Tampilkan postingan dengan label Islamic science. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Islamic science. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Juni 2013

Anak Manusia atau Anak Jin?

Posted by Unknown on 18.12 with No comments
Sekitar setengah jam sebelum subuh..
Lagi asik-asiknya mandi byarr byurr...tiba-tiba...Pet!! Listrik mati.
Eaah..sontak saja gelap gulita melanda. Rasanya seperti orang buta. Mungkin begini rasanya kalau tunanetra sedang mandi. Tak ada cahaya sedikitpun. Tapi, alhamdulillah masih bisa membedakan mana tubuh bagian depan dan mana bagian belakang.

Setelah mandi, berangkat ke masjid. Suasana perumahan gelap gulita. Karena kebanyakan ngobrolin hal-hal mistis dengan teman kosan, jadinya bayangan penampakan makhluk halus suka kadang-kadang menghantui. Bagaimana jika tiba-tiba di depan muncul sesosok anak kecil hitam tak jelas wajahnya berlari menghampiri. Tapi alhamdulillah tiba-tiba rasa tenang datang ketika teringat kelakar seorang teman, namanya Sandi, tentang cara membuktikan apakah uang Rp100.000 yang ada di dompet kita itu asli atau palsu? Ia bilang, "Kalau pengen tau duit Rp100.000 punya ente itu asli or palsu, cukup taruh ditengah jalan. Ntar kalo ada yang ngambil, berarti itu duit asli".
Akhirnya apa? Yang terpikir di tengah menelusuri jalanan gelap itu adalah: jika ada sesosok anak kecil tak jelas wujudnya berlari mendekat, maka akan langsung saya selengkat (sliding tackle) supaya dia jatuh. Kalau menangis berati anak orang, tapi, kalo jatuh langsung menghilang berati mungkin anak jin. Habis perkara. Simpel saja rupanya..

Lalu bagimana jika munculnya dalam bentuk wanita cantik? Ahahay..
Konon, dulu di kampung tempat kelahiran saya, pada zaman listrik belum ada dan kampung tersebut masih belum seramai sekarang, hiduplah seorang pemuda. Waktu itu TV hanya ada di kecamatan. Kisahnya, malam itu sang pemuda pulang menonton wayang di tempat nun jauh dari rumah, sampai tengah malam. Ketika pulang, ia mengayuh sepedanya melintasi jalan yang biasa dilewatinya, jalanan kampung nan ditudungi pepohonan, sepi, dan gelap pula pastinya. Yah, namanya di kampung zaman dulu. Di tengah perjalanan, ada seorang gadis melambai-lambaikan tangannya, memanggil-manggil. Gadis itu caaantiiiiikkk..sekaliii... Wangi pula, harum semerbak. Gadis itu minta diantar pulang, dengan dibonceng sepeda oleh si pemuda. Bagai ketiban rejeki, si pemuda akhirnya membonceng gadis nan cantik jelita dan harum itu.
Sepanjang jalan, sepenglihatan sang pemuda, jalan ke arah rumah si gadis cantik ini adalah jalan kampung. Namun, semakin lama, si pemuda baru sadar, ketika tiba-tiba, Cling!!, ia ada di tengah jalan kuburan. Gadis ini membawanya ke jalan di tengah-tengah kuburan. Lalu, aroma gadis di belakangnya mendadak menjadi bau busuk. Hmm..si pemuda akhirnya sadar kalau ia sedang dikerjai gadis jelmaan. Tapi ia tetap tenang, dan langsung mengarahkan sepedanya ke jalan menuju rumahnya sendiri. Karena harus melewati sungai, si pemuda akhirnya menceburkan diri dengan memanggul sepeda jengkinya itu, menyeberangi sungai. Si gadis jelmaan itu? Gadis itu masih ikut bersamanya. Singkat cerita, sang pemuda telah sampai di halaman rumahnya sendiri. Si gadis masih bersamanya. Ketika dipersilahkan untuk ikut masuk ke rumah. Si gadis tidak mau dan langsung pergi. Di kampung kami, gadis-gadis jelmaan semacam itu disebut "peri". Mungkin ia adalah gadis jin, yang terpikat oleh pemuda dari kalangan manusia. Cuma iseng, pengen dibonceng. Dan sekarang pemuda itu sudah menjadi kakek saya. (Kisah ini menurut cerita beliau sendiri, dan dibenarkan oleh ibu dan bibi saya yang merupakan anak beliau).

Supaya tidak diganggu jin, yang dianjurkan, di antaranya adalah membaca ayat Kursy, atau juga, membaca ta'awudz sambil meludah ke kiri sebanyak tiga kali. Tetapi, meminta perlindungannya harus hanya kepada Allah, bukan kepada lafadz-lafadz tersebut. Kalau ada di antara Anda ada yang pernah diganggu, coba cek lagi sholat Anda. Ingat-ingat lagi, barangkali pernah ada sholat wajib yang ditinggalkan. Wallaahu a'lam. Sholat adalah tiang agama, jadi jangan dianggap enteng meninggalkannya.

Pintu

Posted by Unknown on 18.07 with No comments
Bang, kiri Bang...! (turun angkot)

Ya, umumnya begitu kan kata-kata yang kita ucapkan kepada sopir angkot jika ingin turun. Kenapa coba harus pakai kata "kiri"?
Pernah sih, ada yang bilang, kata "kiri" itu digunakan karena pintu angkot ada di sebelah kiri, bukan kanan. Hmm..ya..yaa.. I see..I see..
Berarti, kalau naik becak, kata-kata yang kita ucapkan jika telah sampai lokasi tujuan dan hendak turun adalah, "Bang, depan Bang...!", karena pintu becak adalah mulut becak itu sendiri yang ada di bagian muka becak.
Dan berarti juga, kalau naik bemo, kata-katanya lain lagi, yaitu, "Bang, belakang Bang...!, karena pintu keluar masuk penumpangnya ada di belakang (meskipun di sebelah supir juga muat penumpang).
Lalu, kalau berdasarkan pintu juga, maka kalau kita naik taxi, bila ingin turun, kita bisa bilang, "Bang, kanan-kiri Bang...!", karena pintunya ada di kanan dan kiri.
Adapun kalau naik ojek...nah, ini yang paling keren, kita bisa bilang, "Bang, kanan-kiri-depan-belakang-atas-bawah Bang...!" Ojek (ojek sepeda motor) nggak ada pintunya... (Dan ternyata, bahasa Inggrisnya "ojek" adalah "motorcycle taxi", menurut buku panduan untuk mahasiswa asing di kampus kami).

Bicara soal pintu depan, pintu belakang, dan pintu arah lainnya, Al-Qur'an surat Al-Baqarah (2) ayat 189 rupanya juga membahas soal pintu. Pintu apakah? Pintu masuk rumah. Ayat tersebut menegur orang-orang yang masuk ke rumah lewat pintu belakang, dan menganjurkan orang-orang bertakwa agar memasuki rumah (apalagi rumah orang lain) melalui pintu depan. Untuk lebih jelasnya, bisa dibaca tafsirnya

Muka Ketonjok = Kifarat Dosa

Posted by Unknown on 18.05 with No comments
Anda pernah ngerasain bagaimana rasanya kalau muka terkena tinju?
Kalau yang hobi berkelahi mungkin sudah hafal bagaimana rasa ngilunya.
Ceritanya begini, waktu itu saya dan "sparing partner" saya, namanya Jefry (mudah-mudahan kelak menjadi Ustadz Jefry jilid II, jilid III, atau jilid IV), sedang mewakili perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Daerah Garut dalam sebuah kejuaraan di Bekasi, untuk cabang "demonstrasi ganda", yaitu duel dengan skenario (teman-teman lainnya di cabang tarung). Mmm..seperti apa ya kalau dijelaskan? Ya..pokoknya kurang lebih seperti adegan berkelahi di film-film laga. Seperti Iko Uwais melawan Aan Ruhiyat pemeran Mat Dog dalam film The Raid. Perkelahiannya sudah diskenario. Semuanya sudah diatur, kapan kita memukul atau dipukul, kapan menangkis, dll. Yang paling sedih adalah jika kita mendapat giliran dibanting. Jika partner melakukan gerakan membanting, maka kita yang harus membantingkan diri dan melemparkan tubuh kita sendiri. Terlebih waktu latihan, seringkali kami melakukannya di atas ubin keramik. Iiihhh..itu kalau beres latihan rasanya badan pada encok. Tapi partner saya badannya sangat kuat untuk urusan dibanting di lantai keramik. Makanya kalau di film ada adegan jagoan menendang muka penjahat lalu penjahatnya terpental berputar-putar dan terjatuh di meja dagangan tukang kue sampe mejanya hancur, itu sebenarnya si penjahat yang melemparkan dirinya sendiri. Makanya kelihatan hebat sekali kan si jagoan, menendang sedikit bisa bikin penjahat mental. Padahal kalau berkelahi sungguhan, hampir-hampir tidak ada orang ditendang sampai mental seperti itu.

Nah, waktu itu itu kami berdua sudah di arena, dipandangi ratusan pasang mata, para atlet, pelatih, dan dewan juri. Dari awal alhamdulillah adegan perkelahian kami lancar. Sampai tiba giliran saya melemparkan diri lalu menjatuhkan badan di lantai. Brugg!! Lumayan, linu. Tapi yang lebih nyeri adalah ketika saya bangkit, dan tanpa sadar partner saya ini sudah melesatkan tinjunya ke muka saya. Ndilalah, antisipasi saya telat. Hasilnya, mendaratlah tinju dari tangan kekar itu di muka saya. Bukkk!! Anda tahu rasanya? Mungkin kurang lebih seperti muka kita terkena lemparan sepatu. Seingat saya, yang lebih ngilu dari "ketonjok" adalah waktu saya jalan meleng di depan kelas (waktu di ma'had), dan tidak melihat jendela di depan saya sedang terbuka. Tiba-tiba...Brakkk!! muka saya menabraknya. Sampai sore harinya, di muka saya ada garis tebal memar berpola teralis jendela.
Tapi, tak mengapalah. Biar jadi kifarat (kaffaarat) dosa-dosa saya, karena Allah tahu siapa saya sebenanya. Sebab, pada sesi latihan juga, partner saya pernah tidak sengaja terkena sabetan golok pegangan saya. Lumayan..impas.. Kalo kata anak ekonomi, 'break even point'.

Eh iya, ngomong-ngomong, Anda tahu "kifarat/kaffaarat" nggak?
Kifarat/kaffaarat itu kurang lebih artinya "penghapusan dosa". Jadi, dalam Islam, sebetulnya juga ada istilah penghapusan dosa. Tetapi bukan dengan cara membayarkan sejumlah uang kepada ulama. Melainkan, bisa dengan menerima cobaan, penyakit, hukuman, dll. Atau kalau inisiatifnya datang dari kita sendiri, maka setiap ada kesalahan yang kita perbuat, harus dihapuskan dengan memperbanyak perbuatan baik yang setimpal. Makanya, dulu waktu Wahsy, pembunuh Sayyidina Hamzah paman Nabi, menyatakan diri masuk Islam dan bertobat, Nabi shallallaahu'alaihiwasallam mengatakan kepadanya bahwa kelak ia (Wahsy) akan melakukan kebaikan besar yang menghapus kesalahan besarnya membunuh Sayyidina Hamzah. Dan benar, beberapa waktu kemudian, dalam sebuah peperangan dengan musuh, Wahsy berhasil menumbangkan salah satu pembesar pasukan musuh.
So, perbanyaklah berbuat baik. Minimalnya untuk menghapus dosa-dosa kecil yang sering kita cicil setiap hari.

Minggu, 02 Juni 2013

# Hujan Bidadari #

Posted by Unknown on 17.18 with No comments
Andaikan manusia hanya berjenis laki-laki... dan semua perempuan adalah bidadari syurga, yang tercipta bukan dari proses perkembangbiakan, melainkan diturunkan langsung oleh Allah dari langit, setiap satu bulan sekali... mungkin pada hari jadwal "hujan bidadari", jalan-jalan protokol setiap kota dan kabupaten, alun-alun, dan stadion olah raga, akan dipenuhi manusia (yang semuanya laki-laki) beberapa jam sebelum "hujan bidadari" itu turun. Dan begitu langit mulai gelap oleh karena cahaya matahari terhalangi jutaan bidadari yang berjatuhan dari langit, orang-orang berlarian, saling berlomba-lomba seperti sedang mengejar layangan putus. Ada yang bela-belain manjat gedung tinggi, karena sebagian bidadari jatuh di sana. Ada yang memanjat pohon-pohon, sebab beberapa bidadari nyangkut di pohon. Orang-orang yang baru beres renang, nyebur lagi ke kolam renang, karena ada bidadari yang nyemplung di kolam itu. Sopir-sopir truk dan kontainer mengerahkan kendaraan mereka untuk menadahi bidadari-bidadari yang berjatuhan itu, supaya bisa mendapatkan puluhan bidadari sekali tangkap. Para nelayan yang sedang ngopi-ngopi dan bakar-bakar ikan segera meninggalkan aktifitasnya ketika melihat ribuan bidadari ada yang kecebur di laut, dan mereka segera menyalakan kapal motor mereka sambil membawa jaring pukat harimau, agar bisa meraup bidadari-bidadari yang mengambang di laut itu. Pemulung-pemulung yang sedang memunguti sampah, langsung menumpahkan kembali barang-barang rongsokan di karung dan gerobaknya, untuk menangkap dan mengangkut bidadari-bidadari yang berjatuhan. Orang-orang saling berebut,
"Gua mau bidadari yang itu, yang pake selendang ijo.."
"Enang aja lo, orang itu udah gua bidik dari tadi.."

Sopir-sopir truk dan para nelayan, pulang ke rumah sembari bersiul-siul merayakan kemenangan. Orang-orang pada bertanya,
"Dapet berapa, Bang?"
"Lumayan,,,truk gua penuh nih, hehe..", jawabnya.

Selera terhadap perempuan itu ada dalam diri setiap laki-laki yang normal secara fitrah penciptaan. Sebab, memang Allah telah menginstallnya dalam diri setiap laki-laki melalui -kalau kata anak IT- bahasa pemrograman dalam storage Al-Qur'an surat Ali Imran (3) ayat 14. Karenanya, wanita dalam segala bentuk, warna, dan ukuran, In Sya Allah telah Allah jadikan ada laki-laki yang mau menikahinya. Sehingga, seorang muslimah tidak perlu (tepatnya: jangan) mengorbankan nilai-nilai aqidah dan syariat hanya demi mendapatkan cinta seorang laki-laki.

Rabu, 29 Mei 2013

# Pengajian TPA #

Posted by Unknown on 09.09 with No comments
Belasan tahun silam ketika saya masih SD, mungkin kelas 3 atau 4 SD, seorang teman pengajian (TPA) yang perempuan ada yang menyebut saya "bencong". Barangkali karena saya jarang melibatkan diri dengan teman-teman laki-laki yang bermain kejar-kejaran di dalam masjid, dan malah hanya diam menonton lalu memancing keisengan temen-temen cewek untuk merampas peci saya yang membuat saya mengejar-ngejar gadis-gadis itu. Saya mengejar, tiada lain, demi berjuang mendapatkan kembali hak saya, yaitu peci lusuh pemberian bapak saya. Cewek-cewek ini lalu saling mengoper peci saya itu dari satu anak ke anak yang lain, bikin saya muter-muter berlarian kesana kemari. Saya yakin gadis-gadis ini bukan sedang berjuang mendapatkan perhatian saya, melainkan ada sesuatu dengan peci lusuh itu. Entah ada pelet apa pada peci saya itu? Padahal bau keringet. Mungkin, kalau saya tidak mengejar dan berusaha meraihnya lagi, akan ada yang membawanya pulang (PeDe sekali saya.. Lebay..). Tapi biasanya sih hanya disembunyikan di tempat wudhu.
Yah, dan rupanya itu salah satu kesan yang barangkali terus mengingatkan kami satu sama lain hingga kini, dan terus ingat kepada Bu Ustadzah.
Apa-apa yang terjadi pada kami, apa-apa yang kami dengar dan lihat pada masa itu, masih teringat di dalam memori kami hingga hari ini. Termasuk perkataan Bu Ustadzah sewaktu beliau menasehati kami pada suatu malam, karena banyak di antara kami yang sholat sambil bercanda satu sama lain, bersenggol-senggolan, tubruk-tubrukan, dan lain-lain.
Salah satu petikan dari perkataan beliau: "Suatu saat nanti, ketika kalian sudah besar nanti, Fulan sudah kemana, Fulanah sudah kemana, kalian akan teringat dengan saat-saat ini..Teringat satu sama lain.. Mengaji bersama-sama.."
Dan itu benar. Bahkan kami masih ingat sewaktu beliau menyuruh kami mengikuti beliau melafalkan hadits:

"Aqrobu maa yakuunul 'abdu..", kata beliau.
"AQROBU MAA YAKUUNUL 'ABDU...", kami mengikuti.

"...wa huwa saajidun..", ucap beliau lagi.
"..WA HUWA SAAJIDUN...", kami ikuti.

"..fa aktsirud du'aa'..", ucap beliau.
"..FA AKTSIRUD DU'AA'..", kami pungkas.

Artinya: "Kondisi seorang hamba paling dekat dengan Allah adalah ketika ia bersujud.. Maka perbanyaklah berdoa (ketika sujud itu).." Dalam hal ini maksudnya memperbanyak doa dalam hati, sebab pelafalan bacaan doa dalam sholat kan tidak boleh ditambah-tambahi.

Apa yang tertanam (didengar/dilihat) ketika kita kecil, biasanya akan teringat terus sampai tua, bahkan mungkin sampai wafat. Karenanya, penting sekali untuk berkata dan mencontohkan yang baik-baik kepada anak-anak kecil. Sebab, di masa depannya mereka akan turut andil dalam mewarnai tingkah laku manusia di zamannya.

# Penawar #

Posted by Unknown on 08.59 with No comments
Siang itu saya sedang agak santai setelah bertemu dengan dosen. Setelah keluar dari gedung fakultas, saya iseng ngadem di bawah pohon, menunggu kumandang adzan Dzuhur sambil membaca buku-buku feminis. Mulanya agak santai. Namun, begitu halaman yang dibaca semakin banyak, semakin luas bahasannya. Ada pemaparan para feminis yang saya setujui, misalnya, tentang perlindungan wanita korban perkosaan dan KDRT, pengentasan wanita dari kemiskinan, tentang kesempatan perempuan untuk mendapatkan pendidikan tinggi. Tetapi, ketika tiba pada beberapa titik yang bagi saya nampak seperti upaya untuk men-dekonstruksi atau bahkan men-destruksi ajaran Islam, saya sangat keberatan. Seingat saya, hadits saja tidak bisa menandingi Al-Qur'an, oleh sebab, hadits yang shahih sekalipun derajatnya hanya "dzonniy", yakni "dipersangkakan" shahih, karena ada kemungkinan memiliki banyak versi sebagai akibat dari banyaknya perawi yang menuturkan dengan bahasa mereka masing-masing sesuai tingkat pemahaman tiap-tiap perawi yang berbeda-beda. Sehingga, hadits, meskipun disandarkan sebagai perkataan Nabi, tidak dapat menandingi Al-Qur'an yang merupakan Kalam Allah yang "qoth'iy" (paten). Nah, ini tiba-tiba pemikiran manusia mau menrobos beberapa batasan Al-Qur'an. Kalo yang dikritik adalah penafsiran para ahli tafsir atau pemikiran para ahli fiqih, mungkin masih bisa ditolelir. Tapi, kalau sudah menabrak nash Al-Qur'an, rasa-rasanya kok seperti mengadili Al-Qur'an. AL-Qur'an adalah petunjuk dan pedoman bagi akal, sehingga fungsinya adalah untuk meluruskan jalan pemikiran akal, bukan sebagai objek yang diadili oleh Al-Qur'an.
Beberapa feminis, mengusung "kesetaraan gender". Kesetaraan sebenarnya sudah ada. Tapi, jika yang dituntut adalah kesamaan (equality), saya pikir hasilnya tidak akan mashlahat. Bisa-bisa menuntut kesamaan "hak", tetapi menghindari kesamaan kewajiban. Di dalam Islam, setahu saya, keadilan lebih kepada "proporsionality", bukan selalu "equality". Jika kita memperturutkan akal dan nafsu, dengan selalu menuntut "kesamaan", saya bisa saja memperturutkan nafsu dan akal saya untuk mengarusutamakan "Maskulinisme", yang menuntut agar para suami tidak perlu memberikan nafkah kepada istrinya jika sang istri sudah bekerja atau lebih kaya dari suami; menuntut agar istri yang kaya menafkahi suami yang miskin; menuntut agar derajat seorang ayah sama tingginya dengan ibu, dll, dan selalu mempertanyakan "Untuk apa sebenarnya laki-laki diciptakan?". Atau bisa saja saya mendirikan "Youth-isme" yang menuntut agar ada "horizontalization" antara kalangan muda dan kalangan tua, di mana jika orang tua menghardik/membentak anaknya maka sang anak berhak balas membentak. Atau, bisa saja kami dirikan "Short-isme" yang menuntut kesetaraan peluang kerja bagi orang-orang bertubuh pendek, karena selama ini syarat untuk menjadi pilot, TNI, pramugari/pramugara, dll., mempersyaratkan tinggi badan tertentu. Bisa juga kami himpun orang-orang untuk mendirikan "Ugly-isme" yang menuntut agar orang-orang buruk rupa bisa memiliki "keberuntungan" yang sama, karena selama ini peran-peran utama protagonis dalam film selalu orang tampan dan cantik, dan selama ini orang-orang yang tidak ganteng dan tidak cantik sering tidak diterima perusahaan karena ada satu syarat yang tidak bisa dipenuhi, yaitu "berpenampilan menarik".
Atau, bisa juga kami ciptakan paham "child-isme" yang menuntut agar uang jajan anak TK sama dengan uang "living costs" anak kuliah, karena "ketidaksamaan" dianggap ketidakadilan dan penindasan yang mengatasnamakan dogma, konstruksi sosial, dan penafsiran ajaran agama. Jika memperturutkan kerja akal yang demikian, akan banyak sekali aliran yang kita ciptakan.
Dalam Islam, semuanya proporsional, sehingga tiap peran memiliki ketentuan-ketentuan berbeda. Menjadi anak, ketentuannya berbeda dengan menjadi orang tua. Menjadi suami, ketentuannya berbeda dengan menjadi istri. Dan lain sebagainya. Allah telah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, pada porsinya. Namun, hal-hal yang ALlah ketahui tidaklah semuanya kita ketahui, yang menuntut kita berpegang kepada AL-Qur'an, dan juga hadits sebagai penjelas, jika pada saat-saat tertentu pemikiran kita yang kapasitasnya tebatas tidak mampu menjawabnya.

Otak saya memanas, dan semakin memanas. Namun tiba-tiba lamunan saya dibuyarkan oleh tawa beberapa mahasiswa yang sedang berkumpul tidak jauh dari saya. Rupanya mereka lagi pada bermain ABC (ABC Lima Dasar), menentukan nama-nama hewan. Ketika tiba pada huruf M, beberapa mahasiswa menyebutkan berbagai macam nama hewan.
Ada yang berseru, "Marmut".
Lalu ada yang lain berteriak, "Mamoot", dan banyak lagi nama hewan yang berawalan huruf M.
Tapi, yang unik adalah seorang di antara mereka ada yang nampak bingung, dan tiba-tiba nyeletuk, "Marsupilami..! Yaa..Marsupilami..haha!!"
Ini lucu sekali, dan membuat saya tertawa. Otak saya yang berasa ngebul langsung fresh kembali.
Anehnya, teman-temannya yang lain membenarkan bahwa Marsupilami adalah nama hewan, padahal kan Marsupilami hanya tokoh fiksi ciptaan André Franquin (menurut akun FB-nya Marsupilami). Hahaha..bisa aja adik-adik mahasiswa ini.. Tapi saya merasa terhibur. Rupanya, ketika Allah menyuguhkan kita sesuatu yang membuat kita berpikir keras, Dia juga menyediakan sesuatu yang menghibur di dekatnya tidak jauh darinya. Seperti halnya ketika ia menciptakan penyakit, maka bersamaan dengannya Dia ciptakan obatnya. Tidak aneh jika orang banyak yang bilang bahwa penyakit yang diakibatkan karena kebanyakan makan durian bisa ditawarkan dengan meminum sari-sari dari kulit durian, dan, bisa ular bisa ditawarkan dari serum dalam tubuh ular tersebut. Contoh lainnya, Allah menciptakan lalat dengan dua sayap, yang mana satu sayapnya mengandung racun/penyakit, dan sayap yang lain mengandung penawarnya, sehingga, jika ada lalat nyemplung di minuman Anda, Rasulullah (shallallaahu'alaihiwasallam) menyuruh kita meneggelamkan si lalat sebelum membuangnya, agar kedua sayapnya tenggelam dalam minuman kita, sebab racun pada sayap yang satu akan dinetralkan oleh sayap yang satunya lagi.

Innamal 'ilmu 'indallaah..wa innamaa ana nadziirun mubiin..
Subhaanaka laa 'ilma lanaa illaa maa 'allamtanaa innaKa Anta Al-'Aliimu Al-Hakiim.

Selasa, 28 Mei 2013

# 3 Dimensi #

Posted by Unknown on 19.24 with No comments
Di manapun Anda berada, dunia yang Allah hamparkan di mata Anda hanyalah sejauh mata memandang. Sejauh apapun jarak yang pernah Anda tempuh, meski Anda pernah keliling dunia jutaan kali, yang dihamparkan di depan mata Anda, hanyalah sejauh yang dapat Anda lihat, dalam radius beberapa ratus meter saja, selebihnya "ghaib", tidak terjangkau penglihatan Anda. Jika Anda berusaha melangkah maju untuk memperjelas penglihatan Anda terhadap sesuatu di depan Anda, maka hal-hal di belakang Anda pun menghilang beberapa meter, jadi tak nampak. Jika Anda berjalan melangkah ke sebelah kanan untuk memperjelas penglihatan Anda terhadap sesuatu nun jauh di kanan Anda, maka hal-hal di nun di sebelah kiri Anda pun menghilang beberapa meter, jadi tak kentara. Bila Anda berlari ke arah Timur, maka apa-apa yang ada di sebelah Barat Anda menjadi "ghaib" beberapa meter.

Terlebih, dunia ini betul-betul ilusi. Apa-apa yang bisa Anda lihat, tak semuanya dapat Anda raih dengan tangan Anda. Tak semuanya dapat Anda jangkau, padahal terlihat. Dunia fana. Tak semua rencana menjadi nyata. Tak semua harap terejawantah. Tak semua mimpi terwujud.

Tapi jangan khawatir, sebab Allah menjadikan kita hidup pada tiga dimensi, yakni kasat, ghaib, dan antara. Artinya, kita dapat memperbuat segala amalan dalam 3 dimensi tersebut. Dimensi kasat adalah apa yang kita perbuat di alam kasat ini. Anda makan, minum, bekerja, dan lain-lain, itu terjadi pada wilayah kasat. Dimensi antara adalah apa yang Anda pebuat melalui lisan Anda. Perkataan Anda adalah sesuatu yang terdengar tapi tak nampak. Karenanya, ia ada di wilayah antara. Sedangkan dimensi ghaib, adalah apa yang Anda perbuat melalui hati Anda, yang mencakup pikiran dan perasaan. Tidak aneh, unsur iman mencakup tiga dimensi: membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Namun, perhatikan juga hadits Nabi yang menyuruh kita untuk menindak kemungkaran lewat "yad" (perbuatan alam kasat); lalu jika tidak mampu maka dengan "lisan" (perbuatan alam antara); dan jika tidak mampu juga maka melalui perbuatan dimensi ghaib kita yakni "qalb" (amalan hati yang mencakup pikiran dan perasaan).
Dan semua dimensi itu mendapatkan penilaian dari Allah.

Oleh karena itu, jika kita belum berhasil di alam kasat, entah itu berupa halang rintangan yang menghalangi kita mencapai tujuan dan cita-cita mulia kita, maka perbuatlah di alam dimensi ghaib, yakni di dalam hati kita. Sebab Allah tetap memperhitungkan apa yang kita lakukan di dimensi ghaib kita dalam hati, sebagai amal perbuatan. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 284, bahwa perbuatan yang kita tampakkan (di alam kasat) juga perbuatan yang kita sembunyikan di dimensi ghaib (di dalam hati) akan sama-sama diperhitungkan oleh Allah. Ingat kembali segala peristiwa yang Anda alami. Apa-apa yang Anda perbuat, sebelum terjadi di alam kasat, sebenarnya sudah terlintas di benak Anda sebelum Anda melakukannya. Apa-apa yang Anda katakan dengan lisan, beberapa detik sebelumnya telah Anda katakan dalam hati. Ketika Anda naik sepeda dan akan kecebur ke selokan pun, beberapa detik sebelum nyusrug ke selokan itu Anda sudah melihat diri Anda kecemplung ke selokan. Jika Anda pernah menabrak sesuatu ketika mengendarai sepeda motor, maka beberapa detik sebelumnya Anda telah melihat diri Anda menabraknya. Ingat-ingat kembali. Ini merupakan petunjuk bahwa kita tidak hanya menjalani alam kasat saja. So, kalau di alam kasat Anda belum berhasil berbuat mulia, lakukanlah dalam benak Anda. Jika Allah berkenan, in Sya ALlah apa yang Anda perbuat dalam dimensi ghaib Anda akan muncul ke alam kasat. Tapi semua atas izin ALlah.

Wallaahu a'lam..wa a'uudzu billaahi an akuuna minal khaathi-iin..