Rabu, 29 Mei 2013

# Pengajian TPA #

Posted by Unknown on 09.09 with No comments
Belasan tahun silam ketika saya masih SD, mungkin kelas 3 atau 4 SD, seorang teman pengajian (TPA) yang perempuan ada yang menyebut saya "bencong". Barangkali karena saya jarang melibatkan diri dengan teman-teman laki-laki yang bermain kejar-kejaran di dalam masjid, dan malah hanya diam menonton lalu memancing keisengan temen-temen cewek untuk merampas peci saya yang membuat saya mengejar-ngejar gadis-gadis itu. Saya mengejar, tiada lain, demi berjuang mendapatkan kembali hak saya, yaitu peci lusuh pemberian bapak saya. Cewek-cewek ini lalu saling mengoper peci saya itu dari satu anak ke anak yang lain, bikin saya muter-muter berlarian kesana kemari. Saya yakin gadis-gadis ini bukan sedang berjuang mendapatkan perhatian saya, melainkan ada sesuatu dengan peci lusuh itu. Entah ada pelet apa pada peci saya itu? Padahal bau keringet. Mungkin, kalau saya tidak mengejar dan berusaha meraihnya lagi, akan ada yang membawanya pulang (PeDe sekali saya.. Lebay..). Tapi biasanya sih hanya disembunyikan di tempat wudhu.
Yah, dan rupanya itu salah satu kesan yang barangkali terus mengingatkan kami satu sama lain hingga kini, dan terus ingat kepada Bu Ustadzah.
Apa-apa yang terjadi pada kami, apa-apa yang kami dengar dan lihat pada masa itu, masih teringat di dalam memori kami hingga hari ini. Termasuk perkataan Bu Ustadzah sewaktu beliau menasehati kami pada suatu malam, karena banyak di antara kami yang sholat sambil bercanda satu sama lain, bersenggol-senggolan, tubruk-tubrukan, dan lain-lain.
Salah satu petikan dari perkataan beliau: "Suatu saat nanti, ketika kalian sudah besar nanti, Fulan sudah kemana, Fulanah sudah kemana, kalian akan teringat dengan saat-saat ini..Teringat satu sama lain.. Mengaji bersama-sama.."
Dan itu benar. Bahkan kami masih ingat sewaktu beliau menyuruh kami mengikuti beliau melafalkan hadits:

"Aqrobu maa yakuunul 'abdu..", kata beliau.
"AQROBU MAA YAKUUNUL 'ABDU...", kami mengikuti.

"...wa huwa saajidun..", ucap beliau lagi.
"..WA HUWA SAAJIDUN...", kami ikuti.

"..fa aktsirud du'aa'..", ucap beliau.
"..FA AKTSIRUD DU'AA'..", kami pungkas.

Artinya: "Kondisi seorang hamba paling dekat dengan Allah adalah ketika ia bersujud.. Maka perbanyaklah berdoa (ketika sujud itu).." Dalam hal ini maksudnya memperbanyak doa dalam hati, sebab pelafalan bacaan doa dalam sholat kan tidak boleh ditambah-tambahi.

Apa yang tertanam (didengar/dilihat) ketika kita kecil, biasanya akan teringat terus sampai tua, bahkan mungkin sampai wafat. Karenanya, penting sekali untuk berkata dan mencontohkan yang baik-baik kepada anak-anak kecil. Sebab, di masa depannya mereka akan turut andil dalam mewarnai tingkah laku manusia di zamannya.

# Penawar #

Posted by Unknown on 08.59 with No comments
Siang itu saya sedang agak santai setelah bertemu dengan dosen. Setelah keluar dari gedung fakultas, saya iseng ngadem di bawah pohon, menunggu kumandang adzan Dzuhur sambil membaca buku-buku feminis. Mulanya agak santai. Namun, begitu halaman yang dibaca semakin banyak, semakin luas bahasannya. Ada pemaparan para feminis yang saya setujui, misalnya, tentang perlindungan wanita korban perkosaan dan KDRT, pengentasan wanita dari kemiskinan, tentang kesempatan perempuan untuk mendapatkan pendidikan tinggi. Tetapi, ketika tiba pada beberapa titik yang bagi saya nampak seperti upaya untuk men-dekonstruksi atau bahkan men-destruksi ajaran Islam, saya sangat keberatan. Seingat saya, hadits saja tidak bisa menandingi Al-Qur'an, oleh sebab, hadits yang shahih sekalipun derajatnya hanya "dzonniy", yakni "dipersangkakan" shahih, karena ada kemungkinan memiliki banyak versi sebagai akibat dari banyaknya perawi yang menuturkan dengan bahasa mereka masing-masing sesuai tingkat pemahaman tiap-tiap perawi yang berbeda-beda. Sehingga, hadits, meskipun disandarkan sebagai perkataan Nabi, tidak dapat menandingi Al-Qur'an yang merupakan Kalam Allah yang "qoth'iy" (paten). Nah, ini tiba-tiba pemikiran manusia mau menrobos beberapa batasan Al-Qur'an. Kalo yang dikritik adalah penafsiran para ahli tafsir atau pemikiran para ahli fiqih, mungkin masih bisa ditolelir. Tapi, kalau sudah menabrak nash Al-Qur'an, rasa-rasanya kok seperti mengadili Al-Qur'an. AL-Qur'an adalah petunjuk dan pedoman bagi akal, sehingga fungsinya adalah untuk meluruskan jalan pemikiran akal, bukan sebagai objek yang diadili oleh Al-Qur'an.
Beberapa feminis, mengusung "kesetaraan gender". Kesetaraan sebenarnya sudah ada. Tapi, jika yang dituntut adalah kesamaan (equality), saya pikir hasilnya tidak akan mashlahat. Bisa-bisa menuntut kesamaan "hak", tetapi menghindari kesamaan kewajiban. Di dalam Islam, setahu saya, keadilan lebih kepada "proporsionality", bukan selalu "equality". Jika kita memperturutkan akal dan nafsu, dengan selalu menuntut "kesamaan", saya bisa saja memperturutkan nafsu dan akal saya untuk mengarusutamakan "Maskulinisme", yang menuntut agar para suami tidak perlu memberikan nafkah kepada istrinya jika sang istri sudah bekerja atau lebih kaya dari suami; menuntut agar istri yang kaya menafkahi suami yang miskin; menuntut agar derajat seorang ayah sama tingginya dengan ibu, dll, dan selalu mempertanyakan "Untuk apa sebenarnya laki-laki diciptakan?". Atau bisa saja saya mendirikan "Youth-isme" yang menuntut agar ada "horizontalization" antara kalangan muda dan kalangan tua, di mana jika orang tua menghardik/membentak anaknya maka sang anak berhak balas membentak. Atau, bisa saja kami dirikan "Short-isme" yang menuntut kesetaraan peluang kerja bagi orang-orang bertubuh pendek, karena selama ini syarat untuk menjadi pilot, TNI, pramugari/pramugara, dll., mempersyaratkan tinggi badan tertentu. Bisa juga kami himpun orang-orang untuk mendirikan "Ugly-isme" yang menuntut agar orang-orang buruk rupa bisa memiliki "keberuntungan" yang sama, karena selama ini peran-peran utama protagonis dalam film selalu orang tampan dan cantik, dan selama ini orang-orang yang tidak ganteng dan tidak cantik sering tidak diterima perusahaan karena ada satu syarat yang tidak bisa dipenuhi, yaitu "berpenampilan menarik".
Atau, bisa juga kami ciptakan paham "child-isme" yang menuntut agar uang jajan anak TK sama dengan uang "living costs" anak kuliah, karena "ketidaksamaan" dianggap ketidakadilan dan penindasan yang mengatasnamakan dogma, konstruksi sosial, dan penafsiran ajaran agama. Jika memperturutkan kerja akal yang demikian, akan banyak sekali aliran yang kita ciptakan.
Dalam Islam, semuanya proporsional, sehingga tiap peran memiliki ketentuan-ketentuan berbeda. Menjadi anak, ketentuannya berbeda dengan menjadi orang tua. Menjadi suami, ketentuannya berbeda dengan menjadi istri. Dan lain sebagainya. Allah telah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, pada porsinya. Namun, hal-hal yang ALlah ketahui tidaklah semuanya kita ketahui, yang menuntut kita berpegang kepada AL-Qur'an, dan juga hadits sebagai penjelas, jika pada saat-saat tertentu pemikiran kita yang kapasitasnya tebatas tidak mampu menjawabnya.

Otak saya memanas, dan semakin memanas. Namun tiba-tiba lamunan saya dibuyarkan oleh tawa beberapa mahasiswa yang sedang berkumpul tidak jauh dari saya. Rupanya mereka lagi pada bermain ABC (ABC Lima Dasar), menentukan nama-nama hewan. Ketika tiba pada huruf M, beberapa mahasiswa menyebutkan berbagai macam nama hewan.
Ada yang berseru, "Marmut".
Lalu ada yang lain berteriak, "Mamoot", dan banyak lagi nama hewan yang berawalan huruf M.
Tapi, yang unik adalah seorang di antara mereka ada yang nampak bingung, dan tiba-tiba nyeletuk, "Marsupilami..! Yaa..Marsupilami..haha!!"
Ini lucu sekali, dan membuat saya tertawa. Otak saya yang berasa ngebul langsung fresh kembali.
Anehnya, teman-temannya yang lain membenarkan bahwa Marsupilami adalah nama hewan, padahal kan Marsupilami hanya tokoh fiksi ciptaan André Franquin (menurut akun FB-nya Marsupilami). Hahaha..bisa aja adik-adik mahasiswa ini.. Tapi saya merasa terhibur. Rupanya, ketika Allah menyuguhkan kita sesuatu yang membuat kita berpikir keras, Dia juga menyediakan sesuatu yang menghibur di dekatnya tidak jauh darinya. Seperti halnya ketika ia menciptakan penyakit, maka bersamaan dengannya Dia ciptakan obatnya. Tidak aneh jika orang banyak yang bilang bahwa penyakit yang diakibatkan karena kebanyakan makan durian bisa ditawarkan dengan meminum sari-sari dari kulit durian, dan, bisa ular bisa ditawarkan dari serum dalam tubuh ular tersebut. Contoh lainnya, Allah menciptakan lalat dengan dua sayap, yang mana satu sayapnya mengandung racun/penyakit, dan sayap yang lain mengandung penawarnya, sehingga, jika ada lalat nyemplung di minuman Anda, Rasulullah (shallallaahu'alaihiwasallam) menyuruh kita meneggelamkan si lalat sebelum membuangnya, agar kedua sayapnya tenggelam dalam minuman kita, sebab racun pada sayap yang satu akan dinetralkan oleh sayap yang satunya lagi.

Innamal 'ilmu 'indallaah..wa innamaa ana nadziirun mubiin..
Subhaanaka laa 'ilma lanaa illaa maa 'allamtanaa innaKa Anta Al-'Aliimu Al-Hakiim.

# Kunci dan Akhirat #

Posted by Unknown on 08.50 with No comments
Entah kenapa, cowok yang ke mana-mana nenteng kunci mobil itu kelihatannya keren. Coba aja deh perhatiin, misalnya di foto-foto. Cowok yang bawa kunci mobil itu biasanya di sebelahnya ada mobil, kalo nggak, cewek cakep. Ya kan?
Oh, mungkin karena di belakang kata ‘kunci’ ada kata ‘mobil’. Bisa jadi. Soalnya kalo kata belakangnya adalah ‘gembok’, sehingga menjadi ‘kunci gembok’, efek kerennya gak kayak ‘kunci mobil’.
Lah, berarti, harusnya ‘kunci Inggris’ menimbulkan image keren yang lebih prestisius ketimbang ‘kunci mobil’. Waah..jadi kebayang yak kalo saya pagi-pagi jogging keliling perumahan pake kaca mata hitam sambil dengerin walkman dan bawa ‘kunci Inggris”, terus cewek-cewek yang pada jogging pada terpana…terpesona memandangi ‘kunci Inggris’ yang saya jinjing-jinjing. Lalu saya kiwir-kiwir itu ‘kunci Inggris’ di hadapan mereka, dan mereka hanya terperangah sambil berteriak-teriak histeris satu sama lain, “Iiihhh..keren banget sih.. kunci Inggrisnya… Eh cowok,,boleh minta pin BB-nya nggak?? Or,,nomer HP juga boleh deh.. Uuh..belom punya cewek kan..?”
Beuh..kalo cewek-cewek yang minta nomer HP itu kurang cakep, nomer HP yang saya berikan kepada mereka mungkin adalah nomer HP teman saya yang Jomblo. Kebetulan karena saya tidak pacaran. Sebagai akibatnya, keesokan paginya teman saya ini kebanjiran sms dan telepon dari cewek-cewek itu, yang selalu saja kalimat pembuka dari para cewek itu adalah, “Hai cowok..met pagi.. kamu yang kemaren jogging bawa-bawa kunci Inggris itu kan… kenalin..aku. bla-bla-bla, bla-bla-bla, bla-bla-bla,,,”.
Teman saya yang di-sms cewek-cewek itu jadi puyeng, dan saya hanya cengar-cengir sambil berkata, “Yaaah..itulah Bro..khasiat dari kunci Inggris..”.
Tapi, tiba-tiba di atas kepala saya muncul juga gelembung khayalan yang lain, yang memperlihatkan saya yang sedang pergi ke mall, dengan setelan rapi, elegan, dan tentu saja, sambil menjinjing-jinjing kunci Inggris. Lalu, tiba-tiba seorang gadis cantik mengajak berkenalan dan meminta nomer HP saya. Saya kasih nomer HP saya yang asli, karena yang meminta adalah cewek cantik. Owww..senangnyaa… Keesokan paginya saya terima sms, “Hai cowok,,,kenalin,,,aku neneknya cewek yang kemaren minta nomer HP kamu…”.
Aaaaahh..tidak adiiiiilll….!!! Giliran udah jujur ngasih nomer yang asli, malah nomernya buat neneknya, mentang-mentang yang bawa ‘kunci Inggris’ tidak ganteng.

Ya begitulah, kadang apa yang terjadi di dunia bisa bertentangan dengan keinginan kita. Terkadang kita juga merasakan banyak hal yang tidak adil. Contohnya, di dunia ini, orang beriman banyak yang miskin, sedangkan yang kafir biasanya bergelimang harta. Orang yang baik nampak lemah, sedangkan yang tidak baik terkesan kuat. Berbuat jujur didera kesulitan, seolah semuanya harus diraih dengan ketidakjujuran, dan lain sebagainya. Namun, jangan patah harapan. Karena dengan KeMahaBijaksanaan-Nya, Allah menciptakan akhirat. Tujuannya, agar semua makhluk menerima keadilan yang seadil-adilnya. Agar Dia bisa menepati janjinya bahwa Dia akan memberikan balasan bagi setiap perbuatan. Agar orang yang jujur memperoleh ganjaran kebaikan sesuai dengan kejujurannya di dunia. Agar orang-orang yang sabar mendapatkan balasan kebaikan yang besar atas kesabarannya menjalani kehidupan dunia. Agar orang-orang yang benar-benar ikhlas mendapatkan kedudukan mulia yang seharusnya pantas mereka dapatkan.

# Bukan Burung Biasa #

Posted by Unknown on 03.43 with No comments
Di beberapa negara, biasanya kalau ada buku or film dari negara asing, maka judul diterjemahkan ke dalam bahasa negara tersebut. Misalnya, untuk kalangan luar negeri, Laskar Pelangi diterjemahkan menjadi The Rainbow Troops. Atau, film Ketika Cinta Bertasbih, untuk kawasan negara-negara berbahasa Arab, judulnya menjadi "'Indamaa Yusabbihul-Hubb".
Tapi, nampaknya ini agak berbeda buat orang kita. Sering kan kita melihat di beberapa toko buku ada buku-buku judulnya berbahasa Inggris tapi isinya Bahasa Indonesia. Sebab, ada kecenderungan kita untuk lebih tertarik dengan sesuatu yang berbahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Orang kita juga nampaknya akan mempersepsikan image yang berbeda jika misalnya film Spiderman ketika masuk ke Indonesia judulnya menjadi "Manusia Laba-laba", atau Iron Man menjadi "Manusia Besi".
Nah, tadi pagi kira-kira jam setengah sebelas, selepas kerja bakti dengan bapak-bapak jama'ah bikin galian paralon di masjid (walah-walah capeknya bukan main, mungkin begitu yang selalu dirasakan para pekerja galian pipa ledeng), saya tiba-tiba ingin bernostaslgia, barangkali di TV masih ada film-film vampir Jepang yang jalannya loncat-loncat seperti yang suka saya tonton dulu kalau pulang sekolah SD bersama teman-teman. Eh, rupanya tidak ada. Malah adanya berita olahraga, film india "Kal Ho Na Ho", dll. Saya terus pindah channel, dan ketemu sebuah film kartun. Ahahay..ternyata film Angry Bird. Terbersit pikiran iseng saya untuk menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Rupanya memang lebih baik tidak diterjemahkan. Karena, kalau orang seperti saya yang menerjemahkan, maka akan namanya menjadi "Burung Ngamuk". Kan kurang enak kedengarannya.
Kalau dilihat-lihat, film Angry Bird ini mengingatkan pada Burung Abaabiil dalam Al-Qur'an surat Al-Fill. Bedanya, Angry Bird melontarkan dirinya dengan ketapel untuk memusnahkan babi-babi hijau (ini juga saya baru lihat kok ada babi warna hijau,,,mungkin sudah menjadi mutan seperti Hulk), sedangkan, Burung Ababiil diutus oleh Allah membawa batu-batu panas untuk melempari pasukan bergajah pimpinan Abrahah yang hendak menghancurkan Ka'bah. Kalau babi-babi hijau dalam Angry Bird itu musnah dengan cara meledak "Bumm!! Tar!! Tar!! Tar!! Krotak, krotak!!", sedangkan pasukan bergajah berikut gajah-gajah yang ditumpanginya menjadi bolong-bolong tubuhnya akibat terkena lemparan batu-batu api yang kabarnya "panas-panas" dibawa langsung dari neraka. Bolong-bolong, seperti daun dimakan ulat "ka'ashfin ma'-kuul".

# Nama #

Posted by Unknown on 03.40 with No comments
Pernah pada suatu ketika, saat Sholat Jum'at di masjid dekat rumah ortu, yang bertindak menjadi khotib bernama Pak Khotib, dan yang menjadi imam bernama Pak Imam.. Subhaanallaah..
Saya hanya membayangkan, jika muadzinnya bernama Pak Muadzin. Sebab, selama ini saya belum pernah mendengar ada orang yang namanya Muadzin. Tapi bisa jadi di antara Anda ada yang pernah dengar nama tersebut.
Imagenya, muadzin diartikan sebagai "tukang adzan", tetapi sebenarnya, lebih dari itu, muadzin berarti "orang yang mengumandangkan panggilan Allah", yang melalui dia orang-orang berbondong-bondong menuju jalan Allah, mengabdikan diri beribadah hanya kepada Allah. Mulia sekali kan.
Kalau ternyata selama ini memang belum pernah ada orang yang diberi nama 'muadzin', maka bayi mana yang baru lahir dan kemudian dinamai dengan nama itu, akan menjadi orang pertama yang bernama 'Muadzin'. Seperti nama "Yahya". Orang pertama yang bernama Yahya adalah Nabi Yahya 'alaihissalam, putra Nabi Zakariya 'alaihissalaam. Sebelum beliau, belum pernah ada orang yang namanya 'Yahya'. (Bisa dicek dalam Al-Qur'an surat Maryam [19] ayat 7).

Memang sih, ada ungkapan "Apalah arti sebuah nama". Namun, saya percaya bahwa "nama adalah doa". Rasulullah sendiri kan mengganti nama beberapa orang dengan nama yang lebih baik, termasuk beberapa nama daerah. Maksudnya, sebagai doa agar menjadi lebih baik, sebaik nama yang diberikan.
Kalau toh misalnya kejadian ada seorang anak yang namanya bagus tapi nakalnya bukan main, itu bisa berarti bahwa doa ortunya yang disisipkan dalan nama si anak belum terkabul. Faktornya banyak. Bisa dari makanan yang diberikan ortu kepada anak, teman bergaul, pendidikan agama, atau, bisa juga ada sifat buruk ortu (baik dari salah satu ortu, maupun kedua ortu) yang menurun ke anak. Tapi sih mudah-mudahan jika dalam diri kita ada sifat buruk, semoga Allah tidak menurunkannya kepada anak-cucu kita.

Benarkah Allah itu ada?

Posted by Unknown on 03.36 with No comments
Apakah akhirat, surga, dan neraka, itu benar-benar ada? Atau hanya sekedar konsep yg diada-adakan manusia ketika mengalami ketidakberdayaan? Jika semua itu ternyata tidak kita jumpai setelah kita mati, bagaimana? Masihkah kita akan menyembah Allah?

Jawabannya: Yaa..lebih baik kita laksanakan saja ibadah dan keyakinan kita. Toh, jika ternyata semua itu tidak ada, kita hanya merugi karena "membuang" sebagian waktu kita untuk melaksanakan ritual ibadah dan keyakinan. Gak terlalu nyesel.
Ketimbang, kita tidak percaya semua itu dan tidak pula melaksanakan ibadah dan keyakinan agama, lalu, tiba-tiba setelah mati, kita berhadapan dengan kenyataan bahwa semua itu ternyata benar-benar ada. Jika terbukti semua itu benar adanya, sementara sewaktu hidup kita tidak pernah mengimaninya, maka terbuang sia-sialah seluruh usia kita di dunia. Hendak kembali hidup di dunia untuk memperbaiki amalan pun tiada lagi bisa.

# Lomba Bikin Film #

Posted by Unknown on 01.42 with No comments
Setiap orang adalah tokoh utama dalam kehidupannya, dan orang lain adalah figurannya. Anda adalah tokoh utama dalam hidup Anda, dan saya hanyalah figuran dalam kisah hidup Anda, yang berperan dalam scene ketika Anda membuka akun Facebook Anda lalu membaca tulisan ini. Betul ini. Sungguh. (Logat Arie Keriting Stand-Up Commedy Indonesia Season 3)

Dunia ini hanyalah karantina para peserta “Lomba Pembuatan Film Otobiografi” yang pesertanya adalah kita semua yang pernah hidup. Segala makhluk yang ada di alam raya akan merekam segala perbuatan kita layaknya kamera, termasuk pancaindera dan sel-sel tubuh kita, senada dengan apa yang dipaparkan oleh Pak Agus Mustofa dalam bukunya “Ternyata Akhirat Tidak Kekal”. Rekaman beberapa scene-nya bahkan bisa diputar ulang di dunia, sebelum sampai di akhirat. Salah satu contohnya adalah apa yang pernah dituturkan oleh salah seorang senior saya tentang rekannya yang menjadi sukarelawan Bencana Tsunami Aceh beberapa tahun silam. Pada suatu malam, sukarelawan ini istirahat di tenda posko setelah seharian bekerja mengevakuasi jenazah yang tertimbun reruntuhan bangunan, lumpur, dan segala macam. Ketika sedang istirahat itu, tiba-tiba ia melihat orang-orang dalam jumlah yang sangat banyak berlarian dari kejauhan menuju jalanan di depan posko. Sukarelawan ini lantas keluar ke jalan itu hendak menghampiri orang-orang itu dan bertanya pada mereka apa yang terjadi. Ia melihat, orang-orang itu berlarian ke arahnya sambil berteriak-teriak, “Air….!! Aiiirrr…!! Awas ada aiiirr…!!”, sambil di belakang mereka ada ombak yang begitu besar yang tingginya mungkin puluhan meter. Sukarelawan ini melihatnya begitu jelas. Orang-orang yang berlarian ke arahnya itu dikejar ombak yang begitu tinggi. Namun, ketika orang-orang itu berlari menubruknya, mereka tembus, air bah yang demikian besar itu pun tembus, layaknya penampakan, namun sangat jelas di pandangannya. Ini salah satu sample. Contoh yang lainnya banyak. Misalnya, jika di suatu malam yang sepi lalu terdengar banyak suara anak-anak sangat berisik muncul di sebuah bangunan sekolah, bisa jadi itu adalah suara para siswa yang terekam ketika mereka sedang bermain atau ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Wallaahu a’lam.

Next…
Hasil pembuatan film otobiografi ini kemudian diarsipkan ketika peserta yang bersangkutan telah menyelsaikan film kehidupannya (mati). Semua orang demikian. Kelak film-film kehidupan semua orang akan ditayangkan di hadapan semua banyak makhluk, dan dinilai langsung oleh Juri Agung Yang Maha Adil. Diputar ulang di hadapan semua manusia dan jin di Festival Padang Mahsyar.

AL-Qur’an surat Al-Zalzalah (99) ayat 7-8 menegaskan bahwa kita akan melihat segala perbuatan kita kembali. Melihat di sini artinya kita akan menonton (watching) film kisah hidup kita di dunia. Bukan hanya sekedar mendengar rekapan amal perbuatan kita yang dibacakan para malaikat pencatat amal, atau seperti mendengarkan siaran radio Gen FM Jakarta, Ben’s Radio, Radio Dangdut Indonesia, atau Ardan Bandung. Melainkan, betul-betul menyaksikan. Detil dengan sedetil detilnya, sampai tingkat dialog. Barangkali seperti kita menonton percakapan dua orang sniper musuh dalam film The Raid, ketika salah satu di antara mereka berkata kepada temannya, “Aku ambil yang kiri, kamu ambil yang kanan”. Lalu, kalau ada suara dalam hati kita, mungkin di layarnya akan muncul layar insert kecil di ujung kanan atas yang berisi kata-kata yang kita ucapkan dalam hati. Jadi film tentang kita akan ditonton oleh kita dan semua makhluk yang dihisab amalnya. Sir Alex Ferguson mungkin akan menyaksikan kembali kisah hidupnya di dunia, awal kariernya, lalu berlanjut pada masa-masa beliau mendidedikasikan dirinya melatih klub Manchester United, sampai beliau pensiun, dan seterusnya dan seterusnya. Mendiang Ustadz Jefry Al Buchori pun kelak akan menyaksikan sejarah perjalanan hidupnya di dunia, dari mulai lahir sampai beberapa waktu lalu Allah memanggil beliau untuk segera men-submit film otobiografinya di dunia, karena sudah deadline. Kita pun sama. Mungkin kelak Anda akan menyaksikan scene ketika Anda membuka akun FB Anda dan membaca tulisan ini. Saya pun bisa jadi akan melihat kembali adegan ketika saya mencoba membantu seseorang membuka tutup botol dan berulang kali gagal, sewaktu naik bus jurusan Tangerang-Bekasi. Akan ditayangkan kembali pula ketika saya dan teman-teman menonton film Rab Ne Bana Di Jodi, dan menjadi ketagihan hingga mengulang-ulang lagi menontonnya sampai puluhan kali (teman saya ada yang menontonnya berulang-ulang sampai 30 kali), menghafalkan dialog ketika Raj mengucapkan “Hum hai rahi pyaar ke, Phir milenge chalte chalte”, perkataan Surinder “Punjab Power Lighting Up Your Life”, dan menghafalkan lagu “Tujh Mein Rab Dikhta Hai”. Bukan main. Teman saya yang tempo hari mimpi diuber-uber zombie banci pun tak mustahil akan menyaksikan dirinya yang sedang tidur, dan di sudut kiri bawah layar muncul inset kecil berisi video yang ada dalam mimpinya, yaitu zombie-zombie yang mengejarnya. Oke punya sekali mimpinya itu. Tapi, selucu apapun film kita, sepertinya kita sulit tertawa, karena mengkhawatirkan nasib kita di sana. Semua orang sibuk menimbun tanya dalam hatinya, “Apakah saya akan menerima kitab catatan kisah hidup saya dari arah kanan, ataukah dari sebelah kiri dan belakang?” Semoga, jika ada aib dalam kisah kita, Allah berkenan menyensornya.

Allaahumma tawaffanaa muslimiin, wasthur ‘uyuubana, waj’alnaa fi ash-shhalihiina, fi rahmatik.

# To Know, But Not To Say-Be-Do #

Posted by Unknown on 01.35 with No comments
Terkadang, kalau sedang ngobrol dengan anak-anak SMA, saya rasanya masih SMA. Baru setelah saya bertanya tahun berapa mereka lahir, saya tersadar ternyata saya sudah tak semuda mereka. Pantesan di mana-mana sudah jarang yang manggil saya "Mas", apalagi "Dik". Teman di kantor, orang-orang di jalanan, sopir angkot, kernet bus, tukang jualan, hampir semua manggil "Pak".

Pernah suatu ketika, waktu naik busway, seorang anak balita yang duduk di sebelah saya, menepuk-nepuk bahu saya, dan memanggil-manggil saya,"Pak.. Pak..". Yang jelas ini bukan berarti dia mengganggap saya sebagai ayahnya. Anak itu melengos, celingak-celinguk melihat ke seisi busway, melihat ke luar ke jalanan, lalu kembali menepuk-nepuk bahu saya, "Pak, Pak..", lalu celingak-celinguk lagi. Terakhir, dia bertanya, "Om, boleh kan manggil Om 'Bapak' ?"
Ahahay,,unik sekali adik kecil ini. Ibunya yang duduk di dekatnya tersenyum. Saya juga hanya tersenyum dan menjawabnya, "Iya, boleh.. ". Karena, kalaupun saya memintanya memanggil saya "Om", tetap saja yang dilihatnya adalah seorang bapak-bapak.

Kalau disebut 1 kali, sebutan "Om" bagi saya terdengar lebih elegan, ketimbang dipanggil "Bapak" oleh si adik kecil ini. Tapi, kalau kata tersebut diulang 2 kali, saya lebih memilih disebut "Bapak-Bapak", ketimbang "Om-Om", karena konotasinya sedikit mengalami penyorasi. Seperti kata "makan" dan "minum". Kalau disebutkan 1 kali, biasa saja. Tapi, kalau disebutkan 2 kali, konotasi "makan-makan" lebih baik ketimbang "minum-minum". Coba saja, kalau ada seorang anak gadis bercerita, tentu hati kita lebih tenteram kalau mendengar ia berkata, "Aku kemarin diajakin makan-makan ama seorang bapak-bapak", daripada harus mendengar "Aku kemarin diajakin minum-minum ama seorang om-om". Ya kan?

Nah, itu pada kasus di atas, saya hanya menghindari konotasi. Lebih dari itu, ada kata yang perlu dihindari, bukan sekedar konotasinya saja, bahkan penggunaannya secara eksplisit, misalnya kata-kata yang tidak sopan, atau tidak etis. Kata-kata tersebut perlu kita ketahui, bukan untuk digunakan, melainkan diketahui untuk dihindari supaya jangan digunakan. Bahkan, di banyak daerah kita kenal "bahasa halus", yakni bahasa yang diciptakan sebagai upaya untuk menghindari penggunaan bahasa yang kasar. AL-Qur'an juga mencontohkan ini dengan menggunakan bahasa yang sangat halus dan santun meski ketika mengisahkan Nabi Yusuf 'alaihissalam yang digoda oleh Istri Al-Aziz. Sebab, tidak semua kata yang kita tahu harus kita ucapkan. Inilah "To Know, But Not To Say".

Selain itu juga, ada "To Know, But Not To Be and Not To Do". Misalnya, ketika kita mempunyai kenalan seorang yang tidak baik. Bisa saja seseroang berteman dengan pencuri. Tapi, ini bukan berarti ia boleh jadi pencuri atau melakukan pencurian. Ia perlu tahu teknik-teknik mencuri dari kenalannya itu, seperti bagaimana cara membobol gembok pagar atau kunci setang motor, tapi bukan untuk jadi pencuri, melainkan justru untuk memperkuat pertahanan rumahnya agar tidak kebobolan pencuri dan melakukan penjagaan sepeda motornya dengan lebih baik, entah itu dipasang alarm anti maling, stop-kontak mesin rahasia, dan lain-lain.

Selasa, 28 Mei 2013

# Wannabe #

Posted by Unknown on 19.58 with 2 comments
Kata "wannabe" ini entah artinya apa, yang jelas kalo saya lakukan spekulasi, sepertinya berasal dari kata "wanna be", yang merupakan bentuk slank dari "want to be". Jadi, jika ada orang yang disebut sebagai Batman Wannabe, itu artinya dia adalah orang yang sangat terobsesi menjadi Batman. Ke mana-mana pakai kostum Batman, kalau mengobrol memakai kata-kata Batman. Saya jadi ingat waktu kecil dulu, kalau main kelahi-kelahian (berantem-beranteman) dengan teman-teman, kami suka berseru, "Ciaaat...rasakan ini..!!! Tendangaan Mauuut..!!". Yah, itulah Kotaro Minami Wannabe atau Ksatria Baja Hitam Wannabe.

Para "Wannabe" ini sejatinya terdorong untuk meniru seorang tokoh, entah itu tokoh film, jagoan, selebriti, etc., dengan keinginan yang begitu kuat. Bahkan mungkin sampai-sampai berharap agar kerasukan roh si tokoh yang ditiru. Saya juga sewaktu belum sekolah TK, menurut penuturan ibu saya, jika Om Haji Rhoma Irama sedang tampil di layar televisi, saya langsung mengambil selendang dan gitar kecil mainan yang dibelikan bapak saya. Dan ini berubah-ubah. Kalau nonton konser dangdut, saya menjadi Rhoma Irama Wannabe; kalau nonton Baja Hitam jadi Kotaro Minami Wannabe; kalau nonton Dragon Ball jadi Son-Goku Wannabe. Hanya ketika menonton Twilight saja saya tidak menjadi Robert Pattinson Wannabe: tahu diri

Dalam Ilmu Balaghah, salah satu cabang ilmu Bahasa Arab, ada yang namanya Tasybih, yang dalam Bahasa Indonesia bisa diterjemahkan sebagai "Penyerupaan", yakni membahas tentang "sesuatu menyerupai sesuatu". Kalau Anda berkata kepada istri Anda, "Indahnya wajahmu bak indahnya purnama", itu artinya keindahan purnama lebih kuat, dan indahnya wajah istri hanya menyerupai. Tetapi, kalau kalimatnya dibalik menjadi, "Indahnya purnama seperti indahnya wajahmu", itu artinya bukan main indahnya wajah sang istri, bahkan mengalahkan indahnya purnama. Seorang adik kelas asal Somalia malah lebih hebat lagi. Mungkin kalau dikatakan kepada istri, ucapannya seperti ini: "Rembulan memang indah. Tetapi, ketika melihat wajahmu, aku lupa akan rembulan yang indah itu".
Yang lebih dalam sesuatu hal, akan ditiru oleh yang lain.
Jika Rasulullah shallallaahu'alaihi wasallam menjadi prorotype akhlak mulia, itu karena beliau adalah manusia dengan akhlak paling mulia. Seperti firman Allah, "innaka la'alaa khuluqin 'adhziim" (Sesungguhnya kau/Muhammad memiliki akhlaq mulia yang agung).

# Antonimisme #

Posted by Unknown on 19.44 with No comments
Kalau sedang berkelakar, teman saya suka bercanda ngojok-ngojokin saya untuk mendirikan ajaran "Antonimisme", yang beranggotakan orang-orang iseng seperti saya yang gemar meng-antonim-kan kata-kata yang diucapkan orang lain. Misalnya, jika ada teman yang bertanya, "Boss, ada film yang menarik, nggak?", maka, pengikut ajaran antonimisme harus menjawab, "Nggak ada. Adanya, film yang mendorong".
Atau, jika ada orang berkata, "Duta besar mengeluarkan surat keterangan", maka, penganut antonimisme akan nyeletuk, "Duta kecil memasukkan surat kegelapan".
Diproyeksikan, jika Antonimisme ini berkembang pesat, maka kami berpikir untuk mendirikan paham tandingan, yang dinamai "Sinonimisme", yakni aliran orang-orang iseng yang suka nyeletuk tiba-tiba melontarkan sinonim dari kata-kata yang diucapkan orang lain. Misalnya, jika ada orang berseru, "Hei kamu, jangan macam-macam ya!!", maka penganut Sinonimisme akan nyeletuk, "Hei kamu, satu macam saja ya!!".
Iya, 'jangan macam-macam' kan artinya 'satu macam saja'.

Mm..tapi, setelah saya pikirkan masak-masak, sepertinya kurang berfaedah kalau saya mendirikan dua ajaran tersebut. Saling bertentangan layaknya Kapitalisme dengan Komunisme, padahal konon dua sistem ekonomi tersebut merupakan hasil karya kaum yang masih satu golongan. Bikin pusing dan tidak mashlahat. Mudah-mudahan dalam waktu dekat, ekonomi syariah benar-benar tegak secara kaaffah untuk menjadi solusi.
Selain itu, ketimbang Antonimisme dan Sinonimisme yang urung saya kembangkan, apa yang dirumuskan para ulama ahli fiqih sudah jauh lebih bermanfaat, yaitu Mafhuum Mukhaalafah dan Mafhuum Muwaafaqah.
Mafhuum Mukhaalafah, jika diterjemahkan bebas dapat berarti "pemahaman berkebalikan". Contohnya: Mengerjakan shalat 5 waktu hukumnya wajib. Maka, dapat dipahami bahwa meninggalkan shalat dengan sengaja, hukumnya haram. Kecuali, wanita yang sedang haid atau nifas. Juga, puasa Ramadhan, itu hukumnya wajib. Maka, meninggalkan puasa Ramadhan hukumnya haram. Kecuali, ada uzur syar'i. Dan "malas puasa", itu bukan uzur syar'i.

Adapun Mafhuum Muwaafaqah, jika diterjemahkan bebas, dapat bermakna "pemahaman selaras", yang menunjukkan bahwa hal-hal serumpun hukumnya sama. Contoh: Menghardik orang tua adalah hal terlarang. Maka, jika ada anak yang menganiaya orang tuanya, hukumnya sama. Bahkan lebih tercela.

# 3 Dimensi #

Posted by Unknown on 19.24 with No comments
Di manapun Anda berada, dunia yang Allah hamparkan di mata Anda hanyalah sejauh mata memandang. Sejauh apapun jarak yang pernah Anda tempuh, meski Anda pernah keliling dunia jutaan kali, yang dihamparkan di depan mata Anda, hanyalah sejauh yang dapat Anda lihat, dalam radius beberapa ratus meter saja, selebihnya "ghaib", tidak terjangkau penglihatan Anda. Jika Anda berusaha melangkah maju untuk memperjelas penglihatan Anda terhadap sesuatu di depan Anda, maka hal-hal di belakang Anda pun menghilang beberapa meter, jadi tak nampak. Jika Anda berjalan melangkah ke sebelah kanan untuk memperjelas penglihatan Anda terhadap sesuatu nun jauh di kanan Anda, maka hal-hal di nun di sebelah kiri Anda pun menghilang beberapa meter, jadi tak kentara. Bila Anda berlari ke arah Timur, maka apa-apa yang ada di sebelah Barat Anda menjadi "ghaib" beberapa meter.

Terlebih, dunia ini betul-betul ilusi. Apa-apa yang bisa Anda lihat, tak semuanya dapat Anda raih dengan tangan Anda. Tak semuanya dapat Anda jangkau, padahal terlihat. Dunia fana. Tak semua rencana menjadi nyata. Tak semua harap terejawantah. Tak semua mimpi terwujud.

Tapi jangan khawatir, sebab Allah menjadikan kita hidup pada tiga dimensi, yakni kasat, ghaib, dan antara. Artinya, kita dapat memperbuat segala amalan dalam 3 dimensi tersebut. Dimensi kasat adalah apa yang kita perbuat di alam kasat ini. Anda makan, minum, bekerja, dan lain-lain, itu terjadi pada wilayah kasat. Dimensi antara adalah apa yang Anda pebuat melalui lisan Anda. Perkataan Anda adalah sesuatu yang terdengar tapi tak nampak. Karenanya, ia ada di wilayah antara. Sedangkan dimensi ghaib, adalah apa yang Anda perbuat melalui hati Anda, yang mencakup pikiran dan perasaan. Tidak aneh, unsur iman mencakup tiga dimensi: membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Namun, perhatikan juga hadits Nabi yang menyuruh kita untuk menindak kemungkaran lewat "yad" (perbuatan alam kasat); lalu jika tidak mampu maka dengan "lisan" (perbuatan alam antara); dan jika tidak mampu juga maka melalui perbuatan dimensi ghaib kita yakni "qalb" (amalan hati yang mencakup pikiran dan perasaan).
Dan semua dimensi itu mendapatkan penilaian dari Allah.

Oleh karena itu, jika kita belum berhasil di alam kasat, entah itu berupa halang rintangan yang menghalangi kita mencapai tujuan dan cita-cita mulia kita, maka perbuatlah di alam dimensi ghaib, yakni di dalam hati kita. Sebab Allah tetap memperhitungkan apa yang kita lakukan di dimensi ghaib kita dalam hati, sebagai amal perbuatan. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 284, bahwa perbuatan yang kita tampakkan (di alam kasat) juga perbuatan yang kita sembunyikan di dimensi ghaib (di dalam hati) akan sama-sama diperhitungkan oleh Allah. Ingat kembali segala peristiwa yang Anda alami. Apa-apa yang Anda perbuat, sebelum terjadi di alam kasat, sebenarnya sudah terlintas di benak Anda sebelum Anda melakukannya. Apa-apa yang Anda katakan dengan lisan, beberapa detik sebelumnya telah Anda katakan dalam hati. Ketika Anda naik sepeda dan akan kecebur ke selokan pun, beberapa detik sebelum nyusrug ke selokan itu Anda sudah melihat diri Anda kecemplung ke selokan. Jika Anda pernah menabrak sesuatu ketika mengendarai sepeda motor, maka beberapa detik sebelumnya Anda telah melihat diri Anda menabraknya. Ingat-ingat kembali. Ini merupakan petunjuk bahwa kita tidak hanya menjalani alam kasat saja. So, kalau di alam kasat Anda belum berhasil berbuat mulia, lakukanlah dalam benak Anda. Jika Allah berkenan, in Sya ALlah apa yang Anda perbuat dalam dimensi ghaib Anda akan muncul ke alam kasat. Tapi semua atas izin ALlah.

Wallaahu a'lam..wa a'uudzu billaahi an akuuna minal khaathi-iin..

# Kamuflase VS Kamu-false #

Posted by Unknown on 12.01 with No comments
Beberapa hari yang lalu, saya pulang ke rumah orang tua naik bus dari arah Veteran Bintaro menuju Cikokol Tangerang. Waktu itu hari sudah gelap, menjelang isya.
Di dalam bus, saya duduk di sebelah seorang pemuda bertato. Kedua tangannya penuh tato. Bahkan tatonya sampai ke leher. Pikir saya, "Ini orang kok tangannya dibatik ya?"
Anehnya, waktu saya duduk di dekatnya, malah ia yang jadi kaku seperti takut. Padahal, kalau di film-film, normalnya, saya yang akan pasang aksi waspada. Mungkin dia takut karena muka saya -menurut beberapa teman- memang angker seperti tampang penjahat. Biarlah.
Sewaktu saya sempat sedikit bercakap-cakap dengan pemuda bertato itu, ia bertanya, "Mas, kalo mau ke Islamic, dari Cikokol naik apa ya?"
Lalu saya tunjukkan sedikit arah-arahnya.
Pemuda ini memang tampangnya seperti orang baik-baik. Saya duga, ia dari kelompok anak-anak Punk Muslim, yaitu kelompok Punk yang memang disibukkan dengan kegiatan keislaman. Dan saya perhatikan, tato-tatonya bukan tato permanen. Mudah-mudahan ia hapus itu tato setiap akan sholat. Dan saya harap, tato-tato itu hanya sebuah bentuk kamuflase para aktifis dakwah yang terjun ke dunia punk atau semacamnya.
Iya betul, terkadang dakwah menuntut para da'i dan muballigh untuk berkamuflase, layaknya pasukan intelijen. Barangkali ada muballigh-muballigh yang berkamuflase menyamar sebagai tukang sayur, dokter, pedagang keliling, pengusaha, karyawan, dan semacamnya. Dan itu perlu, agar mudah bergaul dengan kelompok-kelompok yang hendak diajak mendekatkan diri kepada Allah.
Malah, yang saya tidak habis pikir, seorang teman pernah bercerita bahwa, ada seorang ustadz yang mahir dalam ilmu gambling/judi yang menyusup ke dalam arena perjudian layaknya penjudi, lalu memenangkan semua meja perjudian. Para penjudi yang kalah akhirnya bertanya, apa yang membuatnya selalu menang. Ustadz yang menyaru ini meminta orang-orang itu untuk ikut dengannya jika mereka ingin tahu rahasianya. Mula-mula diajak ke masjid. Lalu, disuruh rajin shalat. Kemudian rutin mendengarkan pengajian. Dan seterusnya, dan seterusnya. Hingga pada akhirnya orang-orang itu benar-benar berhenti berjudi sama sekali. Jadi, semacam upaya rehabilitasi begitu.

Pernah juga saya mendengar, bahwa beberapa muballigh melakukan pembinaan wanita-wanita penjaja "dosa" di kawasan prostitusi. Bukan mustahil, jika upaya awal yang mereka lakukan adalah berkamuflase sebagai "konsumen" yang hendak menyewa "produk" beberapa orang wanita, yang mereka bayar, tapi bukan untuk "melayani", melainkan untuk mendengarkan pengajian agama. Lalu, aktifitas ini semakin rutin semakin rutin, hingga satu demi satu wanita "pekerja" itu kembali ke jalan yang benar dan mencari nafkah yang halal.
Tidak mustahil pula, beberapa muballig berkamuflase sebagai anak-anak klubing yang menyusup ke tempat-tempat "dunia gemerlap". Bukan untuk memanjakan nafsu. Tapi untuk menyelamatkan saudara-saudaranya.
Mudah-mudahan Allah senantiasa melindungi mereka dalam segala aktifitas dakwahnya. Kamuflase dalam dakwah memang terkadang perlu. Para misionaris zending pun demikian. Pemuda-pemuda mereka yang tampan, disuruh memacari anak-anak gadis kaum muslimin, pura-pura masuk Islam, menikahi sang gadis secara Islam, namun ketika si gadis sudah hamil, pemuda-pemuda tersebut kembali murtad dan memaksa sang istri untuk mengikuti agamanya.

Itu kamuflase dalam dakwah. Tapi, jika kita adalah tipe orang yang mudah goyah dan terjerumus, sebaiknya tidak menggunakan dakwah cara ini. Sebab, jika kita yang malah terjerumus, artinya kamuflase kita gagal. Jadinya, "kamu-false", kamu salah, menyimpang.

# Resiko Berkedudukan Tinggi #

Posted by Unknown on 11.59 with No comments
Suatu hari ketika masih SMA, saya mengantar seorang teman jajan di warung.
Ketika teman saya tengah sibuk memilah-milah makanan dan jajanan yang akan dibelinya, saya iseng melihat-lihat krat-krat botol minuman yang bertumpuk-tumpuk di dalam warung. Sambil melihat-lihat merek yang ada di botol-botol kaca itu, saya yang barangkali sedang khilaf, memasuk-masukkan telunjuk saya ke salah satu botol itu (botol beling/kaca). Memasukkan telunjuk ke mulut botol kaca tersebut memang mudah. Tapi, saya baru tahu akibat dari keisengan saya itu. Ternyata mencabutnya kembali bukan main susahnya.
"Eh ayo pulang", kata teman saya.
Saya bilang,"Ntar dulu bentar, ini telunjuk saya susah dicabut".
Melihat kejadian yang menimpa saya, teman saya itu tertawa-tawa. Si ibu yang punya warung ketiwi-ketiwi kecil sambil berujar, "Lagian iseng sih...".
Saya cuma bisa menahan malu sambil terus berusaha melicinkan telunjuk saya yang terjebak, dan mengusap keringat yang bercucuran di dahi karena panik.
Beruntung saya hanya seorang remaja tak terkenal.
Saya tidak bisa bayangkan, bagaimana jika saya waktu itu adalah seorang terkenal, entah itu pejabat negara, bangsawan, atau bahkan seorang kaisar. Bisa jadi berita di headline-headline koran dan diberitakan di layar kaca selama seminggu berturut-turut. Jadi obrolan warung kopi dan acara gosip. Saudara dan teman-teman dekat saya jadi sering ditanya-tanya orang perihal peristiwa yang saya alami. Dan yang akan jadi sangat terkenal adalah teman yang saya temani ke warung dan si ibu yang punya warung.
Adapun saya, jadi malu ke luar rumah. Lebih-lebih kalau telunjuk saya tak bisa dicabut sampai seminggu. Bisa-bisa kalau ketemu orang, saya gak mau salaman. Malu, di telunjuk ada botol. Kalau mimpin rapat pun mungkin minta diwakilkan, dengan alasan: Kaisar sedang mendapat teguran dari Allah, perlu banyak-banyak mengingat Allah dan harus banyak di rumah, sehingga belum bisa datang di tengah-tengah hadirin. (Yaah, untuk jaga wibawa..)

Ya begitulah barangkali resikonya kalau berkedudukan tinggi. Makan cendol di pinggir jalan sambil jongkok pun bisa jadi sorotan.
Dan terkadang (bukan selalu), kesalahan kecil yang tak sengaja dilakukan seorang mulia berkedudukan tinggi, cenderung nampak seperti dosa besar di mata orang-orang biasa. Seperti hal-ihwal Nabi Adam dan Siti Hawa, 'alaihimassalaam. Hanya karena makan buah khuldi, auratnya jadi nampak, dan diusir dari surga. Seperti juga Izazil yang pernah punya posisi mulia seperti malaikat, karena tak mau sujud kepada Adam, ia diusir dari surga.
Yang membuat Adam dan Izazil mendapat teguran Allah bukanlah sesuatu dosa besar seperti kemusyrikan atau zina, dan semacamnya.
Adam dan Izazil punya dosa masa lalu. Tapi, yang membedakan keduanya adalah taubat.
Izazil, setelah melanggar perintah Allah untuk sujud kepada Adam, bukannya bertaubat mohon ampun, ia malah menantang Allah. Jadilah Allah mengutuknya menjadi Iblis la'natullah yang hina.
Adapun Adam, setelah ia khilaf makan buah khuldi, ia segera bertaubat, sehingga Allah mengembalikannya kepada derajat kemuliaan.

Ahlan Wa Sahlan, Salam dari Penulis

Posted by Unknown on 11.09 with 1 comment
Assalaamu'alaikum, wr.wb.

Selamat datang di www.caesar-asadullah.blogspot.com  . . . !!!

Blog ini saya tulis sebagai media silaturahmi dan media dakwah kami dengan para pembaca sekalian.

Dengan do'a dan spirit Dakwah Islamiyah dan dengan bismillaahirrohmaanirrohiim, saya memohon ridho para pembaca kalian serta do'anya agar saya dapat istiqomah mengisi blog ini dengan pengetahuan, berita dan pengalaman yang berharga, selamat membaca dan salam hangat.


Hormat saya,

Caesar Asadullah