib, sedangkan kriteria-kriteria lainnya tidak wajib ada, jika memang tidak ada “pria versi komplit”.

Sedangkan pria, justru sebaliknya. Seringkali, dalam memilih wanita, pria “kekurangan kriteria”. Pokoknya, asalkan si wanita punya wajah yang cantik dan bodi yang aduhai, maka oke sajalah. Dampaknya, ada kecenderungan “semua wanita masuk kriteria”. Namun, tidak semua pria demikian. Ada juga pria yang setia dengan satu wanita.

Dari beberapa pemaparan di atas, bukan hal aneh jika Rasulullah shallallaahu’alaihiwasallam menganjurkan pria untuk “memperbanyak kriteria” tentang wanita yang baik untuk dijadikan pasangan. Jangan hanya memandang paras yang memikat, tetapi juka harus ditilik dari segi-segi yang lain, keluarganya, gaya hidup, dan terutama: pengamalan agamanya. Supaya, tidak semua wanita masuk ke dalam hatinya.
Adapun wanita, dianjurkan mengurangi kriteria-kriteria pasangannya, dengan memprioritaskan beberapa saja, terutama: pengamalan agamanya. Supaya, tidak semua pria dianggap tidak pantas, dan agar jodoh menjadi ada. Sebab, setiap orang selalu ada “Tapi”-nya. Yaps. Ada cowok baik, ganteng, sopan, “tapi” nggak kaya. Ada cowok pinter, alim, “tapi” nggak ganteng. Dan semacamnya. Ada orang gede berotot, perkasa, berwibawa, “tapi” takut sama kecoa. Ahahay…

Setiap cowok, punya “peluru cinta”, yang akan ia tembakkan kepada wanita pujaan hatinya. Ada yang memiliki banyak peluru cinta, sehingga gemar “menembakkannya” setiap kali ada wanita yang pas untuk jadi sasaran tembak. Ada yang hanya punya beberapa peluru, sehingga peluru yang terakhir hendaknya dipertahankan hingga waktunya tepat, jangan dibuang percuma menjadi kehampaan. Ada juga, yang hanya punya satu “peluru cinta”. Ialah “Sniper Cinta”. Ia hemat-hemat peluru itu agar tak melesat sebelum datang wanita yang mau “ditembak” dengan “peluru satu-satunya” dalam ikatan pernikahan.

Sedangkan wanita, kekebalan terhadap peluru dan kemampuan menghindarinya bisa menjadi perbincangan menarik. Ada wanita yang selalu saja “menjadi klepek-klepek” setiap kali terkena peluru-peluru cinta pembius yang datang dari siapapun. Tapi yang kasihan adalah ia yang selalu “terluka” akibat peluru-peluru nyasar. Ada yang “lebih kebal” peluru, tetapi beberapa kali tak berdaya menghadapi peluru cinta yang datang bertubi-tubi. Ada juga, “Wanita Anti Peluru”, hanya mempan oleh satu peluru, yaitu “peluru cinta” dalam ikatan pernikahan. (Kata “cinta” harap tetap dipahami sebagai cinta yaa.. jangan dipahami “yang lain”).

Rabu, 29 Mei 2013

# Pengajian TPA #

Posted by Unknown on 09.09 with No comments
Belasan tahun silam ketika saya masih SD, mungkin kelas 3 atau 4 SD, seorang teman pengajian (TPA) yang perempuan ada yang menyebut saya "bencong". Barangkali karena saya jarang melibatkan diri dengan teman-teman laki-laki yang bermain kejar-kejaran di dalam masjid, dan malah hanya diam menonton lalu memancing keisengan temen-temen cewek untuk merampas peci saya yang membuat saya mengejar-ngejar gadis-gadis itu. Saya mengejar, tiada lain, demi berjuang mendapatkan kembali hak saya, yaitu peci lusuh pemberian bapak saya. Cewek-cewek ini lalu saling mengoper peci saya itu dari satu anak ke anak yang lain, bikin saya muter-muter berlarian kesana kemari. Saya yakin gadis-gadis ini bukan sedang berjuang mendapatkan perhatian saya, melainkan ada sesuatu dengan peci lusuh itu. Entah ada pelet apa pada peci saya itu? Padahal bau keringet. Mungkin, kalau saya tidak mengejar dan berusaha meraihnya lagi, akan ada yang membawanya pulang (PeDe sekali saya.. Lebay..). Tapi biasanya sih hanya disembunyikan di tempat wudhu.
Yah, dan rupanya itu salah satu kesan yang barangkali terus mengingatkan kami satu sama lain hingga kini, dan terus ingat kepada Bu Ustadzah.
Apa-apa yang terjadi pada kami, apa-apa yang kami dengar dan lihat pada masa itu, masih teringat di dalam memori kami hingga hari ini. Termasuk perkataan Bu Ustadzah sewaktu beliau menasehati kami pada suatu malam, karena banyak di antara kami yang sholat sambil bercanda satu sama lain, bersenggol-senggolan, tubruk-tubrukan, dan lain-lain.
Salah satu petikan dari perkataan beliau: "Suatu saat nanti, ketika kalian sudah besar nanti, Fulan sudah kemana, Fulanah sudah kemana, kalian akan teringat dengan saat-saat ini..Teringat satu sama lain.. Mengaji bersama-sama.."
Dan itu benar. Bahkan kami masih ingat sewaktu beliau menyuruh kami mengikuti beliau melafalkan hadits:

"Aqrobu maa yakuunul 'abdu..", kata beliau.
"AQROBU MAA YAKUUNUL 'ABDU...", kami mengikuti.

"...wa huwa saajidun..", ucap beliau lagi.
"..WA HUWA SAAJIDUN...", kami ikuti.

"..fa aktsirud du'aa'..", ucap beliau.
"..FA AKTSIRUD DU'AA'..", kami pungkas.

Artinya: "Kondisi seorang hamba paling dekat dengan Allah adalah ketika ia bersujud.. Maka perbanyaklah berdoa (ketika sujud itu).." Dalam hal ini maksudnya memperbanyak doa dalam hati, sebab pelafalan bacaan doa dalam sholat kan tidak boleh ditambah-tambahi.

Apa yang tertanam (didengar/dilihat) ketika kita kecil, biasanya akan teringat terus sampai tua, bahkan mungkin sampai wafat. Karenanya, penting sekali untuk berkata dan mencontohkan yang baik-baik kepada anak-anak kecil. Sebab, di masa depannya mereka akan turut andil dalam mewarnai tingkah laku manusia di zamannya.

# Penawar #

Posted by Unknown on 08.59 with No comments
Siang itu saya sedang agak santai setelah bertemu dengan dosen. Setelah keluar dari gedung fakultas, saya iseng ngadem di bawah pohon, menunggu kumandang adzan Dzuhur sambil membaca buku-buku feminis. Mulanya agak santai. Namun, begitu halaman yang dibaca semakin banyak, semakin luas bahasannya. Ada pemaparan para feminis yang saya setujui, misalnya, tentang perlindungan wanita korban perkosaan dan KDRT, pengentasan wanita dari kemiskinan, tentang kesempatan perempuan untuk mendapatkan pendidikan tinggi. Tetapi, ketika tiba pada beberapa titik yang bagi saya nampak seperti upaya untuk men-dekonstruksi atau bahkan men-destruksi ajaran Islam, saya sangat keberatan. Seingat saya, hadits saja tidak bisa menandingi Al-Qur'an, oleh sebab, hadits yang shahih sekalipun derajatnya hanya "dzonniy", yakni "dipersangkakan" shahih, karena ada kemungkinan memiliki banyak versi sebagai akibat dari banyaknya perawi yang menuturkan dengan bahasa mereka masing-masing sesuai tingkat pemahaman tiap-tiap perawi yang berbeda-beda. Sehingga, hadits, meskipun disandarkan sebagai perkataan Nabi, tidak dapat menandingi Al-Qur'an yang merupakan Kalam Allah yang "qoth'iy" (paten). Nah, ini tiba-tiba pemikiran manusia mau menrobos beberapa batasan Al-Qur'an. Kalo yang dikritik adalah penafsiran para ahli tafsir atau pemikiran para ahli fiqih, mungkin masih bisa ditolelir. Tapi, kalau sudah menabrak nash Al-Qur'an, rasa-rasanya kok seperti mengadili Al-Qur'an. AL-Qur'an adalah petunjuk dan pedoman bagi akal, sehingga fungsinya adalah untuk meluruskan jalan pemikiran akal, bukan sebagai objek yang diadili oleh Al-Qur'an.
Beberapa feminis, mengusung "kesetaraan gender". Kesetaraan sebenarnya sudah ada. Tapi, jika yang dituntut adalah kesamaan (equality), saya pikir hasilnya tidak akan mashlahat. Bisa-bisa menuntut kesamaan "hak", tetapi menghindari kesamaan kewajiban. Di dalam Islam, setahu saya, keadilan lebih kepada "proporsionality", bukan selalu "equality". Jika kita memperturutkan akal dan nafsu, dengan selalu menuntut "kesamaan", saya bisa saja memperturutkan nafsu dan akal saya untuk mengarusutamakan "Maskulinisme", yang menuntut agar para suami tidak perlu memberikan nafkah kepada istrinya jika sang istri sudah bekerja atau lebih kaya dari suami; menuntut agar istri yang kaya menafkahi suami yang miskin; menuntut agar derajat seorang ayah sama tingginya dengan ibu, dll, dan selalu mempertanyakan "Untuk apa sebenarnya laki-laki diciptakan?". Atau bisa saja saya mendirikan "Youth-isme" yang menuntut agar ada "horizontalization" antara kalangan muda dan kalangan tua, di mana jika orang tua menghardik/membentak anaknya maka sang anak berhak balas membentak. Atau, bisa saja kami dirikan "Short-isme" yang menuntut kesetaraan peluang kerja bagi orang-orang bertubuh pendek, karena selama ini syarat untuk menjadi pilot, TNI, pramugari/pramugara, dll., mempersyaratkan tinggi badan tertentu. Bisa juga kami himpun orang-orang untuk mendirikan "Ugly-isme" yang menuntut agar orang-orang buruk rupa bisa memiliki "keberuntungan" yang sama, karena selama ini peran-peran utama protagonis dalam film selalu orang tampan dan cantik, dan selama ini orang-orang yang tidak ganteng dan tidak cantik sering tidak diterima perusahaan karena ada satu syarat yang tidak bisa dipenuhi, yaitu "berpenampilan menarik".
Atau, bisa juga kami ciptakan paham "child-isme" yang menuntut agar uang jajan anak TK sama dengan uang "living costs" anak kuliah, karena "ketidaksamaan" dianggap ketidakadilan dan penindasan yang mengatasnamakan dogma, konstruksi sosial, dan penafsiran ajaran agama. Jika memperturutkan kerja akal yang demikian, akan banyak sekali aliran yang kita ciptakan.
Dalam Islam, semuanya proporsional, sehingga tiap peran memiliki ketentuan-ketentuan berbeda. Menjadi anak, ketentuannya berbeda dengan menjadi orang tua. Menjadi suami, ketentuannya berbeda dengan menjadi istri. Dan lain sebagainya. Allah telah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, pada porsinya. Namun, hal-hal yang ALlah ketahui tidaklah semuanya kita ketahui, yang menuntut kita berpegang kepada AL-Qur'an, dan juga hadits sebagai penjelas, jika pada saat-saat tertentu pemikiran kita yang kapasitasnya tebatas tidak mampu menjawabnya.

Otak saya memanas, dan semakin memanas. Namun tiba-tiba lamunan saya dibuyarkan oleh tawa beberapa mahasiswa yang sedang berkumpul tidak jauh dari saya. Rupanya mereka lagi pada bermain ABC (ABC Lima Dasar), menentukan nama-nama hewan. Ketika tiba pada huruf M, beberapa mahasiswa menyebutkan berbagai macam nama hewan.
Ada yang berseru, "Marmut".
Lalu ada yang lain berteriak, "Mamoot", dan banyak lagi nama hewan yang berawalan huruf M.
Tapi, yang unik adalah seorang di antara mereka ada yang nampak bingung, dan tiba-tiba nyeletuk, "Marsupilami..! Yaa..Marsupilami..haha!!"
Ini lucu sekali, dan membuat saya tertawa. Otak saya yang berasa ngebul langsung fresh kembali.
Anehnya, teman-temannya yang lain membenarkan bahwa Marsupilami adalah nama hewan, padahal kan Marsupilami hanya tokoh fiksi ciptaan André Franquin (menurut akun FB-nya Marsupilami). Hahaha..bisa aja adik-adik mahasiswa ini.. Tapi saya merasa terhibur. Rupanya, ketika Allah menyuguhkan kita sesuatu yang membuat kita berpikir keras, Dia juga menyediakan sesuatu yang menghibur di dekatnya tidak jauh darinya. Seperti halnya ketika ia menciptakan penyakit, maka bersamaan dengannya Dia ciptakan obatnya. Tidak aneh jika orang banyak yang bilang bahwa penyakit yang diakibatkan karena kebanyakan makan durian bisa ditawarkan dengan meminum sari-sari dari kulit durian, dan, bisa ular bisa ditawarkan dari serum dalam tubuh ular tersebut. Contoh lainnya, Allah menciptakan lalat dengan dua sayap, yang mana satu sayapnya mengandung racun/penyakit, dan sayap yang lain mengandung penawarnya, sehingga, jika ada lalat nyemplung di minuman Anda, Rasulullah (shallallaahu'alaihiwasallam) menyuruh kita meneggelamkan si lalat sebelum membuangnya, agar kedua sayapnya tenggelam dalam minuman kita, sebab racun pada sayap yang satu akan dinetralkan oleh sayap yang satunya lagi.

Innamal 'ilmu 'indallaah..wa innamaa ana nadziirun mubiin..
Subhaanaka laa 'ilma lanaa illaa maa 'allamtanaa innaKa Anta Al-'Aliimu Al-Hakiim.

# Kunci dan Akhirat #

Posted by Unknown on 08.50 with No comments
Entah kenapa, cowok yang ke mana-mana nenteng kunci mobil itu kelihatannya keren. Coba aja deh perhatiin, misalnya di foto-foto. Cowok yang bawa kunci mobil itu biasanya di sebelahnya ada mobil, kalo nggak, cewek cakep. Ya kan?
Oh, mungkin karena di belakang kata ‘kunci’ ada kata ‘mobil’. Bisa jadi. Soalnya kalo kata belakangnya adalah ‘gembok’, sehingga menjadi ‘kunci gembok’, efek kerennya gak kayak ‘kunci mobil’.
Lah, berarti, harusnya ‘kunci Inggris’ menimbulkan image keren yang lebih prestisius ketimbang ‘kunci mobil’. Waah..jadi kebayang yak kalo saya pagi-pagi jogging keliling perumahan pake kaca mata hitam sambil dengerin walkman dan bawa ‘kunci Inggris”, terus cewek-cewek yang pada jogging pada terpana…terpesona memandangi ‘kunci Inggris’ yang saya jinjing-jinjing. Lalu saya kiwir-kiwir itu ‘kunci Inggris’ di hadapan mereka, dan mereka hanya terperangah sambil berteriak-teriak histeris satu sama lain, “Iiihhh..keren banget sih.. kunci Inggrisnya… Eh cowok,,boleh minta pin BB-nya nggak?? Or,,nomer HP juga boleh deh.. Uuh..belom punya cewek kan..?”
Beuh..kalo cewek-cewek yang minta nomer HP itu kurang cakep, nomer HP yang saya berikan kepada mereka mungkin adalah nomer HP teman saya yang Jomblo. Kebetulan karena saya tidak pacaran. Sebagai akibatnya, keesokan paginya teman saya ini kebanjiran sms dan telepon dari cewek-cewek itu, yang selalu saja kalimat pembuka dari para cewek itu adalah, “Hai cowok..met pagi.. kamu yang kemaren jogging bawa-bawa kunci Inggris itu kan… kenalin..aku. bla-bla-bla, bla-bla-bla, bla-bla-bla,,,”.
Teman saya yang di-sms cewek-cewek itu jadi puyeng, dan saya hanya cengar-cengir sambil berkata, “Yaaah..itulah Bro..khasiat dari kunci Inggris..”.
Tapi, tiba-tiba di atas kepala saya muncul juga gelembung khayalan yang lain, yang memperlihatkan saya yang sedang pergi ke mall, dengan setelan rapi, elegan, dan tentu saja, sambil menjinjing-jinjing kunci Inggris. Lalu, tiba-tiba seorang gadis cantik mengajak berkenalan dan meminta nomer HP saya. Saya kasih nomer HP saya yang asli, karena yang meminta adalah cewek cantik. Owww..senangnyaa… Keesokan paginya saya terima sms, “Hai cowok,,,kenalin,,,aku neneknya cewek yang kemaren minta nomer HP kamu…”.
Aaaaahh..tidak adiiiiilll….!!! Giliran udah jujur ngasih nomer yang asli, malah nomernya buat neneknya, mentang-mentang yang bawa ‘kunci Inggris’ tidak ganteng.

Ya begitulah, kadang apa yang terjadi di dunia bisa bertentangan dengan keinginan kita. Terkadang kita juga merasakan banyak hal yang tidak adil. Contohnya, di dunia ini, orang beriman banyak yang miskin, sedangkan yang kafir biasanya bergelimang harta. Orang yang baik nampak lemah, sedangkan yang tidak baik terkesan kuat. Berbuat jujur didera kesulitan, seolah semuanya harus diraih dengan ketidakjujuran, dan lain sebagainya. Namun, jangan patah harapan. Karena dengan KeMahaBijaksanaan-Nya, Allah menciptakan akhirat. Tujuannya, agar semua makhluk menerima keadilan yang seadil-adilnya. Agar Dia bisa menepati janjinya bahwa Dia akan memberikan balasan bagi setiap perbuatan. Agar orang yang jujur memperoleh ganjaran kebaikan sesuai dengan kejujurannya di dunia. Agar orang-orang yang sabar mendapatkan balasan kebaikan yang besar atas kesabarannya menjalani kehidupan dunia. Agar orang-orang yang benar-benar ikhlas mendapatkan kedudukan mulia yang seharusnya pantas mereka dapatkan.

# Bukan Burung Biasa #

Posted by Unknown on 03.43 with No comments
Di beberapa negara, biasanya kalau ada buku or film dari negara asing, maka judul diterjemahkan ke dalam bahasa negara tersebut. Misalnya, untuk kalangan luar negeri, Laskar Pelangi diterjemahkan menjadi The Rainbow Troops. Atau, film Ketika Cinta Bertasbih, untuk kawasan negara-negara berbahasa Arab, judulnya menjadi "'Indamaa Yusabbihul-Hubb".
Tapi, nampaknya ini agak berbeda buat orang kita. Sering kan kita melihat di beberapa toko buku ada buku-buku judulnya berbahasa Inggris tapi isinya Bahasa Indonesia. Sebab, ada kecenderungan kita untuk lebih tertarik dengan sesuatu yang berbahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Orang kita juga nampaknya akan mempersepsikan image yang berbeda jika misalnya film Spiderman ketika masuk ke Indonesia judulnya menjadi "Manusia Laba-laba", atau Iron Man menjadi "Manusia Besi".
Nah, tadi pagi kira-kira jam setengah sebelas, selepas kerja bakti dengan bapak-bapak jama'ah bikin galian paralon di masjid (walah-walah capeknya bukan main, mungkin begitu yang selalu dirasakan para pekerja galian pipa ledeng), saya tiba-tiba ingin bernostaslgia, barangkali di TV masih ada film-film vampir Jepang yang jalannya loncat-loncat seperti yang suka saya tonton dulu kalau pulang sekolah SD bersama teman-teman. Eh, rupanya tidak ada. Malah adanya berita olahraga, film india "Kal Ho Na Ho", dll. Saya terus pindah channel, dan ketemu sebuah film kartun. Ahahay..ternyata film Angry Bird. Terbersit pikiran iseng saya untuk menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Rupanya memang lebih baik tidak diterjemahkan. Karena, kalau orang seperti saya yang menerjemahkan, maka akan namanya menjadi "Burung Ngamuk". Kan kurang enak kedengarannya.
Kalau dilihat-lihat, film Angry Bird ini mengingatkan pada Burung Abaabiil dalam Al-Qur'an surat Al-Fill. Bedanya, Angry Bird melontarkan dirinya dengan ketapel untuk memusnahkan babi-babi hijau (ini juga saya baru lihat kok ada babi warna hijau,,,mungkin sudah menjadi mutan seperti Hulk), sedangkan, Burung Ababiil diutus oleh Allah membawa batu-batu panas untuk melempari pasukan bergajah pimpinan Abrahah yang hendak menghancurkan Ka'bah. Kalau babi-babi hijau dalam Angry Bird itu musnah dengan cara meledak "Bumm!! Tar!! Tar!! Tar!! Krotak, krotak!!", sedangkan pasukan bergajah berikut gajah-gajah yang ditumpanginya menjadi bolong-bolong tubuhnya akibat terkena lemparan batu-batu api yang kabarnya "panas-panas" dibawa langsung dari neraka. Bolong-bolong, seperti daun dimakan ulat "ka'ashfin ma'-kuul".

# Nama #

Posted by Unknown on 03.40 with No comments
Pernah pada suatu ketika, saat Sholat Jum'at di masjid dekat rumah ortu, yang bertindak menjadi khotib bernama Pak Khotib, dan yang menjadi imam bernama Pak Imam.. Subhaanallaah..
Saya hanya membayangkan, jika muadzinnya bernama Pak Muadzin. Sebab, selama ini saya belum pernah mendengar ada orang yang namanya Muadzin. Tapi bisa jadi di antara Anda ada yang pernah dengar nama tersebut.
Imagenya, muadzin diartikan sebagai "tukang adzan", tetapi sebenarnya, lebih dari itu, muadzin berarti "orang yang mengumandangkan panggilan Allah", yang melalui dia orang-orang berbondong-bondong menuju jalan Allah, mengabdikan diri beribadah hanya kepada Allah. Mulia sekali kan.
Kalau ternyata selama ini memang belum pernah ada orang yang diberi nama 'muadzin', maka bayi mana yang baru lahir dan kemudian dinamai dengan nama itu, akan menjadi orang pertama yang bernama 'Muadzin'. Seperti nama "Yahya". Orang pertama yang bernama Yahya adalah Nabi Yahya 'alaihissalam, putra Nabi Zakariya 'alaihissalaam. Sebelum beliau, belum pernah ada orang yang namanya 'Yahya'. (Bisa dicek dalam Al-Qur'an surat Maryam [19] ayat 7).

Memang sih, ada ungkapan "Apalah arti sebuah nama". Namun, saya percaya bahwa "nama adalah doa". Rasulullah sendiri kan mengganti nama beberapa orang dengan nama yang lebih baik, termasuk beberapa nama daerah. Maksudnya, sebagai doa agar menjadi lebih baik, sebaik nama yang diberikan.
Kalau toh misalnya kejadian ada seorang anak yang namanya bagus tapi nakalnya bukan main, itu bisa berarti bahwa doa ortunya yang disisipkan dalan nama si anak belum terkabul. Faktornya banyak. Bisa dari makanan yang diberikan ortu kepada anak, teman bergaul, pendidikan agama, atau, bisa juga ada sifat buruk ortu (baik dari salah satu ortu, maupun kedua ortu) yang menurun ke anak. Tapi sih mudah-mudahan jika dalam diri kita ada sifat buruk, semoga Allah tidak menurunkannya kepada anak-cucu kita.

Benarkah Allah itu ada?

Posted by Unknown on 03.36 with No comments
Apakah akhirat, surga, dan neraka, itu benar-benar ada? Atau hanya sekedar konsep yg diada-adakan manusia ketika mengalami ketidakberdayaan? Jika semua itu ternyata tidak kita jumpai setelah kita mati, bagaimana? Masihkah kita akan menyembah Allah?

Jawabannya: Yaa..lebih baik kita laksanakan saja ibadah dan keyakinan kita. Toh, jika ternyata semua itu tidak ada, kita hanya merugi karena "membuang" sebagian waktu kita untuk melaksanakan ritual ibadah dan keyakinan. Gak terlalu nyesel.
Ketimbang, kita tidak percaya semua itu dan tidak pula melaksanakan ibadah dan keyakinan agama, lalu, tiba-tiba setelah mati, kita berhadapan dengan kenyataan bahwa semua itu ternyata benar-benar ada. Jika terbukti semua itu benar adanya, sementara sewaktu hidup kita tidak pernah mengimaninya, maka terbuang sia-sialah seluruh usia kita di dunia. Hendak kembali hidup di dunia untuk memperbaiki amalan pun tiada lagi bisa.

# Lomba Bikin Film #

Posted by Unknown on 01.42 with No comments
Setiap orang adalah tokoh utama dalam kehidupannya, dan orang lain adalah figurannya. Anda adalah tokoh utama dalam hidup Anda, dan saya hanyalah figuran dalam kisah hidup Anda, yang berperan dalam scene ketika Anda membuka akun Facebook Anda lalu membaca tulisan ini. Betul ini. Sungguh. (Logat Arie Keriting Stand-Up Commedy Indonesia Season 3)

Dunia ini hanyalah karantina para peserta “Lomba Pembuatan Film Otobiografi” yang pesertanya adalah kita semua yang pernah hidup. Segala makhluk yang ada di alam raya akan merekam segala perbuatan kita layaknya kamera, termasuk pancaindera dan sel-sel tubuh kita, senada dengan apa yang dipaparkan oleh Pak Agus Mustofa dalam bukunya “Ternyata Akhirat Tidak Kekal”. Rekaman beberapa scene-nya bahkan bisa diputar ulang di dunia, sebelum sampai di akhirat. Salah satu contohnya adalah apa yang pernah dituturkan oleh salah seorang senior saya tentang rekannya yang menjadi sukarelawan Bencana Tsunami Aceh beberapa tahun silam. Pada suatu malam, sukarelawan ini istirahat di tenda posko setelah seharian bekerja mengevakuasi jenazah yang tertimbun reruntuhan bangunan, lumpur, dan segala macam. Ketika sedang istirahat itu, tiba-tiba ia melihat orang-orang dalam jumlah yang sangat banyak berlarian dari kejauhan menuju jalanan di depan posko. Sukarelawan ini lantas keluar ke jalan itu hendak menghampiri orang-orang itu dan bertanya pada mereka apa yang terjadi. Ia melihat, orang-orang itu berlarian ke arahnya sambil berteriak-teriak, “Air….!! Aiiirrr…!! Awas ada aiiirr…!!”, sambil di belakang mereka ada ombak yang begitu besar yang tingginya mungkin puluhan meter. Sukarelawan ini melihatnya begitu jelas. Orang-orang yang berlarian ke arahnya itu dikejar ombak yang begitu tinggi. Namun, ketika orang-orang itu berlari menubruknya, mereka tembus, air bah yang demikian besar itu pun tembus, layaknya penampakan, namun sangat jelas di pandangannya. Ini salah satu sample. Contoh yang lainnya banyak. Misalnya, jika di suatu malam yang sepi lalu terdengar banyak suara anak-anak sangat berisik muncul di sebuah bangunan sekolah, bisa jadi itu adalah suara para siswa yang terekam ketika mereka sedang bermain atau ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Wallaahu a’lam.

Next…
Hasil pembuatan film otobiografi ini kemudian diarsipkan ketika peserta yang bersangkutan telah menyelsaikan film kehidupannya (mati). Semua orang demikian. Kelak film-film kehidupan semua orang akan ditayangkan di hadapan semua banyak makhluk, dan dinilai langsung oleh Juri Agung Yang Maha Adil. Diputar ulang di hadapan semua manusia dan jin di Festival Padang Mahsyar.

AL-Qur’an surat Al-Zalzalah (99) ayat 7-8 menegaskan bahwa kita akan melihat segala perbuatan kita kembali. Melihat di sini artinya kita akan menonton (watching) film kisah hidup kita di dunia. Bukan hanya sekedar mendengar rekapan amal perbuatan kita yang dibacakan para malaikat pencatat amal, atau seperti mendengarkan siaran radio Gen FM Jakarta, Ben’s Radio, Radio Dangdut Indonesia, atau Ardan Bandung. Melainkan, betul-betul menyaksikan. Detil dengan sedetil detilnya, sampai tingkat dialog. Barangkali seperti kita menonton percakapan dua orang sniper musuh dalam film The Raid, ketika salah satu di antara mereka berkata kepada temannya, “Aku ambil yang kiri, kamu ambil yang kanan”. Lalu, kalau ada suara dalam hati kita, mungkin di layarnya akan muncul layar insert kecil di ujung kanan atas yang berisi kata-kata yang kita ucapkan dalam hati. Jadi film tentang kita akan ditonton oleh kita dan semua makhluk yang dihisab amalnya. Sir Alex Ferguson mungkin akan menyaksikan kembali kisah hidupnya di dunia, awal kariernya, lalu berlanjut pada masa-masa beliau mendidedikasikan dirinya melatih klub Manchester United, sampai beliau pensiun, dan seterusnya dan seterusnya. Mendiang Ustadz Jefry Al Buchori pun kelak akan menyaksikan sejarah perjalanan hidupnya di dunia, dari mulai lahir sampai beberapa waktu lalu Allah memanggil beliau untuk segera men-submit film otobiografinya di dunia, karena sudah deadline. Kita pun sama. Mungkin kelak Anda akan menyaksikan scene ketika Anda membuka akun FB Anda dan membaca tulisan ini. Saya pun bisa jadi akan melihat kembali adegan ketika saya mencoba membantu seseorang membuka tutup botol dan berulang kali gagal, sewaktu naik bus jurusan Tangerang-Bekasi. Akan ditayangkan kembali pula ketika saya dan teman-teman menonton film Rab Ne Bana Di Jodi, dan menjadi ketagihan hingga mengulang-ulang lagi menontonnya sampai puluhan kali (teman saya ada yang menontonnya berulang-ulang sampai 30 kali), menghafalkan dialog ketika Raj mengucapkan “Hum hai rahi pyaar ke, Phir milenge chalte chalte”, perkataan Surinder “Punjab Power Lighting Up Your Life”, dan menghafalkan lagu “Tujh Mein Rab Dikhta Hai”. Bukan main. Teman saya yang tempo hari mimpi diuber-uber zombie banci pun tak mustahil akan menyaksikan dirinya yang sedang tidur, dan di sudut kiri bawah layar muncul inset kecil berisi video yang ada dalam mimpinya, yaitu zombie-zombie yang mengejarnya. Oke punya sekali mimpinya itu. Tapi, selucu apapun film kita, sepertinya kita sulit tertawa, karena mengkhawatirkan nasib kita di sana. Semua orang sibuk menimbun tanya dalam hatinya, “Apakah saya akan menerima kitab catatan kisah hidup saya dari arah kanan, ataukah dari sebelah kiri dan belakang?” Semoga, jika ada aib dalam kisah kita, Allah berkenan menyensornya.

Allaahumma tawaffanaa muslimiin, wasthur ‘uyuubana, waj’alnaa fi ash-shhalihiina, fi rahmatik.

# To Know, But Not To Say-Be-Do #

Posted by Unknown on 01.35 with No comments
Terkadang, kalau sedang ngobrol dengan anak-anak SMA, saya rasanya masih SMA. Baru setelah saya bertanya tahun berapa mereka lahir, saya tersadar ternyata saya sudah tak semuda mereka. Pantesan di mana-mana sudah jarang yang manggil saya "Mas", apalagi "Dik". Teman di kantor, orang-orang di jalanan, sopir angkot, kernet bus, tukang jualan, hampir semua manggil "Pak".

Pernah suatu ketika, waktu naik busway, seorang anak balita yang duduk di sebelah saya, menepuk-nepuk bahu saya, dan memanggil-manggil saya,"Pak.. Pak..". Yang jelas ini bukan berarti dia mengganggap saya sebagai ayahnya. Anak itu melengos, celingak-celinguk melihat ke seisi busway, melihat ke luar ke jalanan, lalu kembali menepuk-nepuk bahu saya, "Pak, Pak..", lalu celingak-celinguk lagi. Terakhir, dia bertanya, "Om, boleh kan manggil Om 'Bapak' ?"
Ahahay,,unik sekali adik kecil ini. Ibunya yang duduk di dekatnya tersenyum. Saya juga hanya tersenyum dan menjawabnya, "Iya, boleh.. ". Karena, kalaupun saya memintanya memanggil saya "Om", tetap saja yang dilihatnya adalah seorang bapak-bapak.

Kalau disebut 1 kali, sebutan "Om" bagi saya terdengar lebih elegan, ketimbang dipanggil "Bapak" oleh si adik kecil ini. Tapi, kalau kata tersebut diulang 2 kali, saya lebih memilih disebut "Bapak-Bapak", ketimbang "Om-Om", karena konotasinya sedikit mengalami penyorasi. Seperti kata "makan" dan "minum". Kalau disebutkan 1 kali, biasa saja. Tapi, kalau disebutkan 2 kali, konotasi "makan-makan" lebih baik ketimbang "minum-minum". Coba saja, kalau ada seorang anak gadis bercerita, tentu hati kita lebih tenteram kalau mendengar ia berkata, "Aku kemarin diajakin makan-makan ama seorang bapak-bapak", daripada harus mendengar "Aku kemarin diajakin minum-minum ama seorang om-om". Ya kan?

Nah, itu pada kasus di atas, saya hanya menghindari konotasi. Lebih dari itu, ada kata yang perlu dihindari, bukan sekedar konotasinya saja, bahkan penggunaannya secara eksplisit, misalnya kata-kata yang tidak sopan, atau tidak etis. Kata-kata tersebut perlu kita ketahui, bukan untuk digunakan, melainkan diketahui untuk dihindari supaya jangan digunakan. Bahkan, di banyak daerah kita kenal "bahasa halus", yakni bahasa yang diciptakan sebagai upaya untuk menghindari penggunaan bahasa yang kasar. AL-Qur'an juga mencontohkan ini dengan menggunakan bahasa yang sangat halus dan santun meski ketika mengisahkan Nabi Yusuf 'alaihissalam yang digoda oleh Istri Al-Aziz. Sebab, tidak semua kata yang kita tahu harus kita ucapkan. Inilah "To Know, But Not To Say".

Selain itu juga, ada "To Know, But Not To Be and Not To Do". Misalnya, ketika kita mempunyai kenalan seorang yang tidak baik. Bisa saja seseroang berteman dengan pencuri. Tapi, ini bukan berarti ia boleh jadi pencuri atau melakukan pencurian. Ia perlu tahu teknik-teknik mencuri dari kenalannya itu, seperti bagaimana cara membobol gembok pagar atau kunci setang motor, tapi bukan untuk jadi pencuri, melainkan justru untuk memperkuat pertahanan rumahnya agar tidak kebobolan pencuri dan melakukan penjagaan sepeda motornya dengan lebih baik, entah itu dipasang alarm anti maling, stop-kontak mesin rahasia, dan lain-lain.

Selasa, 28 Mei 2013

# Wannabe #

Posted by Unknown on 19.58 with 2 comments
Kata "wannabe" ini entah artinya apa, yang jelas kalo saya lakukan spekulasi, sepertinya berasal dari kata "wanna be", yang merupakan bentuk slank dari "want to be". Jadi, jika ada orang yang disebut sebagai Batman Wannabe, itu artinya dia adalah orang yang sangat terobsesi menjadi Batman. Ke mana-mana pakai kostum Batman, kalau mengobrol memakai kata-kata Batman. Saya jadi ingat waktu kecil dulu, kalau main kelahi-kelahian (berantem-beranteman) dengan teman-teman, kami suka berseru, "Ciaaat...rasakan ini..!!! Tendangaan Mauuut..!!". Yah, itulah Kotaro Minami Wannabe atau Ksatria Baja Hitam Wannabe.

Para "Wannabe" ini sejatinya terdorong untuk meniru seorang tokoh, entah itu tokoh film, jagoan, selebriti, etc., dengan keinginan yang begitu kuat. Bahkan mungkin sampai-sampai berharap agar kerasukan roh si tokoh yang ditiru. Saya juga sewaktu belum sekolah TK, menurut penuturan ibu saya, jika Om Haji Rhoma Irama sedang tampil di layar televisi, saya langsung mengambil selendang dan gitar kecil mainan yang dibelikan bapak saya. Dan ini berubah-ubah. Kalau nonton konser dangdut, saya menjadi Rhoma Irama Wannabe; kalau nonton Baja Hitam jadi Kotaro Minami Wannabe; kalau nonton Dragon Ball jadi Son-Goku Wannabe. Hanya ketika menonton Twilight saja saya tidak menjadi Robert Pattinson Wannabe: tahu diri

Dalam Ilmu Balaghah, salah satu cabang ilmu Bahasa Arab, ada yang namanya Tasybih, yang dalam Bahasa Indonesia bisa diterjemahkan sebagai "Penyerupaan", yakni membahas tentang "sesuatu menyerupai sesuatu". Kalau Anda berkata kepada istri Anda, "Indahnya wajahmu bak indahnya purnama", itu artinya keindahan purnama lebih kuat, dan indahnya wajah istri hanya menyerupai. Tetapi, kalau kalimatnya dibalik menjadi, "Indahnya purnama seperti indahnya wajahmu", itu artinya bukan main indahnya wajah sang istri, bahkan mengalahkan indahnya purnama. Seorang adik kelas asal Somalia malah lebih hebat lagi. Mungkin kalau dikatakan kepada istri, ucapannya seperti ini: "Rembulan memang indah. Tetapi, ketika melihat wajahmu, aku lupa akan rembulan yang indah itu".
Yang lebih dalam sesuatu hal, akan ditiru oleh yang lain.
Jika Rasulullah shallallaahu'alaihi wasallam menjadi prorotype akhlak mulia, itu karena beliau adalah manusia dengan akhlak paling mulia. Seperti firman Allah, "innaka la'alaa khuluqin 'adhziim" (Sesungguhnya kau/Muhammad memiliki akhlaq mulia yang agung).

# Antonimisme #

Posted by Unknown on 19.44 with No comments
Kalau sedang berkelakar, teman saya suka bercanda ngojok-ngojokin saya untuk mendirikan ajaran "Antonimisme", yang beranggotakan orang-orang iseng seperti saya yang gemar meng-antonim-kan kata-kata yang diucapkan orang lain. Misalnya, jika ada teman yang bertanya, "Boss, ada film yang menarik, nggak?", maka, pengikut ajaran antonimisme harus menjawab, "Nggak ada. Adanya, film yang mendorong".
Atau, jika ada orang berkata, "Duta besar mengeluarkan surat keterangan", maka, penganut antonimisme akan nyeletuk, "Duta kecil memasukkan surat kegelapan".
Diproyeksikan, jika Antonimisme ini berkembang pesat, maka kami berpikir untuk mendirikan paham tandingan, yang dinamai "Sinonimisme", yakni aliran orang-orang iseng yang suka nyeletuk tiba-tiba melontarkan sinonim dari kata-kata yang diucapkan orang lain. Misalnya, jika ada orang berseru, "Hei kamu, jangan macam-macam ya!!", maka penganut Sinonimisme akan nyeletuk, "Hei kamu, satu macam saja ya!!".
Iya, 'jangan macam-macam' kan artinya 'satu macam saja'.

Mm..tapi, setelah saya pikirkan masak-masak, sepertinya kurang berfaedah kalau saya mendirikan dua ajaran tersebut. Saling bertentangan layaknya Kapitalisme dengan Komunisme, padahal konon dua sistem ekonomi tersebut merupakan hasil karya kaum yang masih satu golongan. Bikin pusing dan tidak mashlahat. Mudah-mudahan dalam waktu dekat, ekonomi syariah benar-benar tegak secara kaaffah untuk menjadi solusi.
Selain itu, ketimbang Antonimisme dan Sinonimisme yang urung saya kembangkan, apa yang dirumuskan para ulama ahli fiqih sudah jauh lebih bermanfaat, yaitu Mafhuum Mukhaalafah dan Mafhuum Muwaafaqah.
Mafhuum Mukhaalafah, jika diterjemahkan bebas dapat berarti "pemahaman berkebalikan". Contohnya: Mengerjakan shalat 5 waktu hukumnya wajib. Maka, dapat dipahami bahwa meninggalkan shalat dengan sengaja, hukumnya haram. Kecuali, wanita yang sedang haid atau nifas. Juga, puasa Ramadhan, itu hukumnya wajib. Maka, meninggalkan puasa Ramadhan hukumnya haram. Kecuali, ada uzur syar'i. Dan "malas puasa", itu bukan uzur syar'i.

Adapun Mafhuum Muwaafaqah, jika diterjemahkan bebas, dapat bermakna "pemahaman selaras", yang menunjukkan bahwa hal-hal serumpun hukumnya sama. Contoh: Menghardik orang tua adalah hal terlarang. Maka, jika ada anak yang menganiaya orang tuanya, hukumnya sama. Bahkan lebih tercela.

# 3 Dimensi #

Posted by Unknown on 19.24 with No comments
Di manapun Anda berada, dunia yang Allah hamparkan di mata Anda hanyalah sejauh mata memandang. Sejauh apapun jarak yang pernah Anda tempuh, meski Anda pernah keliling dunia jutaan kali, yang dihamparkan di depan mata Anda, hanyalah sejauh yang dapat Anda lihat, dalam radius beberapa ratus meter saja, selebihnya "ghaib", tidak terjangkau penglihatan Anda. Jika Anda berusaha melangkah maju untuk memperjelas penglihatan Anda terhadap sesuatu di depan Anda, maka hal-hal di belakang Anda pun menghilang beberapa meter, jadi tak nampak. Jika Anda berjalan melangkah ke sebelah kanan untuk memperjelas penglihatan Anda terhadap sesuatu nun jauh di kanan Anda, maka hal-hal di nun di sebelah kiri Anda pun menghilang beberapa meter, jadi tak kentara. Bila Anda berlari ke arah Timur, maka apa-apa yang ada di sebelah Barat Anda menjadi "ghaib" beberapa meter.

Terlebih, dunia ini betul-betul ilusi. Apa-apa yang bisa Anda lihat, tak semuanya dapat Anda raih dengan tangan Anda. Tak semuanya dapat Anda jangkau, padahal terlihat. Dunia fana. Tak semua rencana menjadi nyata. Tak semua harap terejawantah. Tak semua mimpi terwujud.

Tapi jangan khawatir, sebab Allah menjadikan kita hidup pada tiga dimensi, yakni kasat, ghaib, dan antara. Artinya, kita dapat memperbuat segala amalan dalam 3 dimensi tersebut. Dimensi kasat adalah apa yang kita perbuat di alam kasat ini. Anda makan, minum, bekerja, dan lain-lain, itu terjadi pada wilayah kasat. Dimensi antara adalah apa yang Anda pebuat melalui lisan Anda. Perkataan Anda adalah sesuatu yang terdengar tapi tak nampak. Karenanya, ia ada di wilayah antara. Sedangkan dimensi ghaib, adalah apa yang Anda perbuat melalui hati Anda, yang mencakup pikiran dan perasaan. Tidak aneh, unsur iman mencakup tiga dimensi: membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Namun, perhatikan juga hadits Nabi yang menyuruh kita untuk menindak kemungkaran lewat "yad" (perbuatan alam kasat); lalu jika tidak mampu maka dengan "lisan" (perbuatan alam antara); dan jika tidak mampu juga maka melalui perbuatan dimensi ghaib kita yakni "qalb" (amalan hati yang mencakup pikiran dan perasaan).
Dan semua dimensi itu mendapatkan penilaian dari Allah.

Oleh karena itu, jika kita belum berhasil di alam kasat, entah itu berupa halang rintangan yang menghalangi kita mencapai tujuan dan cita-cita mulia kita, maka perbuatlah di alam dimensi ghaib, yakni di dalam hati kita. Sebab Allah tetap memperhitungkan apa yang kita lakukan di dimensi ghaib kita dalam hati, sebagai amal perbuatan. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 284, bahwa perbuatan yang kita tampakkan (di alam kasat) juga perbuatan yang kita sembunyikan di dimensi ghaib (di dalam hati) akan sama-sama diperhitungkan oleh Allah. Ingat kembali segala peristiwa yang Anda alami. Apa-apa yang Anda perbuat, sebelum terjadi di alam kasat, sebenarnya sudah terlintas di benak Anda sebelum Anda melakukannya. Apa-apa yang Anda katakan dengan lisan, beberapa detik sebelumnya telah Anda katakan dalam hati. Ketika Anda naik sepeda dan akan kecebur ke selokan pun, beberapa detik sebelum nyusrug ke selokan itu Anda sudah melihat diri Anda kecemplung ke selokan. Jika Anda pernah menabrak sesuatu ketika mengendarai sepeda motor, maka beberapa detik sebelumnya Anda telah melihat diri Anda menabraknya. Ingat-ingat kembali. Ini merupakan petunjuk bahwa kita tidak hanya menjalani alam kasat saja. So, kalau di alam kasat Anda belum berhasil berbuat mulia, lakukanlah dalam benak Anda. Jika Allah berkenan, in Sya ALlah apa yang Anda perbuat dalam dimensi ghaib Anda akan muncul ke alam kasat. Tapi semua atas izin ALlah.

Wallaahu a'lam..wa a'uudzu billaahi an akuuna minal khaathi-iin..

# Kamuflase VS Kamu-false #

Posted by Unknown on 12.01 with No comments
Beberapa hari yang lalu, saya pulang ke rumah orang tua naik bus dari arah Veteran Bintaro menuju Cikokol Tangerang. Waktu itu hari sudah gelap, menjelang isya.
Di dalam bus, saya duduk di sebelah seorang pemuda bertato. Kedua tangannya penuh tato. Bahkan tatonya sampai ke leher. Pikir saya, "Ini orang kok tangannya dibatik ya?"
Anehnya, waktu saya duduk di dekatnya, malah ia yang jadi kaku seperti takut. Padahal, kalau di film-film, normalnya, saya yang akan pasang aksi waspada. Mungkin dia takut karena muka saya -menurut beberapa teman- memang angker seperti tampang penjahat. Biarlah.
Sewaktu saya sempat sedikit bercakap-cakap dengan pemuda bertato itu, ia bertanya, "Mas, kalo mau ke Islamic, dari Cikokol naik apa ya?"
Lalu saya tunjukkan sedikit arah-arahnya.
Pemuda ini memang tampangnya seperti orang baik-baik. Saya duga, ia dari kelompok anak-anak Punk Muslim, yaitu kelompok Punk yang memang disibukkan dengan kegiatan keislaman. Dan saya perhatikan, tato-tatonya bukan tato permanen. Mudah-mudahan ia hapus itu tato setiap akan sholat. Dan saya harap, tato-tato itu hanya sebuah bentuk kamuflase para aktifis dakwah yang terjun ke dunia punk atau semacamnya.
Iya betul, terkadang dakwah menuntut para da'i dan muballigh untuk berkamuflase, layaknya pasukan intelijen. Barangkali ada muballigh-muballigh yang berkamuflase menyamar sebagai tukang sayur, dokter, pedagang keliling, pengusaha, karyawan, dan semacamnya. Dan itu perlu, agar mudah bergaul dengan kelompok-kelompok yang hendak diajak mendekatkan diri kepada Allah.
Malah, yang saya tidak habis pikir, seorang teman pernah bercerita bahwa, ada seorang ustadz yang mahir dalam ilmu gambling/judi yang menyusup ke dalam arena perjudian layaknya penjudi, lalu memenangkan semua meja perjudian. Para penjudi yang kalah akhirnya bertanya, apa yang membuatnya selalu menang. Ustadz yang menyaru ini meminta orang-orang itu untuk ikut dengannya jika mereka ingin tahu rahasianya. Mula-mula diajak ke masjid. Lalu, disuruh rajin shalat. Kemudian rutin mendengarkan pengajian. Dan seterusnya, dan seterusnya. Hingga pada akhirnya orang-orang itu benar-benar berhenti berjudi sama sekali. Jadi, semacam upaya rehabilitasi begitu.

Pernah juga saya mendengar, bahwa beberapa muballigh melakukan pembinaan wanita-wanita penjaja "dosa" di kawasan prostitusi. Bukan mustahil, jika upaya awal yang mereka lakukan adalah berkamuflase sebagai "konsumen" yang hendak menyewa "produk" beberapa orang wanita, yang mereka bayar, tapi bukan untuk "melayani", melainkan untuk mendengarkan pengajian agama. Lalu, aktifitas ini semakin rutin semakin rutin, hingga satu demi satu wanita "pekerja" itu kembali ke jalan yang benar dan mencari nafkah yang halal.
Tidak mustahil pula, beberapa muballig berkamuflase sebagai anak-anak klubing yang menyusup ke tempat-tempat "dunia gemerlap". Bukan untuk memanjakan nafsu. Tapi untuk menyelamatkan saudara-saudaranya.
Mudah-mudahan Allah senantiasa melindungi mereka dalam segala aktifitas dakwahnya. Kamuflase dalam dakwah memang terkadang perlu. Para misionaris zending pun demikian. Pemuda-pemuda mereka yang tampan, disuruh memacari anak-anak gadis kaum muslimin, pura-pura masuk Islam, menikahi sang gadis secara Islam, namun ketika si gadis sudah hamil, pemuda-pemuda tersebut kembali murtad dan memaksa sang istri untuk mengikuti agamanya.

Itu kamuflase dalam dakwah. Tapi, jika kita adalah tipe orang yang mudah goyah dan terjerumus, sebaiknya tidak menggunakan dakwah cara ini. Sebab, jika kita yang malah terjerumus, artinya kamuflase kita gagal. Jadinya, "kamu-false", kamu salah, menyimpang.

# Resiko Berkedudukan Tinggi #

Posted by Unknown on 11.59 with No comments
Suatu hari ketika masih SMA, saya mengantar seorang teman jajan di warung.
Ketika teman saya tengah sibuk memilah-milah makanan dan jajanan yang akan dibelinya, saya iseng melihat-lihat krat-krat botol minuman yang bertumpuk-tumpuk di dalam warung. Sambil melihat-lihat merek yang ada di botol-botol kaca itu, saya yang barangkali sedang khilaf, memasuk-masukkan telunjuk saya ke salah satu botol itu (botol beling/kaca). Memasukkan telunjuk ke mulut botol kaca tersebut memang mudah. Tapi, saya baru tahu akibat dari keisengan saya itu. Ternyata mencabutnya kembali bukan main susahnya.
"Eh ayo pulang", kata teman saya.
Saya bilang,"Ntar dulu bentar, ini telunjuk saya susah dicabut".
Melihat kejadian yang menimpa saya, teman saya itu tertawa-tawa. Si ibu yang punya warung ketiwi-ketiwi kecil sambil berujar, "Lagian iseng sih...".
Saya cuma bisa menahan malu sambil terus berusaha melicinkan telunjuk saya yang terjebak, dan mengusap keringat yang bercucuran di dahi karena panik.
Beruntung saya hanya seorang remaja tak terkenal.
Saya tidak bisa bayangkan, bagaimana jika saya waktu itu adalah seorang terkenal, entah itu pejabat negara, bangsawan, atau bahkan seorang kaisar. Bisa jadi berita di headline-headline koran dan diberitakan di layar kaca selama seminggu berturut-turut. Jadi obrolan warung kopi dan acara gosip. Saudara dan teman-teman dekat saya jadi sering ditanya-tanya orang perihal peristiwa yang saya alami. Dan yang akan jadi sangat terkenal adalah teman yang saya temani ke warung dan si ibu yang punya warung.
Adapun saya, jadi malu ke luar rumah. Lebih-lebih kalau telunjuk saya tak bisa dicabut sampai seminggu. Bisa-bisa kalau ketemu orang, saya gak mau salaman. Malu, di telunjuk ada botol. Kalau mimpin rapat pun mungkin minta diwakilkan, dengan alasan: Kaisar sedang mendapat teguran dari Allah, perlu banyak-banyak mengingat Allah dan harus banyak di rumah, sehingga belum bisa datang di tengah-tengah hadirin. (Yaah, untuk jaga wibawa..)

Ya begitulah barangkali resikonya kalau berkedudukan tinggi. Makan cendol di pinggir jalan sambil jongkok pun bisa jadi sorotan.
Dan terkadang (bukan selalu), kesalahan kecil yang tak sengaja dilakukan seorang mulia berkedudukan tinggi, cenderung nampak seperti dosa besar di mata orang-orang biasa. Seperti hal-ihwal Nabi Adam dan Siti Hawa, 'alaihimassalaam. Hanya karena makan buah khuldi, auratnya jadi nampak, dan diusir dari surga. Seperti juga Izazil yang pernah punya posisi mulia seperti malaikat, karena tak mau sujud kepada Adam, ia diusir dari surga.
Yang membuat Adam dan Izazil mendapat teguran Allah bukanlah sesuatu dosa besar seperti kemusyrikan atau zina, dan semacamnya.
Adam dan Izazil punya dosa masa lalu. Tapi, yang membedakan keduanya adalah taubat.
Izazil, setelah melanggar perintah Allah untuk sujud kepada Adam, bukannya bertaubat mohon ampun, ia malah menantang Allah. Jadilah Allah mengutuknya menjadi Iblis la'natullah yang hina.
Adapun Adam, setelah ia khilaf makan buah khuldi, ia segera bertaubat, sehingga Allah mengembalikannya kepada derajat kemuliaan.

Ahlan Wa Sahlan, Salam dari Penulis

Posted by Unknown on 11.09 with 1 comment
Assalaamu'alaikum, wr.wb.

Selamat datang di www.caesar-asadullah.blogspot.com  . . . !!!

Blog ini saya tulis sebagai media silaturahmi dan media dakwah kami dengan para pembaca sekalian.

Dengan do'a dan spirit Dakwah Islamiyah dan dengan bismillaahirrohmaanirrohiim, saya memohon ridho para pembaca kalian serta do'anya agar saya dapat istiqomah mengisi blog ini dengan pengetahuan, berita dan pengalaman yang berharga, selamat membaca dan salam hangat.


Hormat saya,

Caesar Asadullah