Rabu, 29 Mei 2013

# Lomba Bikin Film #

Posted by Unknown on 01.42 with No comments
Setiap orang adalah tokoh utama dalam kehidupannya, dan orang lain adalah figurannya. Anda adalah tokoh utama dalam hidup Anda, dan saya hanyalah figuran dalam kisah hidup Anda, yang berperan dalam scene ketika Anda membuka akun Facebook Anda lalu membaca tulisan ini. Betul ini. Sungguh. (Logat Arie Keriting Stand-Up Commedy Indonesia Season 3)

Dunia ini hanyalah karantina para peserta “Lomba Pembuatan Film Otobiografi” yang pesertanya adalah kita semua yang pernah hidup. Segala makhluk yang ada di alam raya akan merekam segala perbuatan kita layaknya kamera, termasuk pancaindera dan sel-sel tubuh kita, senada dengan apa yang dipaparkan oleh Pak Agus Mustofa dalam bukunya “Ternyata Akhirat Tidak Kekal”. Rekaman beberapa scene-nya bahkan bisa diputar ulang di dunia, sebelum sampai di akhirat. Salah satu contohnya adalah apa yang pernah dituturkan oleh salah seorang senior saya tentang rekannya yang menjadi sukarelawan Bencana Tsunami Aceh beberapa tahun silam. Pada suatu malam, sukarelawan ini istirahat di tenda posko setelah seharian bekerja mengevakuasi jenazah yang tertimbun reruntuhan bangunan, lumpur, dan segala macam. Ketika sedang istirahat itu, tiba-tiba ia melihat orang-orang dalam jumlah yang sangat banyak berlarian dari kejauhan menuju jalanan di depan posko. Sukarelawan ini lantas keluar ke jalan itu hendak menghampiri orang-orang itu dan bertanya pada mereka apa yang terjadi. Ia melihat, orang-orang itu berlarian ke arahnya sambil berteriak-teriak, “Air….!! Aiiirrr…!! Awas ada aiiirr…!!”, sambil di belakang mereka ada ombak yang begitu besar yang tingginya mungkin puluhan meter. Sukarelawan ini melihatnya begitu jelas. Orang-orang yang berlarian ke arahnya itu dikejar ombak yang begitu tinggi. Namun, ketika orang-orang itu berlari menubruknya, mereka tembus, air bah yang demikian besar itu pun tembus, layaknya penampakan, namun sangat jelas di pandangannya. Ini salah satu sample. Contoh yang lainnya banyak. Misalnya, jika di suatu malam yang sepi lalu terdengar banyak suara anak-anak sangat berisik muncul di sebuah bangunan sekolah, bisa jadi itu adalah suara para siswa yang terekam ketika mereka sedang bermain atau ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Wallaahu a’lam.

Next…
Hasil pembuatan film otobiografi ini kemudian diarsipkan ketika peserta yang bersangkutan telah menyelsaikan film kehidupannya (mati). Semua orang demikian. Kelak film-film kehidupan semua orang akan ditayangkan di hadapan semua banyak makhluk, dan dinilai langsung oleh Juri Agung Yang Maha Adil. Diputar ulang di hadapan semua manusia dan jin di Festival Padang Mahsyar.

AL-Qur’an surat Al-Zalzalah (99) ayat 7-8 menegaskan bahwa kita akan melihat segala perbuatan kita kembali. Melihat di sini artinya kita akan menonton (watching) film kisah hidup kita di dunia. Bukan hanya sekedar mendengar rekapan amal perbuatan kita yang dibacakan para malaikat pencatat amal, atau seperti mendengarkan siaran radio Gen FM Jakarta, Ben’s Radio, Radio Dangdut Indonesia, atau Ardan Bandung. Melainkan, betul-betul menyaksikan. Detil dengan sedetil detilnya, sampai tingkat dialog. Barangkali seperti kita menonton percakapan dua orang sniper musuh dalam film The Raid, ketika salah satu di antara mereka berkata kepada temannya, “Aku ambil yang kiri, kamu ambil yang kanan”. Lalu, kalau ada suara dalam hati kita, mungkin di layarnya akan muncul layar insert kecil di ujung kanan atas yang berisi kata-kata yang kita ucapkan dalam hati. Jadi film tentang kita akan ditonton oleh kita dan semua makhluk yang dihisab amalnya. Sir Alex Ferguson mungkin akan menyaksikan kembali kisah hidupnya di dunia, awal kariernya, lalu berlanjut pada masa-masa beliau mendidedikasikan dirinya melatih klub Manchester United, sampai beliau pensiun, dan seterusnya dan seterusnya. Mendiang Ustadz Jefry Al Buchori pun kelak akan menyaksikan sejarah perjalanan hidupnya di dunia, dari mulai lahir sampai beberapa waktu lalu Allah memanggil beliau untuk segera men-submit film otobiografinya di dunia, karena sudah deadline. Kita pun sama. Mungkin kelak Anda akan menyaksikan scene ketika Anda membuka akun FB Anda dan membaca tulisan ini. Saya pun bisa jadi akan melihat kembali adegan ketika saya mencoba membantu seseorang membuka tutup botol dan berulang kali gagal, sewaktu naik bus jurusan Tangerang-Bekasi. Akan ditayangkan kembali pula ketika saya dan teman-teman menonton film Rab Ne Bana Di Jodi, dan menjadi ketagihan hingga mengulang-ulang lagi menontonnya sampai puluhan kali (teman saya ada yang menontonnya berulang-ulang sampai 30 kali), menghafalkan dialog ketika Raj mengucapkan “Hum hai rahi pyaar ke, Phir milenge chalte chalte”, perkataan Surinder “Punjab Power Lighting Up Your Life”, dan menghafalkan lagu “Tujh Mein Rab Dikhta Hai”. Bukan main. Teman saya yang tempo hari mimpi diuber-uber zombie banci pun tak mustahil akan menyaksikan dirinya yang sedang tidur, dan di sudut kiri bawah layar muncul inset kecil berisi video yang ada dalam mimpinya, yaitu zombie-zombie yang mengejarnya. Oke punya sekali mimpinya itu. Tapi, selucu apapun film kita, sepertinya kita sulit tertawa, karena mengkhawatirkan nasib kita di sana. Semua orang sibuk menimbun tanya dalam hatinya, “Apakah saya akan menerima kitab catatan kisah hidup saya dari arah kanan, ataukah dari sebelah kiri dan belakang?” Semoga, jika ada aib dalam kisah kita, Allah berkenan menyensornya.

Allaahumma tawaffanaa muslimiin, wasthur ‘uyuubana, waj’alnaa fi ash-shhalihiina, fi rahmatik.

0 komentar:

Facebook Blogger Plugin: Bloggerized by Shafee Live

Posting Komentar