Tampilkan postingan dengan label islam is the way. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label islam is the way. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Juni 2013

Obat "Strong" dan Kekuatan Pria

Posted by Unknown on 18.00 with No comments
Sering kalau sedang naik angkot atau berjalan kaki menyusuri jalanan, saya melihat ada toko/kios berukuran kira-kira 4x4 atau lebih, yang menawarkan suatu produk obat. Di depannya tidak ada plang seperti layaknya puskesmas ataupun klinik yang bertuliskan "Dokter 24 Jam" ataupun nama klinik. Yang menjadi identitasnya hanyalah sebuah banner atau papan reklame bergambar wanita seksi atau pria berotot sedang berpose, yang di sebelahnya ada dua buah kata yang menunjukkan nama sebuah obat. Dua kata itu: kata depannya adalah "Obat", dan kata belakangnya adalah "Kuat". Di beberapa kios yang lain, mungkin untuk tujuan diferensiasi produk, kata belakangnya ada yang menggunakan kata "Perkasa", atau "Macho". Beuh..saya baru membaca papan reklamenya saja sudah serasa macho.
Dulu, waktu saya masih polos, saya pikir, obat apaan nih? Namanya sangat biasa, namun mengundang penasaran. Barangkali dengan meminum itu seorang pria akan memiliki tubuh yang kuat sehingga mampu mengerjakan sholat sunnat 1000 rakaat. Dan nampaknya, kios tersebut juga menjual mainan, karena di papan relamenya ada kata "Toys". Ah, bukan main.. Kalau orang polos mungkin menduga bahwa di situ juga jual mainan anak-anak agar kalau ada orang dewasa hendak membeli obat di situ dan kebetulan membawa anak, maka sang anak bisa dibelikan mainan agar tidak rewel.
Namun, setelah semakin dewasa, kini saya mengerti, bahwa kekuatan yang ditawarkan oleh obat tersebut bukanlah kekuatan seluruh tubuh agar seorang Samurai kuat menenteng empat pedang di pinggangnya atau agar seorang tentara kuat menjinjing senapan serbu, melainkan kekuatan untuk mengisi "organ tertentu" saja. Weleh-weleh...

Sekarang saya mengerti bagaimana "kekuatan pria" diukur. Namun, kalau kita menilik hadits. Rasulullah shallallaahu'alaihi wasallam menjelaskan bahwa pria yang kuat adalah yang mampu menahan diri dari nafsu amarah. "Amarah" berasal dari kata 'amar' yang artinya 'perintah'. Sehingga, pria yang kuat adalah pria yang pandai menahan nafsu yang memerintahkan kepada keburukan, dan mampu mengendalikan diri. Kalau dihubungkan dengan khasiat "obat" di atas, maka semakin pandai seorang pria mengendalikan diri untuk tidak segera melampiaskan nafsunya, semakin "kuat" lah ia. Tidak aneh, jika seorang ulama menganjurkan para pria untuk pandai "bersabar". Sebab, nafsu dan tempramen pria, pada umumnya, mudah terpicu. Entah itu nafsu amarah, ego, maupun nafsu lainnya. Sehingga, kesabaran dan pengendalian diri sangatlah perlu untuk terus kita latih.

Pemburu Jilbaber

Posted by Unknown on 17.55 with No comments
Suatu malam, saya bersekongkol dengan beberapa orang teman, sekaligus melakukan lobi terhadap seorang teman yang saya anggap termasuk salah seorang yang paling alim di asrama mahasiswa.
"Ente maunya yang kayak gimana?" tanya si alim ini.
"Pokoknya yang udah jadi lah..", jawab saya.
"Yang udah jadi gimana, maksudnya?" tanyanya lagi.
"Ya pokonya yang solehah bener-bener. Jilbabnya syar'i. Yang meskipun dunia kiamat luluh lantak, dia akan tetep berjilbab demikian. Piye? Ada nggak?" tanya saya.
"Hmm..ada, ada", katanya.

Singat cerita, keesokan paginya saya dan dua orang teman telah bersiaga di sebuah fakultas bernama "Fakultas Dirasat Islamiyah". Adapun teman saya yang alim ini sudah ada di dalam gedung fakultas tersebut, memastikan "target" kami sudah dalam genggaman. Tidak lama kemudian, ada sms. Isinya: "Mas Boy, kelas udah kelar nih". Maksudnya, supaya saya dkk. segera bergerak menuju "sasaran". Kami segera saja merangsek masuk ke dalam gedung tersebut, layaknya regu kecil Delta Force melancarkan operasi intelijen. Teman saya si alim, bertindak sebagai pengintai. Dua orang rekan saya akan menjadi "eksekutor". Adapun saya,,,bertugas menjadi "jilbabers hunter", pemburu para jilbaber. Jobdesk saya adalah mengumpulkan data para jilbaber yang akan menjadi "target", menghubungi mereka, menentukan waktu, dan menyiapkan bingkisan...
Bila "target" telah terkunci, maka dua orang rekan saya yang akan melakukan "eksekusi" dengan melakukan wawancara terhadap para jilbaber terpilih tersebut, seputar sejarah mereka berjilbab hingga kokoh seperti sekrang ini, faktor-faktor pendukung dan penghambat, jilbab dan karir, dan banyak lagi.
Seorang jilbaber sempat agak terkejut waktu saya bilang, "Sebenarnya Mbak sudah kami intai sejak lama". Hehe..supaya memancarkan hawa intelijen
Dan salah satu yang kami highlight adalah statement seorang jilbaber yang sempat kami wawancarai, yang bunyinya kurang lebih, "Dulu ketika pertama kali berjilbab, orang tua dan teman-teman meragukan saya, jangan-jangan nanti dilepas lagi. Tapi saya berani bertaruh, bahwa saya akan teguh. Dan sekarang, saya buktikan, bahwa jilbab/hijab tidak menghalangi aktifitas saya. Saya sampai sekarang masih suka mendaki gunung, dan juga melakukan kegiatan-kegiatan semacamnya. Lalu, kalau memang belum ada wanita aktif, unggul, pemanjat tebing or semacamnya, yang berjilbab, maka saya akan mengadakannya, dengan membuat diri saya menjadi wanita seperti itu." Beeuuuhhhh... mantabz. Dan si Mbak jilbaber yang mengunkapkan statement tersebut memang betul-betul berjilbab syar'i, berjubah, layaknya pemeran wanita di film Ketika Cinta Bertasbih. Lho kok tau? Ya iyalah..lha wong meski wawancaranya hanya beberapa menit, tapi pengintaian kami berhari-hari, didukung dengan para informan terpercaya yang betul-betul mengenal dekat para jilbaber yang menjadi "target".

Selain menjadi "jilbabers hunter", saya juga merangkap sebagai pengumpul data interview terhadap para wanita yang tidak atau belum berjilbab. Alhamdulillah upaya ini didukung oleh beberapa teman yang lain.
Dan yang sungguh luar biasa adalah respon yang sangat positif dari para responden, yang notabene tidak berjilbab atau belum berjilbab secara permanen. Beberapa di antaranya mengutarakan bahwa salah satu faktor yang membuat mereka belum siap berjilbab, adalah adanya konsekuensi dari jilbab yang menuntut mereka harus sudah baik akhlaknya, sedangkan mereka belum siap, sehingga merasa belum pantas. Ada juga yang memaparkan bahwa kondisi lingkungan dan teman-temannya belum mendukung, sehingga ia takut ada "gap" dengan teman-teman. Tapi, secara umum, para responden tersebut, menyatakan bahwa mereka ada iktikad untuk berjilbab di waktu mendatang.
Hmm..insyaAllah..prosesnya akan berjalan lancar, jika rekan-rekan jilbaber lebih memperluas pergaulannya, menjangkau teman-teman yang belum berjilbab, dengan pergaulan yang betul-betul cair, agar bisa menciptakan motivasi berjilbab di kalangan teman-teman kita yang belum berjilbab atau belum permanen berjilbab.

Minggu, 02 Juni 2013

# Kriteria, “Tapi”, dan Peluru Cinta #

Posted by Unknown on 17.04 with 1 comment
Pada beberapa wanita, seringkali konsep tentang pria ideal yang pantas jadi pasangan (suami) mereka itu “terlalu banyak kriteria” yang harus dipenuhi. Tidak cukup ganteng, tapi harus juga baik hati, penyayang, baik agamanya, dan yang paling wajib adalah “mapan”. Bahkan ada yang lebih banyak lagi, dengan kriteria mendetail, seperti: si pria harus berhidung mancung, kulit putih, tinggi 180 cm, penghasilan per bulan minimal Rp30 juta, udah punya rumah, punya mobil, keturunan bangsawan atau orang terpandang, dan lain-lain. Namun, tidak semua wanita seperti ini. Ada juga wanita yang memprioritaskan kriteria tertentu saja yang wajib, sedangkan kriteria-kriteria lainnya tidak wajib ada, jika memang tidak ada “pria versi komplit”.

Sedangkan pria, justru sebaliknya. Seringkali, dalam memilih wanita, pria “kekurangan kriteria”. Pokoknya, asalkan si wanita punya wajah yang cantik dan bodi yang aduhai, maka oke sajalah. Dampaknya, ada kecenderungan “semua wanita masuk kriteria”. Namun, tidak semua pria demikian. Ada juga pria yang setia dengan satu wanita.

Dari beberapa pemaparan di atas, bukan hal aneh jika Rasulullah shallallaahu’alaihiwasallam menganjurkan pria untuk “memperbanyak kriteria” tentang wanita yang baik untuk dijadikan pasangan. Jangan hanya memandang paras yang memikat, tetapi juka harus ditilik dari segi-segi yang lain, keluarganya, gaya hidup, dan terutama: pengamalan agamanya. Supaya, tidak semua wanita masuk ke dalam hatinya.
Adapun wanita, dianjurkan mengurangi kriteria-kriteria pasangannya, dengan memprioritaskan beberapa saja, terutama: pengamalan agamanya. Supaya, tidak semua pria dianggap tidak pantas, dan agar jodoh menjadi ada. Sebab, setiap orang selalu ada “Tapi”-nya. Yaps. Ada cowok baik, ganteng, sopan, “tapi” nggak kaya. Ada cowok pinter, alim, “tapi” nggak ganteng. Dan semacamnya. Ada orang gede berotot, perkasa, berwibawa, “tapi” takut sama kecoa. Ahahay…

Setiap cowok, punya “peluru cinta”, yang akan ia tembakkan kepada wanita pujaan hatinya. Ada yang memiliki banyak peluru cinta, sehingga gemar “menembakkannya” setiap kali ada wanita yang pas untuk jadi sasaran tembak. Ada yang hanya punya beberapa peluru, sehingga peluru yang terakhir hendaknya dipertahankan hingga waktunya tepat, jangan dibuang percuma menjadi kehampaan. Ada juga, yang hanya punya satu “peluru cinta”. Ialah “Sniper Cinta”. Ia hemat-hemat peluru itu agar tak melesat sebelum datang wanita yang mau “ditembak” dengan “peluru satu-satunya” dalam ikatan pernikahan.

Sedangkan wanita, kekebalan terhadap peluru dan kemampuan menghindarinya bisa menjadi perbincangan menarik. Ada wanita yang selalu saja “menjadi klepek-klepek” setiap kali terkena peluru-peluru cinta pembius yang datang dari siapapun. Tapi yang kasihan adalah ia yang selalu “terluka” akibat peluru-peluru nyasar. Ada yang “lebih kebal” peluru, tetapi beberapa kali tak berdaya menghadapi peluru cinta yang datang bertubi-tubi. Ada juga, “Wanita Anti Peluru”, hanya mempan oleh satu peluru, yaitu “peluru cinta” dalam ikatan pernikahan. (Kata “cinta” harap tetap dipahami sebagai cinta yaa.. jangan dipahami “yang lain”).

Rabu, 29 Mei 2013

# Pengajian TPA #

Posted by Unknown on 09.09 with No comments
Belasan tahun silam ketika saya masih SD, mungkin kelas 3 atau 4 SD, seorang teman pengajian (TPA) yang perempuan ada yang menyebut saya "bencong". Barangkali karena saya jarang melibatkan diri dengan teman-teman laki-laki yang bermain kejar-kejaran di dalam masjid, dan malah hanya diam menonton lalu memancing keisengan temen-temen cewek untuk merampas peci saya yang membuat saya mengejar-ngejar gadis-gadis itu. Saya mengejar, tiada lain, demi berjuang mendapatkan kembali hak saya, yaitu peci lusuh pemberian bapak saya. Cewek-cewek ini lalu saling mengoper peci saya itu dari satu anak ke anak yang lain, bikin saya muter-muter berlarian kesana kemari. Saya yakin gadis-gadis ini bukan sedang berjuang mendapatkan perhatian saya, melainkan ada sesuatu dengan peci lusuh itu. Entah ada pelet apa pada peci saya itu? Padahal bau keringet. Mungkin, kalau saya tidak mengejar dan berusaha meraihnya lagi, akan ada yang membawanya pulang (PeDe sekali saya.. Lebay..). Tapi biasanya sih hanya disembunyikan di tempat wudhu.
Yah, dan rupanya itu salah satu kesan yang barangkali terus mengingatkan kami satu sama lain hingga kini, dan terus ingat kepada Bu Ustadzah.
Apa-apa yang terjadi pada kami, apa-apa yang kami dengar dan lihat pada masa itu, masih teringat di dalam memori kami hingga hari ini. Termasuk perkataan Bu Ustadzah sewaktu beliau menasehati kami pada suatu malam, karena banyak di antara kami yang sholat sambil bercanda satu sama lain, bersenggol-senggolan, tubruk-tubrukan, dan lain-lain.
Salah satu petikan dari perkataan beliau: "Suatu saat nanti, ketika kalian sudah besar nanti, Fulan sudah kemana, Fulanah sudah kemana, kalian akan teringat dengan saat-saat ini..Teringat satu sama lain.. Mengaji bersama-sama.."
Dan itu benar. Bahkan kami masih ingat sewaktu beliau menyuruh kami mengikuti beliau melafalkan hadits:

"Aqrobu maa yakuunul 'abdu..", kata beliau.
"AQROBU MAA YAKUUNUL 'ABDU...", kami mengikuti.

"...wa huwa saajidun..", ucap beliau lagi.
"..WA HUWA SAAJIDUN...", kami ikuti.

"..fa aktsirud du'aa'..", ucap beliau.
"..FA AKTSIRUD DU'AA'..", kami pungkas.

Artinya: "Kondisi seorang hamba paling dekat dengan Allah adalah ketika ia bersujud.. Maka perbanyaklah berdoa (ketika sujud itu).." Dalam hal ini maksudnya memperbanyak doa dalam hati, sebab pelafalan bacaan doa dalam sholat kan tidak boleh ditambah-tambahi.

Apa yang tertanam (didengar/dilihat) ketika kita kecil, biasanya akan teringat terus sampai tua, bahkan mungkin sampai wafat. Karenanya, penting sekali untuk berkata dan mencontohkan yang baik-baik kepada anak-anak kecil. Sebab, di masa depannya mereka akan turut andil dalam mewarnai tingkah laku manusia di zamannya.

# Penawar #

Posted by Unknown on 08.59 with No comments
Siang itu saya sedang agak santai setelah bertemu dengan dosen. Setelah keluar dari gedung fakultas, saya iseng ngadem di bawah pohon, menunggu kumandang adzan Dzuhur sambil membaca buku-buku feminis. Mulanya agak santai. Namun, begitu halaman yang dibaca semakin banyak, semakin luas bahasannya. Ada pemaparan para feminis yang saya setujui, misalnya, tentang perlindungan wanita korban perkosaan dan KDRT, pengentasan wanita dari kemiskinan, tentang kesempatan perempuan untuk mendapatkan pendidikan tinggi. Tetapi, ketika tiba pada beberapa titik yang bagi saya nampak seperti upaya untuk men-dekonstruksi atau bahkan men-destruksi ajaran Islam, saya sangat keberatan. Seingat saya, hadits saja tidak bisa menandingi Al-Qur'an, oleh sebab, hadits yang shahih sekalipun derajatnya hanya "dzonniy", yakni "dipersangkakan" shahih, karena ada kemungkinan memiliki banyak versi sebagai akibat dari banyaknya perawi yang menuturkan dengan bahasa mereka masing-masing sesuai tingkat pemahaman tiap-tiap perawi yang berbeda-beda. Sehingga, hadits, meskipun disandarkan sebagai perkataan Nabi, tidak dapat menandingi Al-Qur'an yang merupakan Kalam Allah yang "qoth'iy" (paten). Nah, ini tiba-tiba pemikiran manusia mau menrobos beberapa batasan Al-Qur'an. Kalo yang dikritik adalah penafsiran para ahli tafsir atau pemikiran para ahli fiqih, mungkin masih bisa ditolelir. Tapi, kalau sudah menabrak nash Al-Qur'an, rasa-rasanya kok seperti mengadili Al-Qur'an. AL-Qur'an adalah petunjuk dan pedoman bagi akal, sehingga fungsinya adalah untuk meluruskan jalan pemikiran akal, bukan sebagai objek yang diadili oleh Al-Qur'an.
Beberapa feminis, mengusung "kesetaraan gender". Kesetaraan sebenarnya sudah ada. Tapi, jika yang dituntut adalah kesamaan (equality), saya pikir hasilnya tidak akan mashlahat. Bisa-bisa menuntut kesamaan "hak", tetapi menghindari kesamaan kewajiban. Di dalam Islam, setahu saya, keadilan lebih kepada "proporsionality", bukan selalu "equality". Jika kita memperturutkan akal dan nafsu, dengan selalu menuntut "kesamaan", saya bisa saja memperturutkan nafsu dan akal saya untuk mengarusutamakan "Maskulinisme", yang menuntut agar para suami tidak perlu memberikan nafkah kepada istrinya jika sang istri sudah bekerja atau lebih kaya dari suami; menuntut agar istri yang kaya menafkahi suami yang miskin; menuntut agar derajat seorang ayah sama tingginya dengan ibu, dll, dan selalu mempertanyakan "Untuk apa sebenarnya laki-laki diciptakan?". Atau bisa saja saya mendirikan "Youth-isme" yang menuntut agar ada "horizontalization" antara kalangan muda dan kalangan tua, di mana jika orang tua menghardik/membentak anaknya maka sang anak berhak balas membentak. Atau, bisa saja kami dirikan "Short-isme" yang menuntut kesetaraan peluang kerja bagi orang-orang bertubuh pendek, karena selama ini syarat untuk menjadi pilot, TNI, pramugari/pramugara, dll., mempersyaratkan tinggi badan tertentu. Bisa juga kami himpun orang-orang untuk mendirikan "Ugly-isme" yang menuntut agar orang-orang buruk rupa bisa memiliki "keberuntungan" yang sama, karena selama ini peran-peran utama protagonis dalam film selalu orang tampan dan cantik, dan selama ini orang-orang yang tidak ganteng dan tidak cantik sering tidak diterima perusahaan karena ada satu syarat yang tidak bisa dipenuhi, yaitu "berpenampilan menarik".
Atau, bisa juga kami ciptakan paham "child-isme" yang menuntut agar uang jajan anak TK sama dengan uang "living costs" anak kuliah, karena "ketidaksamaan" dianggap ketidakadilan dan penindasan yang mengatasnamakan dogma, konstruksi sosial, dan penafsiran ajaran agama. Jika memperturutkan kerja akal yang demikian, akan banyak sekali aliran yang kita ciptakan.
Dalam Islam, semuanya proporsional, sehingga tiap peran memiliki ketentuan-ketentuan berbeda. Menjadi anak, ketentuannya berbeda dengan menjadi orang tua. Menjadi suami, ketentuannya berbeda dengan menjadi istri. Dan lain sebagainya. Allah telah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, pada porsinya. Namun, hal-hal yang ALlah ketahui tidaklah semuanya kita ketahui, yang menuntut kita berpegang kepada AL-Qur'an, dan juga hadits sebagai penjelas, jika pada saat-saat tertentu pemikiran kita yang kapasitasnya tebatas tidak mampu menjawabnya.

Otak saya memanas, dan semakin memanas. Namun tiba-tiba lamunan saya dibuyarkan oleh tawa beberapa mahasiswa yang sedang berkumpul tidak jauh dari saya. Rupanya mereka lagi pada bermain ABC (ABC Lima Dasar), menentukan nama-nama hewan. Ketika tiba pada huruf M, beberapa mahasiswa menyebutkan berbagai macam nama hewan.
Ada yang berseru, "Marmut".
Lalu ada yang lain berteriak, "Mamoot", dan banyak lagi nama hewan yang berawalan huruf M.
Tapi, yang unik adalah seorang di antara mereka ada yang nampak bingung, dan tiba-tiba nyeletuk, "Marsupilami..! Yaa..Marsupilami..haha!!"
Ini lucu sekali, dan membuat saya tertawa. Otak saya yang berasa ngebul langsung fresh kembali.
Anehnya, teman-temannya yang lain membenarkan bahwa Marsupilami adalah nama hewan, padahal kan Marsupilami hanya tokoh fiksi ciptaan André Franquin (menurut akun FB-nya Marsupilami). Hahaha..bisa aja adik-adik mahasiswa ini.. Tapi saya merasa terhibur. Rupanya, ketika Allah menyuguhkan kita sesuatu yang membuat kita berpikir keras, Dia juga menyediakan sesuatu yang menghibur di dekatnya tidak jauh darinya. Seperti halnya ketika ia menciptakan penyakit, maka bersamaan dengannya Dia ciptakan obatnya. Tidak aneh jika orang banyak yang bilang bahwa penyakit yang diakibatkan karena kebanyakan makan durian bisa ditawarkan dengan meminum sari-sari dari kulit durian, dan, bisa ular bisa ditawarkan dari serum dalam tubuh ular tersebut. Contoh lainnya, Allah menciptakan lalat dengan dua sayap, yang mana satu sayapnya mengandung racun/penyakit, dan sayap yang lain mengandung penawarnya, sehingga, jika ada lalat nyemplung di minuman Anda, Rasulullah (shallallaahu'alaihiwasallam) menyuruh kita meneggelamkan si lalat sebelum membuangnya, agar kedua sayapnya tenggelam dalam minuman kita, sebab racun pada sayap yang satu akan dinetralkan oleh sayap yang satunya lagi.

Innamal 'ilmu 'indallaah..wa innamaa ana nadziirun mubiin..
Subhaanaka laa 'ilma lanaa illaa maa 'allamtanaa innaKa Anta Al-'Aliimu Al-Hakiim.

# Kunci dan Akhirat #

Posted by Unknown on 08.50 with No comments
Entah kenapa, cowok yang ke mana-mana nenteng kunci mobil itu kelihatannya keren. Coba aja deh perhatiin, misalnya di foto-foto. Cowok yang bawa kunci mobil itu biasanya di sebelahnya ada mobil, kalo nggak, cewek cakep. Ya kan?
Oh, mungkin karena di belakang kata ‘kunci’ ada kata ‘mobil’. Bisa jadi. Soalnya kalo kata belakangnya adalah ‘gembok’, sehingga menjadi ‘kunci gembok’, efek kerennya gak kayak ‘kunci mobil’.
Lah, berarti, harusnya ‘kunci Inggris’ menimbulkan image keren yang lebih prestisius ketimbang ‘kunci mobil’. Waah..jadi kebayang yak kalo saya pagi-pagi jogging keliling perumahan pake kaca mata hitam sambil dengerin walkman dan bawa ‘kunci Inggris”, terus cewek-cewek yang pada jogging pada terpana…terpesona memandangi ‘kunci Inggris’ yang saya jinjing-jinjing. Lalu saya kiwir-kiwir itu ‘kunci Inggris’ di hadapan mereka, dan mereka hanya terperangah sambil berteriak-teriak histeris satu sama lain, “Iiihhh..keren banget sih.. kunci Inggrisnya… Eh cowok,,boleh minta pin BB-nya nggak?? Or,,nomer HP juga boleh deh.. Uuh..belom punya cewek kan..?”
Beuh..kalo cewek-cewek yang minta nomer HP itu kurang cakep, nomer HP yang saya berikan kepada mereka mungkin adalah nomer HP teman saya yang Jomblo. Kebetulan karena saya tidak pacaran. Sebagai akibatnya, keesokan paginya teman saya ini kebanjiran sms dan telepon dari cewek-cewek itu, yang selalu saja kalimat pembuka dari para cewek itu adalah, “Hai cowok..met pagi.. kamu yang kemaren jogging bawa-bawa kunci Inggris itu kan… kenalin..aku. bla-bla-bla, bla-bla-bla, bla-bla-bla,,,”.
Teman saya yang di-sms cewek-cewek itu jadi puyeng, dan saya hanya cengar-cengir sambil berkata, “Yaaah..itulah Bro..khasiat dari kunci Inggris..”.
Tapi, tiba-tiba di atas kepala saya muncul juga gelembung khayalan yang lain, yang memperlihatkan saya yang sedang pergi ke mall, dengan setelan rapi, elegan, dan tentu saja, sambil menjinjing-jinjing kunci Inggris. Lalu, tiba-tiba seorang gadis cantik mengajak berkenalan dan meminta nomer HP saya. Saya kasih nomer HP saya yang asli, karena yang meminta adalah cewek cantik. Owww..senangnyaa… Keesokan paginya saya terima sms, “Hai cowok,,,kenalin,,,aku neneknya cewek yang kemaren minta nomer HP kamu…”.
Aaaaahh..tidak adiiiiilll….!!! Giliran udah jujur ngasih nomer yang asli, malah nomernya buat neneknya, mentang-mentang yang bawa ‘kunci Inggris’ tidak ganteng.

Ya begitulah, kadang apa yang terjadi di dunia bisa bertentangan dengan keinginan kita. Terkadang kita juga merasakan banyak hal yang tidak adil. Contohnya, di dunia ini, orang beriman banyak yang miskin, sedangkan yang kafir biasanya bergelimang harta. Orang yang baik nampak lemah, sedangkan yang tidak baik terkesan kuat. Berbuat jujur didera kesulitan, seolah semuanya harus diraih dengan ketidakjujuran, dan lain sebagainya. Namun, jangan patah harapan. Karena dengan KeMahaBijaksanaan-Nya, Allah menciptakan akhirat. Tujuannya, agar semua makhluk menerima keadilan yang seadil-adilnya. Agar Dia bisa menepati janjinya bahwa Dia akan memberikan balasan bagi setiap perbuatan. Agar orang yang jujur memperoleh ganjaran kebaikan sesuai dengan kejujurannya di dunia. Agar orang-orang yang sabar mendapatkan balasan kebaikan yang besar atas kesabarannya menjalani kehidupan dunia. Agar orang-orang yang benar-benar ikhlas mendapatkan kedudukan mulia yang seharusnya pantas mereka dapatkan.

Selasa, 28 Mei 2013

# Antonimisme #

Posted by Unknown on 19.44 with No comments
Kalau sedang berkelakar, teman saya suka bercanda ngojok-ngojokin saya untuk mendirikan ajaran "Antonimisme", yang beranggotakan orang-orang iseng seperti saya yang gemar meng-antonim-kan kata-kata yang diucapkan orang lain. Misalnya, jika ada teman yang bertanya, "Boss, ada film yang menarik, nggak?", maka, pengikut ajaran antonimisme harus menjawab, "Nggak ada. Adanya, film yang mendorong".
Atau, jika ada orang berkata, "Duta besar mengeluarkan surat keterangan", maka, penganut antonimisme akan nyeletuk, "Duta kecil memasukkan surat kegelapan".
Diproyeksikan, jika Antonimisme ini berkembang pesat, maka kami berpikir untuk mendirikan paham tandingan, yang dinamai "Sinonimisme", yakni aliran orang-orang iseng yang suka nyeletuk tiba-tiba melontarkan sinonim dari kata-kata yang diucapkan orang lain. Misalnya, jika ada orang berseru, "Hei kamu, jangan macam-macam ya!!", maka penganut Sinonimisme akan nyeletuk, "Hei kamu, satu macam saja ya!!".
Iya, 'jangan macam-macam' kan artinya 'satu macam saja'.

Mm..tapi, setelah saya pikirkan masak-masak, sepertinya kurang berfaedah kalau saya mendirikan dua ajaran tersebut. Saling bertentangan layaknya Kapitalisme dengan Komunisme, padahal konon dua sistem ekonomi tersebut merupakan hasil karya kaum yang masih satu golongan. Bikin pusing dan tidak mashlahat. Mudah-mudahan dalam waktu dekat, ekonomi syariah benar-benar tegak secara kaaffah untuk menjadi solusi.
Selain itu, ketimbang Antonimisme dan Sinonimisme yang urung saya kembangkan, apa yang dirumuskan para ulama ahli fiqih sudah jauh lebih bermanfaat, yaitu Mafhuum Mukhaalafah dan Mafhuum Muwaafaqah.
Mafhuum Mukhaalafah, jika diterjemahkan bebas dapat berarti "pemahaman berkebalikan". Contohnya: Mengerjakan shalat 5 waktu hukumnya wajib. Maka, dapat dipahami bahwa meninggalkan shalat dengan sengaja, hukumnya haram. Kecuali, wanita yang sedang haid atau nifas. Juga, puasa Ramadhan, itu hukumnya wajib. Maka, meninggalkan puasa Ramadhan hukumnya haram. Kecuali, ada uzur syar'i. Dan "malas puasa", itu bukan uzur syar'i.

Adapun Mafhuum Muwaafaqah, jika diterjemahkan bebas, dapat bermakna "pemahaman selaras", yang menunjukkan bahwa hal-hal serumpun hukumnya sama. Contoh: Menghardik orang tua adalah hal terlarang. Maka, jika ada anak yang menganiaya orang tuanya, hukumnya sama. Bahkan lebih tercela.