Rabu, 29 Mei 2013

# To Know, But Not To Say-Be-Do #

Posted by Unknown on 01.35 with No comments
Terkadang, kalau sedang ngobrol dengan anak-anak SMA, saya rasanya masih SMA. Baru setelah saya bertanya tahun berapa mereka lahir, saya tersadar ternyata saya sudah tak semuda mereka. Pantesan di mana-mana sudah jarang yang manggil saya "Mas", apalagi "Dik". Teman di kantor, orang-orang di jalanan, sopir angkot, kernet bus, tukang jualan, hampir semua manggil "Pak".

Pernah suatu ketika, waktu naik busway, seorang anak balita yang duduk di sebelah saya, menepuk-nepuk bahu saya, dan memanggil-manggil saya,"Pak.. Pak..". Yang jelas ini bukan berarti dia mengganggap saya sebagai ayahnya. Anak itu melengos, celingak-celinguk melihat ke seisi busway, melihat ke luar ke jalanan, lalu kembali menepuk-nepuk bahu saya, "Pak, Pak..", lalu celingak-celinguk lagi. Terakhir, dia bertanya, "Om, boleh kan manggil Om 'Bapak' ?"
Ahahay,,unik sekali adik kecil ini. Ibunya yang duduk di dekatnya tersenyum. Saya juga hanya tersenyum dan menjawabnya, "Iya, boleh.. ". Karena, kalaupun saya memintanya memanggil saya "Om", tetap saja yang dilihatnya adalah seorang bapak-bapak.

Kalau disebut 1 kali, sebutan "Om" bagi saya terdengar lebih elegan, ketimbang dipanggil "Bapak" oleh si adik kecil ini. Tapi, kalau kata tersebut diulang 2 kali, saya lebih memilih disebut "Bapak-Bapak", ketimbang "Om-Om", karena konotasinya sedikit mengalami penyorasi. Seperti kata "makan" dan "minum". Kalau disebutkan 1 kali, biasa saja. Tapi, kalau disebutkan 2 kali, konotasi "makan-makan" lebih baik ketimbang "minum-minum". Coba saja, kalau ada seorang anak gadis bercerita, tentu hati kita lebih tenteram kalau mendengar ia berkata, "Aku kemarin diajakin makan-makan ama seorang bapak-bapak", daripada harus mendengar "Aku kemarin diajakin minum-minum ama seorang om-om". Ya kan?

Nah, itu pada kasus di atas, saya hanya menghindari konotasi. Lebih dari itu, ada kata yang perlu dihindari, bukan sekedar konotasinya saja, bahkan penggunaannya secara eksplisit, misalnya kata-kata yang tidak sopan, atau tidak etis. Kata-kata tersebut perlu kita ketahui, bukan untuk digunakan, melainkan diketahui untuk dihindari supaya jangan digunakan. Bahkan, di banyak daerah kita kenal "bahasa halus", yakni bahasa yang diciptakan sebagai upaya untuk menghindari penggunaan bahasa yang kasar. AL-Qur'an juga mencontohkan ini dengan menggunakan bahasa yang sangat halus dan santun meski ketika mengisahkan Nabi Yusuf 'alaihissalam yang digoda oleh Istri Al-Aziz. Sebab, tidak semua kata yang kita tahu harus kita ucapkan. Inilah "To Know, But Not To Say".

Selain itu juga, ada "To Know, But Not To Be and Not To Do". Misalnya, ketika kita mempunyai kenalan seorang yang tidak baik. Bisa saja seseroang berteman dengan pencuri. Tapi, ini bukan berarti ia boleh jadi pencuri atau melakukan pencurian. Ia perlu tahu teknik-teknik mencuri dari kenalannya itu, seperti bagaimana cara membobol gembok pagar atau kunci setang motor, tapi bukan untuk jadi pencuri, melainkan justru untuk memperkuat pertahanan rumahnya agar tidak kebobolan pencuri dan melakukan penjagaan sepeda motornya dengan lebih baik, entah itu dipasang alarm anti maling, stop-kontak mesin rahasia, dan lain-lain.

0 komentar:

Facebook Blogger Plugin: Bloggerized by Shafee Live

Posting Komentar