Selasa, 28 Mei 2013

# Resiko Berkedudukan Tinggi #

Posted by Unknown on 11.59 with No comments
Suatu hari ketika masih SMA, saya mengantar seorang teman jajan di warung.
Ketika teman saya tengah sibuk memilah-milah makanan dan jajanan yang akan dibelinya, saya iseng melihat-lihat krat-krat botol minuman yang bertumpuk-tumpuk di dalam warung. Sambil melihat-lihat merek yang ada di botol-botol kaca itu, saya yang barangkali sedang khilaf, memasuk-masukkan telunjuk saya ke salah satu botol itu (botol beling/kaca). Memasukkan telunjuk ke mulut botol kaca tersebut memang mudah. Tapi, saya baru tahu akibat dari keisengan saya itu. Ternyata mencabutnya kembali bukan main susahnya.
"Eh ayo pulang", kata teman saya.
Saya bilang,"Ntar dulu bentar, ini telunjuk saya susah dicabut".
Melihat kejadian yang menimpa saya, teman saya itu tertawa-tawa. Si ibu yang punya warung ketiwi-ketiwi kecil sambil berujar, "Lagian iseng sih...".
Saya cuma bisa menahan malu sambil terus berusaha melicinkan telunjuk saya yang terjebak, dan mengusap keringat yang bercucuran di dahi karena panik.
Beruntung saya hanya seorang remaja tak terkenal.
Saya tidak bisa bayangkan, bagaimana jika saya waktu itu adalah seorang terkenal, entah itu pejabat negara, bangsawan, atau bahkan seorang kaisar. Bisa jadi berita di headline-headline koran dan diberitakan di layar kaca selama seminggu berturut-turut. Jadi obrolan warung kopi dan acara gosip. Saudara dan teman-teman dekat saya jadi sering ditanya-tanya orang perihal peristiwa yang saya alami. Dan yang akan jadi sangat terkenal adalah teman yang saya temani ke warung dan si ibu yang punya warung.
Adapun saya, jadi malu ke luar rumah. Lebih-lebih kalau telunjuk saya tak bisa dicabut sampai seminggu. Bisa-bisa kalau ketemu orang, saya gak mau salaman. Malu, di telunjuk ada botol. Kalau mimpin rapat pun mungkin minta diwakilkan, dengan alasan: Kaisar sedang mendapat teguran dari Allah, perlu banyak-banyak mengingat Allah dan harus banyak di rumah, sehingga belum bisa datang di tengah-tengah hadirin. (Yaah, untuk jaga wibawa..)

Ya begitulah barangkali resikonya kalau berkedudukan tinggi. Makan cendol di pinggir jalan sambil jongkok pun bisa jadi sorotan.
Dan terkadang (bukan selalu), kesalahan kecil yang tak sengaja dilakukan seorang mulia berkedudukan tinggi, cenderung nampak seperti dosa besar di mata orang-orang biasa. Seperti hal-ihwal Nabi Adam dan Siti Hawa, 'alaihimassalaam. Hanya karena makan buah khuldi, auratnya jadi nampak, dan diusir dari surga. Seperti juga Izazil yang pernah punya posisi mulia seperti malaikat, karena tak mau sujud kepada Adam, ia diusir dari surga.
Yang membuat Adam dan Izazil mendapat teguran Allah bukanlah sesuatu dosa besar seperti kemusyrikan atau zina, dan semacamnya.
Adam dan Izazil punya dosa masa lalu. Tapi, yang membedakan keduanya adalah taubat.
Izazil, setelah melanggar perintah Allah untuk sujud kepada Adam, bukannya bertaubat mohon ampun, ia malah menantang Allah. Jadilah Allah mengutuknya menjadi Iblis la'natullah yang hina.
Adapun Adam, setelah ia khilaf makan buah khuldi, ia segera bertaubat, sehingga Allah mengembalikannya kepada derajat kemuliaan.

0 komentar:

Facebook Blogger Plugin: Bloggerized by Shafee Live

Posting Komentar